Menkes Budi Targetkan 50 Persen RS Kabupaten/Kota Miliki Alkes Lengkap untuk 4 Penyakit Katastropik

Empat penyakit katastropik yakni penyakit jantung, stroke, ginjal, dan kanker masih menjadi masalah di Indonesia dan membutuhkan penanganan cepat dan tepat.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Des 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi penggunaan alat kesehatan (alkes) untuk deteksi dini penyakit (10/12/2022). Foto: Ade Nasihudin

Liputan6.com, Jakarta - Empat penyakit katastropik yakni penyakit jantung, stroke, ginjal, dan kanker masih menjadi masalah di Indonesia dan membutuhkan penanganan cepat dan tepat.

Maka dari itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menargetkan layanan empat penyakit katastropik ini dapat dilaksanakan di seluruh rumah sakit kabupaten/kota di Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar saja.

Secara bertahap, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan 50 persen kabupaten/kota memiliki alat kesehatan lengkap untuk 4 penyakit tersebut.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr. Azhar Jaya mengatakan, ini merupakan langkah untuk mendekatkan akses layanan kesehatan rujukan kepada masyarakat Indonesia. Sekaligus untuk mengurangi beban pembiayaan kesehatan.

“Saat ini, belum semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat kesehatan lengkap untuk pengobatan penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi (yang berkaitan dengan ginjal),” ujar Azhar mengutip Sehatnegeriku, Senin (26/12/2022).

Sebagai contoh untuk penyakit jantung, tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di jantung. Dari 34 provinsi, yang bisa melakukan operasi pasang ring hanya 28 provinsi. Dan hanya 22 provinsi yang bisa melakukan operasi jantung terbuka.

Ditargetkan 34 rumah sakit di seluruh provinsi pada 2024 bisa melayani penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi.


Alkes Jantung dan Stroke

Alat kesehatan untuk pengobatan jantung dan stroke antara lain Echocardiography, CT-Scan, Cath lab, Set Kamar OK, IABP, Rotablator, IVUS-FFR, MRI, Mikroskop Neuro, Heart Lung Machine, dan OCT.

Sementara untuk kanker terdiri dari Mammography, SPECT CT, Flowcytometer, IHK, Bronchoscopy, Brachiterapy, CUSA, LINAC, PET-CT, CT Simulator.

Ada pula alat kesehatan untuk uronefrologi adalah set endourology, ESWL, C-Am, USG Doppler, Video Urodynamic, Laser Holmium, Automated Peritoneal Dialysis, PCNL, URS, dan Tissue typing

Selain itu, Menkes Budi juga akan melengkapi alat kesehatan untuk kesehatan ibu dan anak, berupa Mesin Anestesi, Patient Monitor, Ventilator, USG Fetomaternal, Inkubator Bayi, MALDI Tofs, Laser Ablation, HFOV, Mesin Nitrit Oxide, HFOT, dan HFNC.


Anggaran yang Diperlukan

Anggaran yang diperlukan untuk mengejar target 50 persen kabupaten/kota tersebut sebesar Rp. 3,55 triliun.

Anggaran tersebut disalurkan ke daerah sehingga yang melakukan pembelian alat kesehatan adalah pemerintah daerah.

Saat ini, ada 55 persen alat kesehatan yang sudah sampai. Dari 55 persen itu, ada alat yang sudah terpasang ada juga alat yang dalam proses instalasi.

Namun, 4 persen alat batal dibeli karena kendala dari pihak pemasok. Seperti faktor ketidaksiapan, barang tidak bisa indent (dipesan sebelum dibayar lunas), katalog turun tayang, dan gagal lelang.

“Pemerintah mempercepat pengiriman barang dan administrasi pertanggungjawaban keuangan akhir tahun. Pemerintah juga segera melakukan penggantian merek untuk barang yang tidak tersedia,” tutur Azhar.


Langkah Konkret Transformasi Kesehatan

Pemenuhan alat kesehatan ini merupakan langkah konkret transformasi kesehatan terkait layanan rujukan. Transformasi ini dimulai dengan mengatasi penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yakni penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi.

Alat kesehatan memiliki peran penting dalam membantu tenaga kesehatan mencegah kematian pasien. Misalnya alat untuk deteksi dini atau diagnostik.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa sebagian besar kematian yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang dapat dicegah. Pada bayi, 96,8 persen dari total kematian disebabkan oleh neonatal disorder.

Pada anak-anak, 76,4 persen kematian juga disebabkan oleh neonatal disorder. Sedangkan, pada remaja kasus kematian kebanyakan (63,9 persen) disebabkan cedera transportasi. Pada dewasa, 72,6 persen kematian disebabkan kanker dan pada lanjut usia (lansia) kematian terbanyak (73,5 persen) disebabkan stroke.

“Dan, kematian-kematian tersebut, terutama pada dewasa dan lansia, seperti stroke, kanker, jantung, dan penyakit degeneratif merupakan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dan dapat diturunkan dengan menggunakan inovasi, transformasi riset, dan teknologi,” kata Dante melalui keterangan video dalam Roche Innovation Day, Sabtu 10 Desember 2022.

Dante menambahkan, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi. Total kematian akibat PTM adalah 834.312 per tahun dengan rincian penyakit sebagai berikut:

- Stroke 331.349

- Penyakit jantung koroner 245.343

- Penyakit jantung hipertensi 50.620

- Kanker 207.000.

“PTM juga berdampak pada pembiayaan kesehatan yang besar, antara lain adalah penyakit jantung. Pemasangan ring yang banyak, operasi jantung terbuka itu menjadi masalah pembiayaan yang menelan biaya kesehatan nasional yang paling tinggi di Indonesia,” ujar Dante.

Infografis jantung kemkes

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya