Kisah Kedai Es Krim Mixue, Dibangun Mahasiswa Bermodal Duit Nenek Rp 7,5 Juta

Setelah 25 tahun didirikan, Mixue kini memiliki lebih dari 21.000 toko di seluruh China.

oleh Aprilia Wahyu Melati diperbarui 13 Mar 2024, 11:27 WIB
Outlet Mixue di Ciwalk Bandung. (Foto: instagram.com/mixueciwalk_)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu gerai minuman asal China Mixue cukup populer karena harganya yang terbilang murah. Bermula ketika masih menjadi seorang mahasiswa, Zhong Hongchao sukses mengembangkan bisnisnya ini yang sudah berdiri sejak 1997.

Pasar minuman teh di China bernilai hampir USD 40 miliar pada tahun 2021 dan tiga kali lebih besar dari kopi. Setelah 25 tahun didirikan, Mixue kini memiliki lebih dari 21.000 toko di seluruh China.

Adapun tujuan berdirinya merek ini adalah untuk ekspansi ke luar negeri lebih lanjut dengan pendaftaran merek dagang di sekitar 30 pasar, termasuk Jepang, Eropa, AS, Kyrgyzstan dan Uzbekistan.

Asal Mula Mixue Bingcheng

Melansir Bnews, Selasa (27/12/2022), pada 1997 silam, Hongchao bekerja paruh waktu di toko minuman dingin, yang berspesialisasi dalam es serut. Dari pengalaman tersebut, ide baru untuk mendirikan gerai minuman teh dan es krim ini pun muncul.

Untuk mendukung bisnis cucunya tersebut, nenek Hongchao akhirnya memberinya 4.000 yuan atau sekitar USD 483 (Rp 7,5 juta). Hasilnya, setelah lulus dari universitas, Zhang kembali ke Zhengzhou dan membuka kios untuk mulai menjual es serut.

Toko yang disebut "es serut aliran dingin" ini adalah cikal bakal Mixue Bingcheng. Perjalanan kewirausahaan Zhang Hongchao pun dimulai.

Karena modal awal terbatas, peralatan toko juga sangat sederhana. Saat itu hanya ada lemari es, beberapa bangku, dan meja lipat.

Bahkan mesin es serut untuk membuat es serut dirakit sendiri oleh Hongchao dengan motor, meja putar, dan pemotong yang dibeli terpisah. Produk utama toko ini juga sangat monoton, terutama es serut, es krim, dan smoothie.

Setelah bisnisnya berangsur membaik, ia memulai bisnis teh susu di warung.

Hongchao mampu menghasilkan lebih dari 100 yuan sehari, tetapi lambat laun dia menemukan masalah bahwa bisnis es serut akan bergantung pada musim. Saat musim panas bisa laris manis, tetapi ketika masuk musim dingin mungkin tidak begitu diminati. Alhasil toko pertamanya terpaksa harus tutup.

Setahun kemudian, Hongchao membuka toko kedua dan mengubah nama toko menjadi Mixue Bingcheng. Mixue Bingcheng dalam bahasa Cina berarti "istana es yang dibangun dari salju yang manis".

Dengan logo manusia salju yang menjual es krim, Mixue saat ini menjual produk, antara lain es krim campur teh, teh susu, dan teh buah.

 


Harga Murah Justru Menguntungkan

Ilustrasi es krim stroberi - Image by silviarita from Pixabay

Teh, susu, dan es krim Mixue begitu populer karena harganya yang murah, terutama bagi konsumen China yang mengetatkan pengeluarannya karena pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Di daratan China, Mixue hanya dijual seharga 7 yuan atau sekitar 97 sen AS. Sedangkan teh lemon dan limun masing-masing dihargai 6 yuan dan 4 yuan. Minuman rata-rata dijual hanya sekitar 6-8 yuan.

Selain harga minuman yang murah, biaya waralaba yang rendah juga memberikan keuntungan bagi Mixue dalam memperluas pengakuan dan keberadaannya.

Pada tahun 2021, Mixue membuka lebih dari 7.000 cabang dan dengan cepat meningkatkan jumlah tokonya menjadi 21.619 pada Maret 2022. Bahkan Mixue diperkirakan akan tembus hingga 30.000 toko pada akhir tahun.

Selain itu, Mixue juga mencatat pendapatan lebih dari dua kali lipat menjadi 10,3 miliar yuan pada tahun 2021. Merek tersebut juga telah meningkatkan ekspansi bisnisnya di luar negeri dan telah mendaftar untuk IPO di Bursa Efek Shenzhen.

 


Kunci Kesuksesan Bisnis

Ilustrasi wanita miliarder (pexels.com/Karolina Grabowska)

"Kunci" untuk membantu Mixue mempertahankan laba yang stabil terletak pada strategi pengadaan dan produksinya. Mixue memiliki dapur pusat di dekat pemasoknya yang menangani semua langkah mulai dari pembelian, pemrosesan hingga pengiriman ke toko waralaba. Mixue memiliki pabrik pengolahan lemon besar yang berlokasi di Kota Ziyang, Provinsi Sichuan, yang memasok sekitar 80 persen produksi buah jeruk di China.

Pendapatan biaya waralaba hanya menyumbang 1,9 persen dari penghasilan di Mixue, terutama berasal dari penjualan bahan dan peralatan ke toko. Biaya toko juga merupakan faktor. Rantai saingan Mixue, Heytea dan Nayuki Tea & Bakery, sebagian besar membuka toko besar di pusat perbelanjaan yang berlokasi di Shanghai dan kota-kota padat penduduk. Sebaliknya, Mixue justru memusatkan tokonya di kota-kota kecil, tempat orang-orang memiliki pendapatan rata-rata yang relatif rendah dan kebanyakan hanya melayani takeout.

Rantai toko minuman ini telah menarik banyak anak muda di Tiongkok dengan rasa ingin berbelanja. Apalagi ketika kebijakan ketat China "Zero COVID" telah memengaruhi ekonomi sehingga tingkat pengangguran pekerja berusia 16-24 tahun menjadi 19,9 persen pada Juli 2022.

Kebanyakan orang China hanya memiliki gaji pokok bulanan sebesar 3.000-4.000 yuan atau sekitar 413-551 USD. Sebab itu, munculnya rantai ini telah berkontribusi dalam memperbaiki situasi pengangguran lokal.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya