Liputan6.com, Jakarta Komitmen pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan hilirisasi bahan tambang bukanlah sekedar rencana belaka. Semenjak tahun 2020, pemerintah secara bertahap terus menghentikan ekspor bahan tambang yang dimulai dari timah, bauksit, nikel, hingga alumina.
Keputusan pemerintah untuk menghentikan ekspor bahan tambang tersebut merupakan strategi dalam mewujudkan hilirisasi yang nantinya akan meningkatkan nilai tambah komoditas suatu negara.
Advertisement
Melalui hilirisasi, komoditas yang diekspor tidak lagi berwujud bahan baku mentah namun telah menjadi barang setengah jadi. Disamping itu, pemerintah juga mengharapkan hilirisasi ini dapat memperkuat industri, meningkatkan peluang usaha di dalam negeri melalui tersedianya lapangan pekerjaan baru.
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program hilirisasi dari pemerintah, Holding Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID bersama PT Timah Tbk akan mengunakan teknologi terbaru dalam pengolahan komoditas timah di tahun 2023.Teknologi bernama peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah. Penggunaan teknologi ausmelt diyakini dapat menekan biaya produksi.
Direktur Utama PT Timah Tbk, Achmad Ardianto mengatakan, saat ini TSL Ausmelt Furnace sudah menyelesaikan tahapan hot commissioning. Setelah sebelumnya beberapa tahapan sudah dilakukan hingga nantinya digunakan secara penuh.Ia mengatakan, untuk tahun pertama, kapasitas produksi TSL Ausmelt Furnace baru akan digunakan 50 persen. Oleh karena itu, PT Timah Tbk masih mengoptimalkan tanur reverberatory furnace yang dimiliki perusahaan.
"Hari ini telah kita lakukan Hot Commissioning dan berhasil menghasilkan logam timah berkadar 99 persen. Berikutnya akan disegerakan untuk production ramp-Up dan performance test," kata Achmad Ardianto dikutip Selasa (27/12/2022).
"TSL Ausmelt Furnace akan disiapkan untuk beroperasi di 2023, untuk tahun pertama kapasitas produksinya akan dimaksimalkan 50 persen dulu. Namun, 50 persen dari Ausmelt ini sudah memenuhi 65 persen dari rencana produksi tahun depan," lanjut dia.
Transformasi Teknologi
Proyek Ausmelt merupakan salah satu proyek strategis di Holding Industri Pertambangan MIND ID. Pembangunan TSL Ausmelt Furnace merupakan salah satu bentuk transformasi teknologi peleburan yang dilakukan PT Timah Tbk.
Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober lalu ke proyek pembangunan Ausmelt Furnace, Presiden menyampaikan tentang pentingnya kehadiran TSL Ausmelt Furnace sebagai upaya untuk mendorong hilirisasi dalam konteks ketersediaan mineral timah sebagai komoditas namun tetap lebih ramah lingkungan karena dilengkapi dengan Hygiene Sistem dan Waste-Water Treatment.
Pembangunan TSL Ausmelt Furnace sendiri adalah strategi PT Timah Tbk untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini, khususnya dalam memaksimalkan konsentrat timah kadar rendah. Dengan TSL Ausmelt Furnace, diharapkan mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40 persen Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.
Achmad Ardianto mengatakan, tujuan transformasi teknologi pengolahan ini untuk optimalisasi teknologi, peningkatan kapasitas, efisiensi produksi dan keselamatan serta kesehatan lingkungan dan terus mengoptimalkan persiapan operasional TSL Ausmelt Furnace dengan menyiapkan SDM, sistem operasi yang andal dan bahan baku.
"Sembari memastikan keandalan dalam mengoperasikan TSL Ausmelt Furnace, kita menyiapkan SDM dan hal teknis lainnya termasuk supply bahan baku," ujarnya.
Advertisement
Semangat Hilirisasi
Sementara itu Direktur Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo menyebut bahwa improvisasi teknologi yang dilakukan PT Timah Tbk sudah sejalan dengan visi MIND ID untuk mengembangkan teknologi yang efisien dan modern, sehingga bisa meningkatkan produksi dan nilai tambah dari komoditi yang dihasilkan namun tetap ramah lingkungan.
“MIND ID mendorong Anggota Holding Industri Pertambangan untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi yang terbaru dan lebih efisien. Tujuannya, secara kuantitas produksi bisa lebih besar sehingga bisa memenuhi demand market, dan secara kualitas bisa lebih baik dan kompetitif,” ujar Dilo.
Pun kami mendorong penggunaan teknologi harus sesuai dengan semangat hilirisasi, green-economy dan sustainability agar kontribusi yang dihasilkan untuk perusahaan dan masyarakat lebih berkelanjutan dan bermanfaat,” sambungnya.