Rusia Sudah Lelah? Ukraina Diminta Setop Perlawanan

Menlu Rusia Sergey Lavrov minta Rusia mengakhiri perlawanan mereka.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Des 2022, 13:55 WIB
Tentara Ukraina menaiki kendaraan lapis baja di dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 22 Desember 2022. Moskow menolak harapan Ukraina untuk menarik pasukan dengan mengatakan negara yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelensky itu harus bisa menerima kenyataan hilangnya teritorial mereka yang berpindah ke Rusia. (AP Photo/Libkos)

Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia meminta agar Ukraina menyetop aksi resistensi mereka. Namun, Rusia ogah mengembalikan wilayah Ukraina yang dianeksasi. 

Empat wilayah Ukraina yang kini diklaim oleh Rusia adalah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporozhye. 

"Musuh menyadari proposal-proposal kami terkait demiliterisasi dan denazifikasi dari wilayah-wilayah yang dikendalikan rezim mereka, (serta) penghilangan ancaman-ancaman kepada keamanan Rusia yang berasal dari sana, dan itu termasuk wilayah-wilayah baru kami," ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dikutip media pemerintahan TASS, Selasa (27/12/2022). 

Invasi Rusia dimulai pada akhir Februari 2022, namun Rusia belum berhasil membuat Ukraina menyerah. Ukraina pun mendapat banjir bantuan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Menlu Sergey Lavrov lantas meminta agar Ukraina menyetujui proposal-proposal Rusia dengan bersahabat. Bila tidak, Rusia akan mengambil tindakan. Rusia berkata bolanya sekarang berada di Ukraina. 

"Untuk kemungkinan keberlanjutan konflik, maka bolanya ada di sisi rezim mereka dan Washington yang ada di belakangnya. Mereka bisa mengakhiri perlawanan tak berakal ini kapanpun mereka mau," ujar Menlu Lavrov.

Apabila Rusia ogah melepaskan daerah-daerah Ukraina, maka kemungkinan perdamaian akan semakin kecil karena pemerintah Ukraina menuntut supaya Rusia angkat kaki dari wilayah-wilayah Ukraina. 

"Tinggalkan wilayah Ukraina seperti yang ditetapkan oleh PBB pada 1991. Jadi itu perbatasannya. Bukan yang 2014. Kami tidak ingin satu meter persegi pun wilayah Rusia," ujar Wakil Ketua Parlemen Ukraina (Verkhovna Rada) Olena Kondratiuk di Jakarta kepada Liputan6.com pada Oktober lalu.

"Mereka harus pergi dari Ukraina. Setelah itu kita bisa bicara." tegas Olena.


Bangkai Rudal Rusia Jadi 'Kuburan Unik' di Kharkiv Ukraina

Seorang petugas tengah mengamati puing-puing roket Rusia yang dikumpulkan di Kharkiv, Ukraina, Kamis, 22 Desember 2022. (AP/Evgeniy Maloletka)

Kharkiv, kota di Ukraina timur, memiliki "pemakaman" yang unik, yang mengingatkan orang akan beberapa kerusakan terburuk yang terjadi sejak invasi Rusia. Pemakaman itu berupa puing-puing roket yang digunakan untuk menyerang kota tersebut dan penduduknya.

Di kuburan itu terdapat lebih dari 1.000 rudal, atau bagian-bagian rudal. Otoritas lokal berharap mereka bisa membantu memberi informasi untuk setiap kasus tuntutan terhadap otoritas dan tentara Rusia. Dan mungkin, suatu hari kelak, rudal-rudal itu akan menjadi bagian dari museum kekejaman Rusia di negara itu. 

Silinder-silinder kebiruan itu dijejerkan dalam barisan sesuai ukurannya, membuat pemandangan yang mengesankan jika dilihat dari udara, dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (25/12).

Dmytro Chubenko, juru bicara Kantor Kejaksaan wilayah Kharkiv, mengatakan bahwa roket-roket itu telah dikumpulkan sejak serangan pertama. Setelah beberapa waktu, para pejabat memutuskan untuk menyusun bangkai-bangkai roket itu berdasarkan jenisnya.

"Ini adalah potongan bukti yang akan digunakan oleh pengadilan pidana internasional," katanya ketika berkunjung ke tempat itu. Dia mengatakan bahwa beberapa spesialis telah datang ke kota itu untuk mempelajari materi tersebut.

Rudal-rudal itu, ia menambahkan, digunakan untuk menyerang beberapa daerah permukiman penting. Dia mengatakan bahwa pihak berwenang memperkirakan setidaknya 1.700 orang tewas akibat penembakan, termasuk 44 anak-anak, di Kharkiv dan sekitarnya.


Natal 2022, Presiden Ukraina Minta Rakyat Tabah Hadapi Rusia

Relawan Ukraina membersihkan puing-puing di bangsal bersalin rumah sakit yang rusak di Vilniansk, wilayah Zaporizhzhia, Rabu (23/11/2022). Akibat serangan roket Rusia ke salah satu rumah sakit lokal itu, bangunan dua lantai tempat bagian bersalin hancur. (AP Photo/Kateryna Klochko)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak rakyatnya untuk bertahan dalam menghadapi serangan Rusia saat negara itu merayakan Natal.

Dalam pidato menantang pada hari Sabtu, dia berkata: "Kebebasan datang dengan harga tinggi. Tetapi perbudakan memiliki harga yang lebih tinggi," demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (25/12/2022).

Serangan rudal dan drone Rusia telah membuat jutaan orang Ukraina tanpa daya, pemanas, dan air mengalir.

Sebelumnya pada Sabtu, serangan udara Rusia menewaskan 10 orang di kota Kherson selatan Ukraina, kata para pejabat.

Otoritas regional mengatakan 68 orang lainnya terluka dan meminta penduduk setempat untuk segera mendonorkan darah.

Menggambarkan Rusia sebagai "negara teroris", Zelensky menuduh pasukan Rusia "membunuh demi intimidasi dan kesenangan".

Dalam sebuah posting di media sosial, ia menunjukkan gambar-gambar jalan-jalan yang penuh dengan mayat dan mobil yang terbakar, mengatakan "dunia harus melihat dan memahami kejahatan mutlak apa yang kita lawan".


Ukraina Desak Aliansi Tank Militer Pimpinan Jerman

Petugas pemadam kebakaran membersihkan puing-puing gedung pemerintah yang terkena roket Rusia di Mykolaiv (29/3/2022). Gubernur Vitaly Kim mengatakan bahwa kebanyakan orang di dalam gedung tidak terluka tetapi beberapa warga sipil dan tentara belum ditemukan. (AFP/Bulent Kilic)

Ukraina telah memperbarui permintaannya untuk tank tempur utama Jerman. Sementara itu, Volodymyr Zelenskyy telah mendarat kembali di Kyiv setelah mengunjungi Amerika Serikat.

Seorang pejabat senior Ukraina telah meminta Jerman untuk membentuk ''aliansi tank Eropa" untuk merampingkan bantuan militer ke Kyiv.

Dalam sebuah wawancara dengan outlet media Redaktionsnetzwerk Deutschland pada hari Jumat, wakil menteri luar negeri Ukraina dan mantan duta besar untuk Jerman, Andriy Melnyk, meminta Jerman untuk memasok Kyiv dengan tank tempur utama Leopard dan kendaraan tempur infanteri Marder.

"Jika pemerintah Jerman tidak ingin melakukannya sendiri dalam pengiriman, maka Jerman dapat mengejar peran kepemimpinan di benua itu dalam hal ini, menempa aliansi tank Eropa," kata Melnyk seperti dikutip dari MSN News, Minggu (25/12).

Melnyk sebelumnya melayangkan gagasan aliansi untuk memasok tank ketika dia mengundurkan diri sebagai duta besar pada Oktober.

Pada saat itu, ia menyarankan negara-negara Eropa dapat mengumpulkan stok mereka sekitar 2.000 tank Leopard 2 dan mengirimkan 10% dari mereka ke Ukraina.

Dalam wawancara pada Jumat, Melnyk juga meminta Jerman untuk mengikuti Amerika Serikat dengan menyampaikan sistem pertahanan udara Patriot.

Berlin baru-baru ini mengirimkan sistem tersebut ke mitra NATO Polandia, tetapi mencegah Warsawa meneruskan peralatan tersebut ke Ukraina.

Kanselir Jerman Olaf Scholz sebelumnya mengatakan Jerman tidak akan secara sepihak mengirimkan tank ke Ukraina tanpa dukungan dari negara lain di Eropa.

Namun, Melnyk memintanya untuk "secara besar-besaran meningkatkan dukungan militer untuk tanah air saya tanpa jika atau tetapi."

Infografis Rencana Kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia di Tengah Konflik (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya