Restoran Minta Maaf Atas Pertunjukan Tari Perut oleh Penari Hampir Telanjang di Dekat Masjid

Sebelum meminta maaf, restoran Turki di Singapura ini menjelaskan kronologi pertunjukan tari perut di tempat mereka.

oleh Asnida Riani diperbarui 28 Des 2022, 14:03 WIB
Restoran minta maaf atas pertunjukan tari perut oleh penari hampir telanjang di dekat sebuah masjid di Singapura. (dok. Facebook Abu Jalal Sarimon/https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10159156115086845&set=pcb.10159156115276845&type=3&theater)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah restoran Turki di Singapura meminta maaf pada komunitas Muslim atas pertunjukan tari perut di Kampong Glam. Permintaan maaf itu merupakan respons atas unggahan pengguna Facebook Abu Jalal Sarimon, Sabtu, 24 Desember 2022.

Di sana, sebagaimana dilansir dari Stomp, Rabu (28/12/2022), Sarimon mengatakan restoran di Jalan Bussorah di sebelah Masjid Sultan itu mempertunjukan tari perut oleh seorang penari "hampir telanjang" dalam "pakaian terbuka." "Di manakah rasa hormat pada komunitas Muslim dan masjid suci?" tanyanya di unggahan yang menyertakan dua foto penari perut itu.

Membalas komentar di unggahannya, Sarimon menyebut bahwa pemilik restoran adalah warga Singapura non-Muslim. Ia menambahkan, "Sedih sekali warga Singapura kami tidak memiliki rasa hormat dan tidak toleran terhadap agama kami."

Keesokan harinya, Restoran Turki Derwish membuat beberapa klarifikasi di halaman Facebook-nya sebelum meminta maaf. Restoran itu mengatakan, "Tarian itu diorganisir seorang langganan untuk memeriahkan pesta yang diadakan untuk mereka di restoran kami seminggu lalu. Bukan niat kami untuk tidak menghormati masjid atau komunitas Muslim."

"Pelanggan kami yang tampil, sebenarnya, mengenakan rompi pas berwarna kulit yang disampirkan di bawah kostum penari perut. Tidak terpikirkan bagi kami untuk mengizinkan penari berpakaian minim di depan toko mengetahui kedekatan kami dengan masjid," pihaknya menyambung.

Restoran itu juga menyebut, "Restoran Turki Derwish selalu memiliki pemilik Muslim. Kolega non-Muslim Singapura yang disebutkan Tuan Abu Jalal adalah manajer restoran kami selama 11 tahun, bukan pemilik bisnis. Ia sama sekali tidak mengklaim sebagai pemilik restoran dan ada kesalahpahaman yang jelas mengenai hal ini."

 


Meminta Maaf

Ilustrasi restoran. (dok. pexels.com/Emre Kuzu)

Pihak restoran melanjutkan, "Sebagai bisnis milik Muslim yang telah mengoperasikan restoran di sekitarnya selama bertahun-tahun, kami tanpa pamrih menyampaikan permintaan maaf yang tulus pada semua pelanggan Muslim dan komunitas Muslim pada umumnya jika ada pelanggaran yang dilakukan."

"Kami ingin memastikan lebih lanjut bahwa ini tidak akan terjadi lagi dan kami akan melakukan yang lebih baik dalam mengukur kepekaan masyarakat di masa depan," imbuhnya.

Ini tentu bukan kali pertama konten seputar restoran di Singapura jadi sensasi online. Sebelum ini, sebuah gerai nasi padang diprotes karena menjual makanan dianggap menetapkan harga terlalu tinggi.

Mengutip AsiaOne, seorang pelanggan bercerita membayar 24 dolar Singapura (sekitar Rp276 ribu) untuk sebungkus nasi padang. Dalam unggahan Facebook pada Rabu, 14 Desember 2022, pelanggan bernama Iluv Ben Ten ini mengatakan, ia membeli makanan mahal beberapa hari yang lalu dari sebuah warung di Bedok Food Centre.

Ia bercerita memesan telur ikan, tahu, dan sambal goreng dengan nasi. Penjual di warung memang sudah mengatakan padanya bahwa harga telur ikan itu mahal, tapi ia tidak menyangkan akan "semahal itu." "Siapa yang (mengira) itu (akan) merugikan saya sebanyak ini," kata wanita itu.


Perkiraan Harga Awal

Ilustrasi warung nasi padang di Singapura. (dok. Instagram @ourgrandfatherstory/ https://www.instagram.com/p/CMyYlX-BeAX/)

Si pelanggan memperkirakan berapa harga setiap item: 20 dolar Singapura (sekitar Rp230 ribu) untuk telur ikan dan masing-masing dua dolar Singapura (sekitar Rp23 ribu) untuk tahu dan sambal goreng.

Wanita itu, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan pada AsiaOne bahwa semula ia memperkirakan harga makanan itu sekitar 10--15 dolar Singapura. "Saya benar-benar terkejut! Saya tidak akan membayarnya di kondisi normal," katanya, menambahkan bahwa ia tidak punya pilihan lain karena sedang terburu-buru hari itu dan itu adalah satu-satunya kios yang tidak mengantre.

Ia mengatakan, pegawai itu tidak memberi tahunya tentang rincian harga dan menambahkan bahwa ia tidak meminta klarifikasi atas tuduhan tersebut. Keluhannya segera jadi viral dan banyak warganet berkomentar bahwa harganya terlalu mahal, salah satunya bahkan menyebut itu sebagai "perampokan di siang hari."

Yang lain mengatakan bahwa dengan uang sebanyak itu, wanita itu bisa saja pergi ke bufet atau makan di restoran. Beberapa berkelakar bahwa harga telur ikan sangat mahal karena itu adalah kaviar.

Unggahan Facebook itu juga memicu diskusi tentang harga telur ikan. Beberapa tidak percaya bahwa telur ikan semahal itu, sementara yang lain mengatakan bahwa bahan-bahan seperti telur ikan, daging kambing, dan daging sapi biasanya berharga lebih dari 10 dolar Singapura (sekitar Rp115 ribu).


Memicu Diskusi

Nasi padang, kuliner Indonesia asal Sumatra Barat. (Sumber Foto: godzillatummy/Instagram)

Nur Sharifah, yang mengelola warung nasi padang lain bernama Puteri Nasi Padang & Katering di pusat makanan yang sama, mengatakan telur ikan menang tidak murah. "Harga tergantung ukuran telur ikan," ujarnya pada AsiaOne.

Sharifah menjual telur ikan Batang di warungnya yang biasanya cukup mahal. Sepotong biasa dapat seharga 5--8 dolar Singapura (sekitar Rp57 ribu--Rp92 ribu). Sementara, potongan telur ikan yang lebih besar, yang dapat dibagi di antara dua hingga tiga orang, dapat mencapai 15 dolar Singapura (sekitar Rp173 ribu).

Ia juga mengaku tidak mendapat banyak untung dari menjual telur ikan. "Jika kami menjual telur ikan seharga 8 dolar Singapura (sekitar Rp92 ribu), harga (aslinya) sekitar 6 dolar Singapura (sekitar Rp69 ribu)" katanya.

Di tempat lain, harga grosir telur ikan air tawar, yang biasa dijual di warung nasi ekonomi, dikatakan di bawah 10 dolar Singapura (sekitar Rp115 ribu) per kg.

Wakil ketua Asosiasi Umum Pedagang Ikan Singapura memberi tahu 8World, "20 dolar Singapura (sekitar Rp230 ribu) per potong benar-benar terlalu mahal. Saya pikir kios itu terletak di sepanjang Sixth Avenue, jadi harga sewanya mungkin menyebabkan harga makanan lebih tinggi.

"Tapi kalau (kios) di Bedok, (sewanya) mungkin tidak mahal, jadi makanannya bisa tidak semahal itu," tandasnya.

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya