Pidato Natal Presiden Jerman Serukan Perdamaian yang Adil untuk Ukraina

Dalam pidato Natal Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier yang disiarkan secara nasional pada Minggu 25 Desember 2022, ia menyisipkan pesan terkait Ukraina.

Oleh DW.com diperbarui 27 Des 2022, 08:00 WIB
Frank-Walter Steinmeier, mantan menlu yang terpilih jadi presiden Jerman (AP)

, Berlin - Dalam pidato Natal Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier yang disiarkan secara nasional pada Minggu 25 Desember 2022, ia menyisipkan pesan terkait Ukraina.

Pada kesempatan tersebut, ia menyesalkan kurangnya perdamaian di Ukraina selama 10 bulan terakhir sejak invasi Rusia.

"Harapan kami yang paling kuat tentunya agar perdamaian kembali berkuasa," ujar Steinmeier dalam pidato Natal seperti dikutip dari DW Indonesia, Selasa (27/12/2022).

Presiden Jerman mencatat bagaimana perang brutal Rusia yang dimulai 24 Februari lalu telah menyebabkan "penderitaan mengerikan” bagi rakyat Ukraina serta "ketakutan bahwa permusuhan akan menyebar.”

Pengungsi Ukraina Hidup Aman di Jerman

Steinmeier juga menceritakan pertemuannya baru-baru ini dengan 50 pengungsi anak dari Ukraina saat berkunjung ke Kota Freiberg. Anak-anak muda itu melarikan diri dari perang dengan ibu mereka dan sekarang mereka tinggal di negara bagian Saxony, Jerman bagian Timur.

Dia mencatat bahwa banyak di antara mereka yang telah "mengalami hal-hal mengerikan” yang membuat mereka "sangat ketakutan hingga pintu yang ditutup dengan keras sudah membuat mereka gemetar.”

"Anak-anak sekolah dasar di Freiberg dan keluarga mereka di Ukraina merindukan perdamaian lebih daripada kita. Namun, perdamaian belum tercapai," ujarnya.

Steinmeier mengatakan bahwa ketika waktunya tiba, "harus ada perdamaian yang adil, yang tidak memberikan penghargaan terhadap perampasan tanah dan tidak meninggalkan orang-orang di Ukraina dari tindakan sewenang-wenang dan kekejaman oleh pihak yang menjajah mereka.”

"Ini adalah kewajiban kemanusiaan, kita mendukung mereka yang diserang, diancam, dan ditindas," tambahnya. Dalam pidato juga disebutkan ucapan terima kasih kepada warga Jerman yang telah ikut membantu di sepanjang tahun ini.

Menurut Kiel Institute for the World Economy (IfW Kiel), institusi pelacak dukungan Ukraina, Jerman telah menerima sekitar satu juta pengungsi Ukraina, dan pemerintah telah membuat komitmen bantuan kemanusiaan ke Ukraina senilai hampir 2 miliar euro.

 


Tahun yang Sulit Secara Ekonomi

Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Steinmeier mengakui bahwa perang juga berdampak ke dalam negeri terutama secara ekonomi. Namun, dia mencatat bagaimana pemerintah telah mengurangi "beban yang terberat” – merujuk pada program subsidi yang diperkenalkan untuk mengimbangi lonjakan biaya energi.

"Ya, masa-masa yang sulit. Kita menghadapi angin kencang,” katanya.

"Meskipun demikian, Natal adalah waktu yang tepat untuk melihat hal-hal yang memberi kita harapan. Harapan itu ada,” ujarnya. "Kita tidak panik, kita juga tidak akan membiarkan diri kita terpecah belah.”

Steinmeier mengakhiri pidatonya dengan mencatat bagaimana warga memiliki lebih banyak pencapaian pada tahun ini daripada yang diperkirakan banyak orang terlepas dari hambatan yang ada.

"Kita bertindak dengan penyelesaian masalah ketika bantuan dibutuhkan. Kita berdiri untuk satu sama lain. Saya bangga dengan negara kita," ujarnya.


Di Pidato Natal, Raja Belanda Sambut Baik Permintaan Pemerintah Atas Kasus Perbudakan

Raja Belanda Willem-Alexander (kanan) dan Ratu Maxima saat menghadiri perayaan Hari Raja di Maastricht, Belanda. (Marcel van Hoorn/ANP/AFP)

Sementara itu, pidato Natal Raja Belanda Willem-Alexander menyambut permintaan maaf pemerintah atas peran negaranya dalam 250 tahun melakukan perbudakan. Pada Minggu kemarin ia mengatakan itu adalah "awal dari perjalanan panjang".

Perdana Menteri Mark Rutte pada Senin pekan lalu secara resmi meminta maaf atas keterlibatan Belanda dalam perbudakan di bekas koloninya, menyebutnya sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan".

"Tidak seorang pun saat ini memikul tanggung jawab atas tindakan tidak manusiawi yang dilakukan terhadap kehidupan pria, wanita, dan anak-anak," kata Willem-Alexander dari istana Huis ten Bosch di Den Haag, dikutip dari NST.com.my, Senin (26/12/2022).

"Tapi dengan menghadapi masa lalu kita bersama dan mengakui kejahatan terhadap kemanusiaan yang merupakan perbudakan, kita meletakkan dasar untuk masa depan bersama. Masa depan di mana kita berdiri melawan semua bentuk modern dari diskriminasi, eksploitasi dan ketidakadilan.”

"Permintaan maaf yang ditawarkan oleh pemerintah adalah awal dari perjalanan panjang."

Belanda mendanai "Zaman Keemasan" kerajaan dan budayanya pada abad ke-16 dan ke-17 dengan mengirimkan sekitar 600.000 orang Afrika sebagai bagian dari perdagangan budak, sebagian besar ke Amerika Selatan dan Karibia.

Pemerintah Belanda mengatakan, beberapa acara peringatan besar akan diadakan mulai tahun depan dan telah mengumumkan dana 200 juta euro untuk prakarsa sosial.

Willem-Alexander berjanji bahwa topik tersebut akan diikuti oleh keluarga kerajaan selama tahun peringatan dan mereka akan tetap "terlibat".

Selanjutnya klik di sini...


Pesan Natal Joe Biden: Jangan Ada Lagi Ada Perpecahan di Amerika Serikat

Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (AP Photo/Andrew Harnik)

Sedangkan Presiden Joe Biden menyampaikan pidato Natal dari Gedung Putih pada Kamis kemarin dan berharap warga Amerika Serikat tidak semakin terpecah dan momen ini jadi "awal baru" sebagai pembersihan "racun yang telah menginfeksi politik dan membuat kita saling bertentangan."

Pemimpin partai Demokrat itu baru-baru ini mengambil sikap yang lebih agresif terhadap oposisi Partai Republik, tetapi di hari Natal pesannya berpusat pada tema rekonsiliasi dan persatuan.

"Harapan saya di Natal ini adalah agar kita mengambil beberapa saat untuk merenung dengan tenang, menemukan keheningan itu dan benar-benar saling memandang," kata Biden dari Gedung Putih yang meriah yang dihiasi dengan pepohonan, karangan bunga, dan lampu hias.

"Bukan sebagai Demokrat atau Republik. Bukan sebagai anggota Tim Merah atau Tim Biru. Tapi siapa kita sebenarnya, sesama orang Amerika, sesama manusia yang layak diperlakukan dengan bermartabat dan hormat," karta Biden dikutip dari NST.com.my, Minggu (25/12/2022).

Pria berusia 80 tahun itu sering berbicara di awal masa jabatannya tentang perlunya rekonsiliasi di tengah perselisihan yang tersisa setelah kepresidenan Donald Trump.

"Tidak ada yang pernah tahu apa yang sedang dialami orang lain, apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup mereka," kata Biden, saat dia mengundang orang Amerika untuk "menyebarkan kebaikan" pada momen Natal.

Sekitar 50 tahun yang lalu Biden kehilangan istri pertama dan bayi perempuannya dalam kecelakaan mobil sesaat sebelum Natal.

Dia mengingatkan orang Amerika bahwa selain kegembiraan, "Natal bisa menjadi saat yang sangat menyakitkan dan kesepian yang mengerikan."

Biden baru-baru ini memperoleh beberapa momentum politik yang berharga, termasuk keberhasilan diplomatik dan legislatif serta pemilihan paruh waktu yang ternyata lebih baik bagi Demokrat daripada perkiraan.

Dia diperkirakan akan membuat keputusan yang sangat dinantikan di awal tahun baru tentang apakah dia akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada tahun 2024 setelah mendiskusikan masa depannya selama liburan bersama keluarganya.

Infografis Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya