Rektor Paramadina: Ridwan Saidi Sosok Budayawan Kritis Namun Santun

Di jagat politik nasional, kata Didik, suara Ridwan Saidi semasa menjadi wakil rakyat di Senayan dikenal cukup nyaring.

oleh Mevi Linawati diperbarui 26 Des 2022, 00:05 WIB
Budayawan, Ridwan Saidi membacakan Puisi Musikal di Acara Tadarus Puisi Ramadhan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (1/6). Acara tersebut dihadiri atau diisi oleh politisi, seniman dan budayawan. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini mengatakan semasa hidup budayawan Betawi Ridwan Saidi merupakan sosok budayawan, politisi, sejarawan dan aktivis yang kritis namun tetap santun dalam menyampaikan masukan kepada pemerintah.

"Orangnya egaliter, gaya bicaranya berintonasi kuat tetapi sangat humoris sambil mengejek apa dan siapa yang dikritiknya," kata Didik J Rachbini melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu (25/12/2022), seperti dilansir dari Antara.

Di jagat politik nasional, kata Didik, suara Ridwan Saidi semasa menjadi wakil rakyat di Senayan dikenal cukup nyaring. Kritik budayawan itu lebih lunak lewat status formalnya sebagai anggota DPR sehingga tidak pernah sedikit pun ada indikasi akan ditangkap oleh pemerintahan pada saat itu.

Waktu itu, kata Didik, kekuatan oposisi tidak begitu berarti di tengah kekuatan politik otoriter. Akan tetapi, kritik-kritik yang dilontarkan memberi pelajaran bahwa dalam demokrasi harus ada suara lain yang berbeda dan mungkin bisa menjadi alternatif.

"Simbol kritik yang menggema secara nasional itu ada pada figur Ridwan Saidi," kenang Didik.

Ia menilai Ridwan Saidi tidak pernah menyesal berada di luar lingkar kekuasaan karena sikap kritisnya. Budayawan Betawi tersebut adalah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lulusan Universitas Indonesia yang ditempa sejarah aktivisme sangat panjang.

Hal itu bersamaan dengan perubahan besar di Indonesia. Mulai dari Orde Lama, kudeta Partai Komunis Indonesia (PKI), Orde Baru, masa transisi kejatuhan Orde Baru sampai masa demokrasi bebas saat ini.


Menjaga Demokrasi

Menurut Didik, akademisi kelahiran 2 September 1960 itu, hampir dua dekade pascareformasi, demokrasi mengalami kemunduran dan Ridwan Saidi bersuara di publik agar pemerintah tidak main tangkap terhadap lawan politiknya.

"Figur seperti Ridwan Saidi diperlukan untuk menjaga demokrasi agar tidak tergelincir mengarah ke otoriter," ucap dia.

Tidak hanya kritik masalah politik, Ridwan Saidi yang kelahiran 2 Juli 1942 itu juga diketahui kerap mengkritik masalah pembangunan, salah satunya soal pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan.

Meskipun dikenal kritis, Ridwan Saidi juga tidak segan mengapresiasi pemerintah, dalam hal ini Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI itu bangga kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena dinilai peduli terhadap masyarakat Betawi, salah satunya pembangunan kampung Budaya Betawi di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

"Selamat jalan Bang Ridwan," ujar Didik.


Budayawan Betawi Ridwan Saidi Tutup Usia

Budayawan Betawi Ridwan Saidi meninggal dunia. Informasi diterima, almarhum tutup usia pada pagi ini pukul 08.35 WIB di RSPI Bintaro Tangerang Selatan.

“Inna lillahi wa inna ilayhi roji’un, Telah berpulang dengan tenang Suami, Ayah dan Dato kami tercinta Bapak Ridwan Saidi pada hari Ahad, 25 Desember 2023 pukul 08:35 WIB,” tulis pesan singkat yang disampaikan oleh pihak keluarga, Minggu (25/12/2022).

Menurut keluarga, almarhum akan dibawa dahulu ke rumah duka yang beralamatkan di Jalan Merak II Blok N3 No 31, Bintaro Jaya 1, Jakarta. Terkait waktu disolatkan dan lokasi pemakaman, keluarga akan memberikan informasi lanjutan setelahnya.

Almarhum yang sempat duduk di kursi Parlemen ini meninggalkan seorang istri dan lima orang anak. Diketahui, almarhum juga meninggalkan lima orang cucu.

Sebagai informasi, almarhum tutup usia pada usia 80 tahun. Pria kelahiran Jakarta ini semasa hidupnya dikenal sebagai budayawan Betawi, sejarawan, dan intelektual Islam.

Menurut catatan, alamarhum juga merupakan mantan anggota DPR melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1977-1987. Dia tercatat sebagai lulusan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) Universitas Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya