Pasar Properti Hunian di Bogor Diyakini Tetap Bersinar di 2023

Pemerintah memberikan kemudahan dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100 persen yang terbukti efektif meningkatkan daya beli masyarakat.

oleh Nurmayanti diperbarui 24 Des 2022, 15:25 WIB
Properti hunian di Bogor

Liputan6.com, Jakarta Resesi global yang terjadi di beberapa negara dan efek dari pandemi membuat pelaku industri properti tak khawatir. Seperti pengembang hunian di wilayah Bogor, Jawa Barat.

Sebagai contoh PT Kesuma Agung Selaras (PT KAS) yang optimis menyambut tahun 2023 yang sudah di depan mata. Pengembang ini justru sedang mempersiapkan pengembangan baru seluas 10 hektar, di salah satu proyeknya yang berada di Dramaga, Bogor, Jawa Barat. 

“Beberapa negara mengalami resesi dan juga belum pulih perekonomiannya karena efek pandemi. Tapi saya lihat kita di Indonesia ini kuat, karakternya berbeda dengan mereka. Contohnya pada tahun 2021 lalu proyek Graha Laras Sentul dalam setahun terjual 180 unit, dan Griya Selaras Resort terjual 100 unit,” jelas I Wayan Madik Kesuma, Direktur Utama PT Kesuma Agung Selaras.

Wayan menambahkan tahun ini diakui ada penurunan penjualan, hingga akhir November terjual 130 unit. Diakui Wayan, efek kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan berhentinya stimulus dari pemerintah di sektor properti jadi salah satu penyebab turunnya daya beli.

Sebelumnya pemerintah memberikan kemudahan dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100 persen yang terbukti efektif meningkatkan daya beli masyarakat.

“Kami akui daya beli tahun ini menurun, tapi kita akan tetap berusaha dan berstrategi lebih matang tekait konsep produk dan pola pembiayaannya yang melibatkan perbankan seperti dengan BTN yang banyak support kita terkait kredit pemilikan rumah (KPR). Saya yakin pasar properti khususnya perumahan akan tetap tumbuh. karena jika properti bergerak ekosistem disekitarnya juga bergerak, mudah-mudahan pemerintah akan memberikan kemudahan lagi,” imbuh Wayan.

Sementara Iriska Dewayani, Senior Vice President (SVP) Nonsubsidize Mortgage and Personal Lending PT Bank Tabungan Negara Tbk, menyatakan kawasan Selatan Jakarta itu memang berbeda dan hingga kini BTN telah bekerjasama dengan sekitar 5 ribu pengembang di Bogor Raya (Kota dan Kabupaten Bogor).

Dari jumlah pengembang tersebut pasar terbesar KPT BTN masih rumah dengan harga Rp 500 juta ke bawah, dan ini potensinya besar.

“Kita akan terus garap pasar ini dan di kawasan Bogor Raya potensinya masih besar. Selain itu kawasan ini memiliki aksesbiltas yang bagus, dan kedepannnya juga semakin berkembang,” imbuh Iriska Dewayani.

Terkait PT KAS , Iriska menegaskan bahwa PT KAS di BTN termasuk pengembang Top 20 yang jumlah transaksinya setahun minimal Rp100 miliar.

Dan sudah beberapa tahun ini selalu berada dalam circle Top 20 tersebut, “Untuk itu kami banyak beri kemudahan kepada PT KAS. Mulai dari suku bunga fixed setahun 2,47% setahun, KPR Ekspres yang hanya 3 hari hingga tenor panjang hingga 30 tahun dan kemudahan lainnya. Ujung-ujungnya konsumen yang akan dimudahkan untuk membeli rumah di proyek PT KAS,”

 

 

 


Potensi Pasar Selatan Jakarta

Properti hunian lokasi Graha Laras Sentul (GLS)

I Wayan Madik Kesuma mengakui, lokasi Graha Laras Sentul (GLS) saat ini semakin strategis pasca PT KAS membuka akses jalan dan membuat jembatan penghubung ke proyeknya sejauh 1 kilometer. Dari pintu tol Srikuit Sentul kurang dari 10 menit menuju GLS dan ini jadi branding tersendiri ke konsumen.

Menurutnya lagi pengembangan infrastruktur yang massif dalam beberapa tahun terakhir sedikit banyak membuat kawasan Bogor kian terbuka di akses dari berbagai kawasan sekitarnya.

“Dan tak bisa dipungkiri pilihan moda transportasi yang beragam seperti commuterline menjadi kelebihn tinggal di Bogor yang memiliki kondisi udara yang bagus dan view berbeda dibanding kawasan disekitar Jakarta lainnya.

Untuk itu dalam pengembang poryeknya PT KAS selalu memberikan hal baru dan menurut Wayan yang di jual adalah konsep. Dipasarkan sejak pertengahan 2019, GLS yang luasnya 23,5 hektar sudah terjual sebanyak 350 unit.

Saat pandemi menurut Wayan penjualan malah terkerek naik karena mereka melihat produk yang kita kembangkan dan kita juga mempunyai unit yang ready stock yang jadi kunci cepatnya pemasaran GLS

“Saat ini di GLS kita fokus memasarkan Cluster London, rumah harga Rp900 jutaan ini terdiri dari 2 lantai dengan luas bangunan 60 dan tanahnya 60.Desainnya kita buat compact bergaya apartemen, dan dilengkapi smart home dan juga solar panel,Puji Tuhan penjualan kita tahun ini banyak dari Cluster London,” tegas Wayan.

Nah, di Griya Selaras Resort yang sudah dikembangkan lebih dulu lahan pengembangannya 21,5 hektar dari sebelumnya 6 hektar.

Rencananya pada awal tahun depan akan diluncurkan produk baru dengan harga di bawah Rp500 juta. “Menariknya, potensi pasar di Bogor ini seperti di Griya Selaras Resort kebanyakan berada di ring satu, radius 5 kilometer dari proyek dan kita melihat adanya captive market,” jelas Wayan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya