Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Rabu, (28/12/2022) setelah wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 27 Desember 2022. Hal ini seiring investor menimbang tantangan ekonomi pada 2023.
Indeks saham Australia ASX 200 turun 0,27 persen setelah menguat. Indeks Jepang Nikkei 225 tergelincir 0,58 persen pada satu jam perdagangannya. Indeks Kospi Korea Selatan merosot 1,77 persen.
Advertisement
Yuan offshore sedikit berubah dan berada di posisi 6,9653 terhadap dolar AS setelah China membatalkan syarat karantina untuk pelancong pada Selasa pekan ini.
Bank of Japan merilis ringkasan opini dari pertemuan kebijakan moneter pekan lalu. Secara tak terduga bank sentral memperluas kisaran target imbal hasil obligasi pemerintah Jepang.
Sementara itu, pejabat Amerika Serikat mengatakan, pejabat sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan aturan COVID-19 terbaru bagi pelancong dari China.
“Ada kekhawatiran yang meningkat di komunitas internasional tentang lonjakan COVID-19 yang sedang berlangsung di China dan kurangnya data transparan, termasuk data urutan genomic virus yang dilaporkan dari China,” tulis pejabat tersebut dikutip dari CNBC.
Secara terpisah, Jepang mengumumkan pada Selasa, 27 Desember 2022 akan membutuhkan tes COVID-19 negatif bagi pengunjung dari China mulai 30 Desember 2022.
Bursa saham Hong Kong menguat seiring langkah pembukaan kembali China. Saham operator rantai hotpot seperti Haidilao dan Xiabuxiabu masing-masing bertambah 5,52 persen dan 2,23 persen. Saham Tencent Music Entertainment naik lebih dari lima persen dan saham grup perhiasan Chow Tai Fook bertambah 1,8 persen.
Saham operator kasino yang tercatat di bursa saham Hong Kong juga meningkat. Saham MGM China bertambah 1,75 persen dan Wynn Macau menguat 1,8 persen. Saham Galaxy Entertainment menanjak 1,47 persen dan saham SJM Holdings mendaki 1,82 persen.
Saham terkait perjalanan juga menguat. Saham China Eastern Airlines mendaki 1,22 persen. Saham China Southern Air bertambah 0,77 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 27 Desember 2022
Sebelumnya, bursa saham Asia melonjak pada perdagangan Selasa, 27 Desember 2022. Penguatan bursa saham Asia terjadi setelah China resmi mengumumkan akan akhiri karantina untuk pelancong yang masuk pada 8 Januari 2023.
Hal ini menandai berakhirnya kebijakan nol COVID-19 yang berlangsung selama hampir tiga tahun. China juga menurunkan COVID-19 ke kategori B yang tidak terlalu ketat dari posisi A. Hal itu disampaikan otoritas kesehatan.
Indeks Shanghai melonjak 0,98 persen ke posisi 3.095,57. Indeks Shenzhen bertambah 1,16 persen ke posisi 11.106,50. Sementara itu, bursa saham Hong Kong, Australia, dan Selandia Baru libur.
Di Jepang, indeks Nikkei naik 0,16 persen ke posisi 26.447,87. Indeks Topix bertambah 0,4 persen menjadi 1.910,15. Hal ini seiring kenaikan penjualan yang didorong pariwisata. Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,68 persen menjadi 2.332,79. Indeks Kosdaq menanjak 1,37 persen ke posisi 704,19.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 27 Desember 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 27 Desember 2022. Indeks S&P 500 merosot pada awal pekan ini seiring imbal hasil obligasi naik dan investor menimbang prospek ekonomi pada 2023.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 37,63 poin atau 0,11 persen ke posisi 33.241,56. Indeks S&P 500 tergelincir 0,4 persen menjadi 3.829,25. Indeks Nasdaq terpangkas 1,38 persen menjadi 10.353,23.
Saham yang berkaitan dengan China menguat. Hal tersebut didorong sentimen China melonggarkan pembatasan COVID-19. Saham Tesla turun lebih dari 11 persen di tengah berita tentang jeda produksi yang diperpanjang selama sepekan di Shanghai. Penghentian produksi itu lataran kasus COVID-19 meningkat. Sentimen itu juga mendorong saham Tesla alami kinerja buruk tahunan yang pernah ada. Dengan demikian memicu aksi jual saham Tesla yang berlanjut pada Selasa pekan ini. Sepanjang Desember 2022, saham Tesla turun lebih dari 42 persen.Saham Tesla juga merosot lebih dari 57 persen sejak awal kuartal dan hampir 68 persen pada 2022. Koreksi saham Tesla juga terjadi di tengah akuisisi Twitter oleh CEO Elon Musk.
Southwest turun hampir 6 persen karena maskapai menimbulkan ribuan penerbangan.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi juga menguat sehingga memberikan tekanan pada saham pertumbuhan atau growth stock seperti teknologi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik hampir 11 basis poin ke posisi 3,85 persen. Sementara itu, saham Apple mencatat kinerja buruk di Dow Jones, jatuh ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2021. Saham Apple melemah 1,4 persen.
Terlepas dari saham Apple yang koreksi, sejumlah pengamat dan analis mengatakan, waktu yang lebih baik di depan untuk perusahaan teknologi tersebut. Saham Apple telah anjlok hampir 27 persen pada 2022 karena kenaikan suku bunga. Apple juga bergulat dengan gangguan pasokan yang dipicu oleh penutupan pabrik di pemasok terbesarnya di China yang baru saja mulai mereda.
Selanjutnya
Barton Crockket dari Rosenblatt menuturkan, hambatan produksi telah mereda, permintaan tetap kuat dan masalah rantai pasokan akan mereda pada pertengahan bulan depan. Itu akan menjadi pertanda baik bagi Apple pada tahun baru termasuk saham.
Selain itu, Analis Citi Jim Suva menyebutkan, enam katalis untuk saham pada tahun baru. Meski Desember menantang, ia berharap perdagangan Apple lebih tinggi karena mendapat manfaat dari potensi pertumbuhan di India, pertumbuhan pendapatan berkelanjutan dan peningkatan pendapatan layanan. Selain itu, peluncuran headset augmented reality dan virtual reality, buyback, dan perpindahan ke saham berkualitas dinilai dapat angkat saham.
“Ini pada dasarnya kelanjutan dari imbal hasil tinggi yang menekan pertumbuhan, dengan redistribusi ke sektor lain yang lebih kecil, tetapi tidak cukup besar untuk mengubah indeks utama,” ujar co-Chief Investment Officer Truist’s Keith Lerner seperti dikutip dari CNBC, Rabu (28/12/2022).
Sementara itu, Senior Global Market Strategist Wells Fargo Investment Institute, Sameer Samana menuturkan, kombinasi dari pajak penjualan rugi, penyeimbangan kembali portofolio dan investor yang memutuskan posisi pada 2023 juga dapat membebani indeks saham.
Advertisement