Liputan6.com, Bali - Indonesia ikut mengantre demi memeroleh Dana Pandemi atau Pandemic Fund untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi (Pandemic Prevention, Preparedness, and Response/PPPR). Pandemic Fund diluncurkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai langkah konkret dari pertemuan Negara-negara G20.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dua hal prioritas yang diajukan Indonesia ke Pandemic Fund untuk mendapatkan dana pandemi. Utamanya, dua hal ini ditujukan buat perbaikan dan penguatan sistem kesehatan di Indonesia yang lebih baik lagi.
Advertisement
“Tentang proposal, kami, Indonesia sangat, sangat tertarik. Kami ingin memprioritaskan hal-hal yang menjadi agenda utama kami untuk mempersiapkan penanganan pandemi di masa depan, misalnya, kami ingin mendirikan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Lab Kesmas) Nasional yang sangat kuat di seluruh negeri,” ungkapnya saat ‘Joint Press Conference The 2nd Joint Finance And Health Minister' Meeting’ di Hotel Mulia Resort, Nusa Dua Bali, ditulis Kamis (29/12/2022).
“Ini mencakup 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Lab Kesmas nantinya sangat kuat untuk melakukan surveilans sehingga setiap patogen, bakteri, virus atau parasit yang muncul dapat kita identifikasi dengan cepat.”
Kedua, lanjut Budi Gunadi, Indonesia ingin mengajukan proposal yang berkaitan dengan bioteknologi. Saat ini, pengobatan mulai beralih ke hasil riset pengembangan obat biologi atau bioteknologi.
Bioteknologi merupakan suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui transformasi biologi sehingga menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia. Bioteknologi memanfaatkan prinsip–prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem atau proses biologis untuk menghasilkan dan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia.
“Anda tahu, penyakit ini berasal dari makhluk hidup yang kita sebut patogen, bakteri, virus atau parasit. Jadi kita harus memahami bioteknologi, obatnya juga,” kata Budi Gunadi.
“Dan juga berlandaskan bioteknologi, Anda pernah mendengar tentang vaksin mRNA, vaksin ini bisa jadi investasi. Dalam bioinformatika di Biobank, itu adalah sesuatu yang ingin diusulkan. Itu ada di proposal (pengajuan ke Pandemic Fund).”
Biobank adalah fasilitas penyimpanan yang mengelola dan menyimpan spesimen biologis berkualitas tinggi (darah, serum, plasma, urin, jaringan organ, materi genetik, dan lainnya) untuk digunakan di masa mendatang. Sampel ini umumnya disertai dengan informasi rinci terkait donor sampel, misalnya informasi gaya hidup, klinis, demografis, perilaku, dan lingkungan.
Biobank adalah sumber daya penting untuk penelitian biomedis terutama di bidang genomik dan kedokteran presisi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga mempunyai Biobank yang diluncurkan pada 14 Agustus 2022, yakni Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi).
Tangani Kesenjangan Vaksin
Salah satu pemanfaatan dana dari Pandemi Fund dicontohkan Menkes Budi Gunadi Sadikin dapat menangani kesenjangan vaksin. Kesenjangan vaksin COVID-19 masih terjadi meskipun pasokan vaksin global sudah memadai.
Akibatnya, banyak orang dengan risiko tinggi di negara berpendapatan rendah belum divaksin. Jumlah dosis vaksin yang tersedia masih belum bisa diimbangi oleh tingkat penyerapannya.
Diperlukan pembaruan fokus global terhadap dua hal penting, yaitu memberi prioritas pendanaan pada upaya vaksinasi serta mengintegrasikan vaksinasi COVID-19 ke dalam intervensi kesehatan lainnya.
“Justru vaksin equity issue – yang mana banyak negara lain cakupan vaksinasi masih rendah (10 persen) di bawah cakupan minimal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) – bisa kasih down payment first and secure for the vaccine (uang muka terlebih dahulu dan amankan vaksin) lewat Pandemic Fund ini,” terang Budi Gunadi.
“Khususnya buat low middle income country yang they don't have access to vaccine (negara berpenghasilan menengah ke bawah yang tidak memiliki akses terhadap vaksin), karena mereka enggak punya uang.”
Dari adanya kesenjangan vaksin COVID-19, negara yang bersangkutan dapat mengajukan proposal ke Pandemic Fund agar mendapatkan dana mengakses vaksin. Tak hanya vaksin saja, dana pandemi juga dapat ditujukan untuk pemenuhan alat diagnostik dan alat kesehatan dalam situasi kedaruratan kesehatan.
“So that is the reason (itulah alasannya), kenapa Pandemic Fund ini was established (didirikan) sehingga Pandemic Fund ini can be use to give down payment (dapat digunakan untuk memberikan uang muka) gitu, to secure the certain allocation of vaccine for developing countries (untuk mengamankan alokasi vaksin tertentu untuk negara-negara berkembang),” ucap Budi Gunadi.
“Ya itu sebabnya ini (Pandemic Fund) dibikin, justru supaya negara dapat (dana pandemi).”
Advertisement
Meniru Arsitektur Keuangan Global
Kesepakatan terbentuknya Pandemic Fund dalam Kepresidensian G20 Indonesia bagi Budi Gunadi Sadikin sangat menggembirakan. Terlebih lagi, pandemi global seperti halnya COVID-19 berdampak besar terhadap finansial negara.
“Jika kita lihat sepanjang sejarah dalam 20 tahun terakhir, pandemi global memiliki dampak finansial yang besar. Contohnya, pandemi H1N1 pada tahun 2003, memakan biaya ekonomi USD 50 miliar dan pandemi ini berulang lagi pada tahun 2009,” bebernya.
“Ebola pada 2014 juga menelan USD 50 miliar untuk biaya ekonomi global. Yang terbesar, sejauh ini adalah COVID-19 pada tahun 2019 - 2020 hingga sekarang yang menyebabkan pembiayaan ekonomi global sekitar USD 12 triliun kemarin.”
Pembiayaan pandemi yang besar ini juga berujung menimbulkan krisis kesehatan yang dapat berdampak terhadap ekonomi global secara signifikan, serupa seperti krisis keuangan. Oleh karena itu, agar krisis kesehatan global tidak terulang kembali, maka pendanaan pandemi melalui Pandemic Fund sangat penting.
Menkes Budi Gunadi menuturkan, jika melihat tahun 2022, muncul kembali wabah cacar monyet (Mpox), kemudian wabah ebola juga di Uganda. Dari situasi ini, menurutnya krisis kesehatan sekarang menjadi lebih sering terjadi, sebelum siklus sekitar 100 tahun, berbeda dengan siklus krisis keuangan.
Kehadiran Pandemic Fund turut mendukung Arsitektur Kesehatan Global yang menjadi salah satu isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022. Hal ini juga pembelajaran sejarah dari terbentuknya World Bank dan International Monetary Fund (IMF) pada Juli 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat (AS).
“Saya lama di bidang keuangan atau 30 tahunan, kalau keuangan kan punya World Bank yang sangat kuat atau ada IMF buat penanganan krisis keuangan. Sementara di kesehatan justru tidak punya seperti itu,” tutur Budi Gunadi.
“Jadi kami perlu mereplikasi seperti Global Finance Architecture sehingga di kesehatan sendiri punya pendanaan buat menangani krisis kesehatan global. Kami pun membentuk Gugus Tugas (Task Force) Keuangan dan Kesehatan bersama ini.”
World Bank dan IMF yang mulai diimplementasikan setelah Perang Dunia Kedua tahun 1945 terbukti menjadi lembaga yang hebat. Keduanya memainkan peran utama dalam Arsitektur Keuangan Global untuk melindungi dunia dari krisis keuangan global di masa depan.
Bermula dari itu, Pandemic Fund meniru peran World Bank dan IMF untuk Arsitektur Kesehatan Global.
“Kami ingin mereplikasi dengan mendirikan lembaga yang disebut Pandemic Fund. Peran utama sebagai salah satu pembangun dalam Arsitektur Kesehatan Global, melindungi dunia dari krisis pandemi kesehatan di masa depan,” pungkas Budi Gunadi.
Perkuat Surveilans di Indonesia
Diluncurkannya Pandemic Fund, ditegaskan kembali oleh Budi Gunadi Sadikin merupakan titik balik dalam Arsitektur Kesehatan Global untuk berperang melawan pandemi berikutnya. Apalagi pandemi COVID-19 berdampak lebih dari USD 12 triliun terhadap perekonomian global, jauh lebih besar dari krisis keuangan global sebelumnya.
“Saya sangat percaya apa yang kita lakukan saat ini akan berperan sebagai pilar utama di bidang kesehatan global membantu dunia dan warga dunia menghadapi krisis kesehatan global di masa depan” ujarnya dalam ‘Launching Pandemic Fund’ di Hotel Mulia Nusa Dua, Bali pada Minggu, 13 November 2022.
Indonesia sendiri juga akan memanfaatkan dana pandemi untuk memperkuat jaringan kesehatan masyarakat, dengan fokus utama melalui penguatan mekanisme surveilans dan peningkatan kapasitas sumber daya.
“Sehingga kita akan memiliki mekanisme surveilans yang jauh lebih baik untuk mengawasi 17.000 pulau dan 270 juta penduduk indonesia sebagai bentuk kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi,” lanjut Menkes Budi Gunadi.
Di balik terbentuknya Pandemic Fund, diakui Budi Gunadi bahwa keputusan konsensus pendirian Fund ini membutuhkan waktu cukup lama. Pandemic Fund – yang sebelumnya bernama Financial Intermediary Fund (FIF) – mulai bergaung sejak Presidensi G20 Arab Saudi tahun 2020, yang berlanjut ke Presidensi G20 Italia tahun 2021. Terakhir, kesepakatan resmi baru terjadi pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.
“Anda tahu, G20 dalam membuat keputusan, konsensusnya harus memiliki 100 persen. Kita tahu, ini adalah situasi yang paling sulit secara geopolitik, yang mana peluang untuk membuat konsensus sangat sulit karena ada situasi geopolitik tadi,” tutup Budi Gunadi.
“Kemudian, untuk membuat konsensus 100 persen sangat sulit dalam situasi ini. Fakta bahwa Pandemic Fund dibentuk berkat kerja keras bersama, terlepas dari situasi geopolitik yang sangat sangat sulit.”
Pandemic Fund merupakan katalisator untuk dukungan jangka panjang dari semua lembaga bilateral dan multilateral, sehingga dukungan dari berbagai pihak termasuk swasta sangat disambut baik.
Perihal pembiayaan dana pandemi, dibutuhkan sebesar USD 31,1 miliar setiap tahunnya untuk membiayai sistem pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang. Jumlah ini sesuai hasil studi yang dilakukan World Bank dan WHO awal tahun 2022.
Advertisement