Liputan6.com, Kyiv - Orang Ukraina biasanya merayakan Natal pada 7 Januari, seperti yang dilakukan orang Rusia. Tapi tidak tahun ini, atau setidaknya tidak semuanya.
Beberapa orang penganut Kristen Ortodoks Ukraina telah memutuskan untuk memperingati Natal pada tanggal 25 Desember, seperti banyak orang Kristen di seluruh dunia.
Advertisement
Ya, ini ada hubungannya dengan perang, dan ya, mereka mendapat restu dari gereja lokal mereka.
Gagasan memperingati kelahiran Yesus pada Desember dianggap radikal di Ukraina sampai saat ini, tetapi invasi Rusia mengubah banyak hati dan pikiran, dikutip dari AP News, Selasa (27/12/2022).
Pada Oktober, pimpinan Gereja Ortodoks Ukraina, yang tidak sejalan dengan gereja Rusia dan salah satu dari dua cabang Kristen Ortodoks di negara itu, setuju untuk mengizinkan umat merayakan Natal pada 25 Desember.
Pilihan tanggal memiliki nuansa politik dan agama. Bagi sebagian orang, perubahan tanggal melambangkan pemisahan dari Rusia, budayanya, dan agamanya.
Orang-orang di sebuah desa di pinggiran Kyiv baru-baru ini memilih untuk meningkatkan perayaan Natal mereka.
“Perang yang dimulai pada 24 Februari serta invasi skala penuh adalah kebangkitan dan pemahaman bahwa kita tidak dapat lagi menjadi bagian dari dunia Rusia,” kata Olena Paliy, seorang penduduk Bobrytsia berusia 33 tahun.
Gereja Ortodoks Rusia, yang mengklaim kedaulatan atas Ortodoksi di Ukraina, dan beberapa gereja Ortodoks Timur lainnya terus menggunakan kalender Julian kuno.
Gereja Katolik pertama kali mengadopsi kalender Gregorian modern yang lebih tepat secara astronomis pada abad ke-16, dan umat Protestan serta beberapa gereja Ortodoks sejak itu menyelaraskan kalender mereka sendiri untuk tujuan menghitung Natal.
Diberi Pilihan Untuk Memilih
Sinode Gereja Ortodoks Ukraina memutuskan pada bulan Oktober bahwa gereja lokal dapat memilih bersama dengan komunitas mereka, dengan mengatakan keputusan tersebut berdasarkan diskusi dan juga efek dari keadaan perang.
Di Bobrytsia, beberapa anggota mempromosikan perubahan di dalam gereja lokal, yang baru-baru ini beralih menjadi bagian dari Gereja Ortodoks Ukraina, tanpa ikatan dengan Rusia.
Ketika pemungutan suara dilakukan minggu lalu, 200 dari 204 orang setuju untuk mengadopsi 25 Desember sebagai hari baru untuk merayakan Natal.
“Ini adalah langkah besar karena tidak pernah dalam sejarah kami memiliki tanggal perayaan Natal yang sama di Ukraina bersama seluruh warga Kristen lainnya,” kata Roman Ivanenko, seorang pejabat lokal di Bobrytsia, dan salah satu promotor perubahan tersebut.
Advertisement
Putus Hubungan dengan Rusia
Dia menyebut peralihan itu dilakukan untuk "memutus hubungan" dengan Rusia.
Seperti di semua wilayah Kyiv, Minggu pagi di Bobrytsia dimulai dengan suara sirene, tetapi itu tidak menghalangi orang untuk berkumpul di gereja untuk menghadiri Misa Natal pada 25 Desember untuk pertama kalinya.
Pada akhirnya, tidak ada serangan yang dilaporkan di ibu kota.
Anna Nezenko (65) datang ke gereja di Bobrytsia setiap Natal sejak bangunan itu diresmikan pada tahun 2000. Dia bilang tidak merasa aneh melakukannya pada 25 Desember, meski selama ini merayakan pada 7 Januari.
“Yang paling penting adalah Tuhan yang ada di hati,” katanya.
Kemerdekaan Penuh
Pada tahun 2019, Patriark Ekumenis Bartholomew, pemimpin spiritual Gereja Ortodoks Timur, memberikan kemerdekaan penuh, atau autocephaly, kepada Gereja Ortodoks Ukraina.
Warga Ukraina yang mendukung pengakuan atas gereja nasional sejalan dengan kemerdekaan politik Ukraina dari bekas Uni Soviet telah lama meminta persetujuan semacam itu.
Gereja Ortodoks Rusia dan pemimpinnya, Patriark Kirill, memprotes keras tindakan tersebut, dengan mengatakan Ukraina tidak berada di bawah yurisdiksi Bartholomew.
Meski begitu, cabang utama Ortodoksi lainnya di negara itu -- Gereja Ortodoks Ukraina -- tetap setia kepada aturan Moskow sampai pecahnya perang.
Advertisement