Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2015 hingga 2019, Indonesia mendapatkan permintaan sebanyak 15.431 perawat dari Timur Tengah setiap tahunnya.
Namun, menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), hanya 5.625 saja yang mampu dipenuhi oleh Indonesia.
Advertisement
Penempatan perawat lewat program Government to Government (G to G) ke Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Jerman dan negara lainnya juga tak memenuhi permintaan yang ada. Program yang berlangsung pada 2016 hingga 2019 ini menunjukkan bahwa Indonesia hanya mampu mengisi 52 persen dari total permintaan.
Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah perawat di Indonesia mencapai 511.191 orang pada 2021. Jumlah itu meningkat 16,65 persen dari tahun sebelumnya yakni sebesar 438.234 orang.
Jika dibandingkan dengan daya serap tenaga perawat di Indonesia, jumlah tersebut menghasilkan data surplus perawat sebanyak 15-16 persen atau setara dengan 28.000 perawat menganggur.
“Hal ini sangat disayangkan mengingat permintaan tenaga perawat di luar negeri yang cukup banyak tapi terkendala kemampuan bahasa dan sertifikasi profesi internasional,” kata Mahasiswa Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Tifanne Winesa melalui keterangan tertulis kepada Health Liputan6.com, Selasa (27/12/2022).
Menurut Tifanne, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan peningkatan pelatihan bahasa bagi perawat dan penentuan standar sertifikasi internasional.
Minat Perawat Kerja di Luar Negeri
Menurut data yang dihimpun Tifanne dari (Gusti, 2010), minat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri cukup tinggi. Beberapa faktor yang mendorong minat perawat dalam hal ini adalah pendapatan yang jauh lebih tinggi dari Indonesia. Ditambah fasilitas kerja yang didapatkan oleh perawat seperti apartemen karyawan dan transportasi.
Senada, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, peluang untuk mempekerjakan perawat ke luar negeri terkendala masalah bahasa.
Kemampuan berbahasa inggris perawat di Indonesia masih rendah. Sejak 2016 hingga 2017, peluang untuk mempekerjakan perawat Indonesia di Qatar sebanyak 100 orang melalui kerja sama antara Kementerian Kesehatan, BNP2TKI dan Pemerintah Qatar. Namun, yang berhasil lolos seleksinya hanya 27 orang.
Hal yang sama terjadi pada proses seleksi perawat yang akan bekerja di Saudi Arabia dari total 240 peserta yang mendaftar hanya 50 perawat yang lolos persyaratan. BNP2TKI juga mencatat dari total permintaan tenaga perawat Indonesia dari luar negeri sebanyak 15.431 orang, hanya 5.625 orang atau sebesar 37 persen saja yang memenuhi kualifikasi.
Advertisement
Butuh Sertifikat Internasional
Belum terpenuhinya permintaan disebabkan perawat Indonesia belum memiliki atau tidak lulus sertifikasi internasional dan ujian bahasa asing seperti yang dipersyaratkan oleh negara yang menjadi tujuan.
Sertifikasi internasional bagi perawat yang berlaku universal seperti National Council Licensure Examination-Registered Nurse (NCLEX-RN) yang dikeluarkan di Amerika, saat ini dapat diperoleh melalui pelatihan dan ujian. Pelatihan dan ujian dapat dilakukan di empat negara Asia, yakni Filipina, Taiwan, Hongkong dan India.
Peluang perawat lolos dalam sertifikasi juga masih cukup rendah. Selain itu, biaya yang dibutuhkan pun cenderung mahal.
Perawat Indonesia sendiri memiliki sertifikat kompetensi yang didapatkan setelah menjalani ujian kompetensi yang berstandar nasional sebagai tanda mutu lulusan keperawatan. Namun, sayangnya sertifikat kompetensi tersebut tidak berlaku secara internasional.
Soal pendayagunaan tenaga kesehatan (nakes) ke luar negeri, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 37 Tahun 2015. Pada Pasal 2, dikatakan bahwa pendayagunaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kesehatan Indonesia secara optimal dan manusiawi guna menjalankan upaya kesehatan dalam alih ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan profesionalisme dan daya saing tenaga kesehatan Indonesia di tingkat internasional.
Proyeksi BPS
BPS memproyeksikan jumlah perawat akan terus mengalami peningkatan 34-38 persen setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari bertambahnya persentase jumlah lulusan perawat baik dari jenjang D3, D4 maupun S1 Ners.
Salah satu tantangan yang dihadapi yaitu masalah penyediaan lapangan kerja. Sementara, masyarakat dunia menghadapi terjadinya shortage of nurses, yaitu keterbatasan jumlah perawat terutama bagi negara maju.
Setiap tahun, migrasi internasional meningkat dua kali lipat. Pada 2014, sebanyak 192 juta orang bermigrasi. Dan diperkirakan pada 2020, sebanyak 230 juta penduduk dunia adalah migran termasuk 1.5 juta tenaga kesehatan profesional, terutama perawat yang merupakan 80 persen dari tenaga kesehatan global.
Data BNP2TKI selama 2017 hingga 2018 menunjukkan permintaan tenaga nurse, nursing home, dan caregiver totalnya sebanyak 944.916. Jumlah ini tersebar untuk negara Saudi Arabia, Kuwait, Papua New Guinea, dan Taiwan. Namun, baru 84.316 tenaga yang dapat dipenuhi untuk ditempatkan di Saudi Arabia, Singapore, Taiwan, Kuwait, United Arab Emirates, Oman, Malaysia, Jepang, Hong Kong, Brunei Darussalam, Bahrain, Kanada, dan Sri Lanka.
Advertisement