Liputan6.com, Jakarta - Bola Ganjil sudah menceritakan kisah sejumlah klub yang sukses mengubah peruntungan selepas Natal. Mereka bangkit dari performa buruk untuk meraih prestasi, baik itu merebut gelar atau naik kasta.
Namun tidak semua mampu naik. Seperti roda kehidupan, ada pula yang berjalan ke arah berbeda.
Advertisement
Norwich City memiliki nasib paling tragis. The Cannaries berada di peringkat tujuh Liga Inggris pada Natal 1994.
Ketidakmampuan mengatasi jadwal padat kemudian mengawali keruntuhan mereka. Norwich harus bermain di Boxing Day (26 Desember) dan 27 Desember. Anak asuh John Deehan tidak bisa melewati rintangan tersebut sehingga kalah dari Tottenham Hotspur dan Nottingham Forest.
Performa buruk terus mengiringi tim, walaupun manajemen memecat Deehan dan menunjuk Gary Megson sebagai pengganti. Jon Newsome dan kawan-kawan tercatat cuma menang dua kali di 22 pertandingan selepas Natal 1994 sehingga mengakhiri kompetisi di posisi buncit.
Crystal Palace (1924/1925), Tottenham Hotspur (1927/1928), Blackpool (1977/1978), Lincoln City (1986/1987), dan Notts County (2014/2015) juga turun kasta meski berada di 7 besar pada Natal.
Sementara meski berada di luar 10 besar pada Natal, keruntuhan Manchester City (1908/1909), Middlesbrough (1992/1993), Millwall (1995/1996), Walsall (2005/2006), Reading (2007/2008), Blackpool (2010/2011), dan Hull City (2019/2020) juga layak disebut karena mereka dalam posisi nyaman.
Terjerumus di Pekan Terakhir
Fenomena serupa juga terjadi di luar negeri. Hellas Verona berada di posisi delapan Liga Italia pada Natal 2001.
Mereka masih menduduki urutan tersebut hingga pertengahan Maret 2022. Namun, enam kekalahan dari delapan pertandingan terakhir membuat Hellas Verona masuk zona degradasi di akhir kompetisi. Itulah kali pertama mereka berada di kawasan tersebut sepanjang musim, ironisnya terjadi pada momen terpenting.
Advertisement
Tetap Turun Meski Punya Striker Subur
Kejatuhan Throttur Reykjavik lebig tragis. Pada Natal 2003, mereka mengantongi 18 poin dari sembilan laga untuk memuncaki klasemen dengan Liga Islandia berlangsung setengah putaran.
Namun Throttur cuma memetik empat angka di sembilan pertandingan sisa. Mereka menyelesaikan liga dengan menempati posisi sembilan dari 10 tim sehingga terdegradasi.
Ironisnya lagi, dua pemain Throttur menduduki tiga besar daftar top skor kompetisi. Memiliki duo amunisi tajam, mereka semestinya tidak turun kasta.