Anak Usaha PT Timah Produksi Tiga Unit Kapal untuk Transportasi Warga Teluk Wondama

Anak usaha PT Timah Tbk (TINS) bisa mendapatkan proyek pengerjaan tiga unit kapal dari Papua Barat ini setelah mengikuti lelang terbuka.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Des 2022, 13:17 WIB
sumber : timah.com

Liputan6.com, Jakarta - Anak usaha PT Timah Tbk (TINS), PT Dok dan Perkapalan Air Kantung atau PT DAK meluncurkan satu bus air dan dua kapal roro  KMP Aitumieri I dan KMP. Aitumieri II yang dipesan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Direktur Utama PT DAK, Ahmad Dani Virsal mengatakan, PT DAK bisa mendapatkan proyek pengerjaan tiga unit kapal dari Papua Barat ini setelah mengikuti lelang terbuka. Pengerjaan kapal yang berlangsung tujuh bulan ini merupakan kapal yang akan menjadi sarana transportasi masyarakat di Teluk Wondama.

Berbahan dasar alumunium, kapal bus itu memiliki kapasitas untuk menampung 25 penumpang. Sedangkan kapal roro memiliki kapasitas untuk menampung 30 orang dan 10 kendaraan roda dua.

"PT DAK mendapatkan kepercayaan untuk membuat tiga unit kapal ini dari Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama. Ini bisa kita selesaikan tepat waktu dan akan diantarkan ke Teluk Wondama pada Januari mendatang. Kapal ini akan menjadi sarana transportasi masyarakat," kata Dani dalam keterangan tertulis, Rabu (28/12/2022).

Dua kapal ini akan melayani rute yang berbeda, yakni daerah Wasior hingga ke Widesi dan satunya akan melayani rute timur dari Wasior ke Pulau Rot. Bersamaan dengan itu, anak usaha PT Timah Tbk ini juga mengembangkan galangan kapal selain di Babel juga di Lombok dan Kepulauan Riau.

"Tahun 2022 ini kita memproduksi 22 unit kapal baru seperti kapal pilot, kapal ambulance laut, kapal roro, dan kapal fiber nelayan," kata Dani.

Ke depan, PT DAK terus meningkatkan fasilitas galangan kapal, meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar bisa memproduksi berbagai jenis kapal sesuai permintaan pelanggan.

 

 


PT Timah Tbk Sumbang Rp 1,39 Triliun ke Negara Lewat Setoran Pajak dan PNBP

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) telah memberikan kontribusi kepada negara dalam bentuk pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 1,39 triliun. Pajak dan PNBP tersebut dicatatkan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022.

Jumlah setoran pajak dan PNBP anggota holding pertambangan Indonesia MIND ID ini meningkat 196 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 445,4 miliar.  Meningkatnya kontribusi pajak dan PNBP PT Timah Tbk hingga kuartal III 2022 ditenggarai meningkatnya setoran PPh 29 (PPh Badan) dan PPh 25 (angsuran PPh Badan), seiring dengan membaiknya performa kinerja keuangan PT Timah Tbk tahun ini.

Hingga kuartal III 2022, perseroan berhasil membukukan laba sebesar Rp 1,14 triliun. Membaiknya kinerja keuangan ini didorong oleh meningkatnya harga jual logam timah, efisiensi di seluruh rantai bisnis, penurunan interest bearing debt dan konsistennya peningkatan kinerja anak usaha segmen non pertimahan.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar menuturkan, perbaikan tata kelola industri timah juga mempengaruhi peningkatan pajak.

 


Kontribusi

Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bersamaan dengan itu, PT Timah Tbk melalui pola kemitraan merangkul masyarakat untuk menambang di wilayah konsesi perusahaan, sehingga masyarakat penambang yang bermitra dengan PT Timah Tbk juga melaksanakan kewajiban perpajakannya.

"Kontribusi pajak dan PNBP PT Timah Tbk hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 1,39 triliun. Membaiknya performa kinerja perusahaan tentunya selaras dengan kontribusi perusahaan kepada negara," kata Abdullah Umar, Selasa (6/12/2022).

Abdullah menambahkan, meski harga timah mengalami penurunan di paruh kedua tahun ini, perseroan optimistis kontribusi pajak dan PNBP PT Timah Tbk kepada negara akan dapat terus meningkat hingga tutup buku tahun 2022.

"Manajemen perseroan berupaya untuk meningkatkan kinerja sehingga bisa memberikan kontribusi kepada negara, pemegang saham dan masyarakat," imbuh Abdullah.

Catatan kontribusi pajak dan PNBP PT Timah Tbk empat tahun terakhir, yakni pada 2018 sebesar Rp 818,7 miliar, 2019 sebesar Rp 1,2 triliun, pada 2020 sebesar Rp 677,9 miliar, lalu sebesar Rp 776,657 miliar dicatatkan pada 2021.


Proyek Ausmelt PT Timah Tbk Beroperasi November 2022, Tekan Biaya Produksi hingga 25 Persen

Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) melakukan transformasi teknologi pengolahan timah kadar rendah dengan membangun Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat.

Pembangunan TSL Ausmelt Furnace telah rampung 100 persen dan direncanakan mulai commisioning pada akhir November ini. Proyek ini merupakan kolaborasi perseroan bersama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebagai bentuk sinergi BUMN. PT Timah Tbk menggandeng Outotec australia yang berpusat di Finlandia sebagai provider teknologi TSL Ausmelt Furnace.

Di tengah gencarnya isu lingkungan yang menyoroti perusahaan pertambangan, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar Baswedan mengatakan, TSL Ausmelt lebih safety dan menerapkan teknologi ramah lingkungan karena dilengkapi dengan Hygien Sistem dan Waste Water Treatment.

"Dengan beroperasinya Ausmelt dapat menekan cost pengolahan sebesar 25 persen dibandingkan dengan menggunakan Reverberatory furnace," kata Abdullah dalam keterangan resmi, Kamis (3/11/2022).

Abdullah menambahkan, tujuan transformasi teknologi pengolahan ini untuk optimalisasi teknologi, peningkatan kapasitas, efisiensi produksi dan keselamatan serta kesehatan lingkungan.

"Dengan beroperasinya TSL Ausmelt Furnace tentunya dapat meningkatkan efektifitas produksi dengan proses pengolahan yang lebih efisien," imbuh dia.

Pembangunan TSL Ausmelt Furnace sendiri adalah strategi untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini. Ketersediaan bijih timah dengan kadar tinggi atau diatas 70 persen Sn sudah terbatas.

Teknologi peleburan timah yang dimiliki PT Timah Tbk saat ini, Tanur Reverberatory tidak mempunyai fleksibilitas mengolah konsentrat bijih timah kadar rendah (kurang dari 70 persen Sn).  Selain itu, membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk melebur timah dan terak.

 


Tekan Biaya Produksi

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tanur Reverberatory menggunakan bahan bakar minyak (marine fuel oil) dengan reduktor batu bara jenis antrasit yang lebih banyak dan membutuhkan biaya yang relatif besar.

"Untuk mampu bersaing dengan industri pertambangan timah dunia, PT Timah Tbk harus menekan cost produksi sehingga penggunaan teknologi menjadi hal yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan ke depan,” ujar Abdullah.

Dengan TSL Ausmelt Furnace, diharapkan mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40 persen Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun. Selain itu, dari sisi pengoperasian TSL Ausmelt Furnace dilakukan dengan proses otomasi dengan sistem kontrol.

Untuk bahan bakar dan reduktor, TSL Ausmelt menggunakan batu bara jenis Sub-Bituminus yang cenderung lebih mudah didapatkan di Indonesia. Waktu pengolahan juga lebih singkat, untuk satu batch pengolahan hanya membutuhkan waktu sekitar 10,5 jam. Sedangkan pada Reverberatory membutuhkan waktu 24 jam per batch.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya