Kisah Kelam Bunker Jepang di Lumajang Telan Banyak Korban Jiwa

Kabupaten Lumajang dinilai memiliki potensi besar untuk eksplorasi sumber daya alam sehingga menjadi alasan Jepang membangun bunker.

oleh Panji Prayitno diperbarui 28 Des 2022, 07:00 WIB
Ngarai Sianok juga menjadi tempat bagi Lobang Jepang, bunker pertahanan yang dibangun masa penjajahan

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah bangunan sisa peninggalan penjajahan Jepang masih berdiri. Bangunan peninggalan penjajah tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata saat ini.

Salah satunya bunker peninggalan penjajah Jepang yang ada di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Dari informasi yang didapat, bunker Jepang di Lumajang tersebut dibangun pada tahun 1943.

Saat itu, Jepang melakukan mobilisasi besar-besaran di daerah yang dianggap strategis untuk menghalau tentara sekutu. Terutama, dari wilayah Australia berdekatan dengan perairan Lumajang.

Selain itu, Kabupaten Lumajang dinilai Jepang merupakan wilayah yang cukup penting. Kabupaten Lumajang dinilai memiliki potensi besar untuk eksplorasi sumber daya alam, sumber daya manusia sekaligus merupakan daerah yang cukup strategis untuk pertahanan.

Sejumlah bukti yang hingga kini masih ada, mulai dari lapangan terbang dan puluhan bahkan ratusan bunker yang sudah tertutup pasir mulai dari wilayah Tempeh, Kunir, Pasirian, hingga Tempursari.

Meski hanya tinggal puing dan sedikit sisa bangunannya saja, keberadaan bunker merupakan bagian dari fakta sejarah. Lumajang merupakan daerah yang juga memiliki pengalaman pahit pada masa penjajahan Jepang.

Dengan mengerahkan barisan pemuda semi militer yang tergabung dalam seinendan dan dibantu oleh romusha, proyek ini dikerjakan pada awal tahun 1943.

 

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

Saksikan video pilihan berikut ini: 


Kerja Paksa

Para pekerja bukan hanya berasal dari daerah Lumajang, tetapi dari sejumlah daerah, seperti Probolinggo, Malang, Pasuruan, Bondowoso hingga dari daerah Bojonegoro.

Selama kurang lebih satu bulan, seinendan dan murid sekolah menengah asal Malang. Sebanyak 250 orang diwajibkan untuk mengikuti kinrohosi (kerja bakti).

Mereka ditempatkan di dua barak. Barak itu bertiang bambu, berdinding dan beratap alang-alang. Pembangunan Lapangan terbang dan sejumlah bunker di daerah Pandawangi, menelan ratusan korban jiwa.

Mereka tewas akibat minimnya sarana penunjang kerja, buruknya gizi, barak yang tidak memadai, kerasnya tekanan tentara Jepang, serta kondisi psikologis yang lemah.

Untuk makan saja, mereka harus menunggu berjam-jam, dengan menu makanan yang sangat sederhana, seperti nasi jagung dan ikan asin atau bahkan dengan gaplek (singkong yang dikeringkan).

Sedangkan, untuk kebutuhan air minum, mereka harus mengonsumsi air mentah dari sungai setempat. Jika malam, mereka harus tidur tanpa alas atau bahkan selimut, meskipun angin cukup kencang karena berada di daerah pantai yang suhunya sangat dingin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya