Ganti BBM Kendaraan dengan Nilai Oktan yang Lebih Tinggi, Perlu Busi Baru?

Pencinta otomotif yang menyukai adrenalin akan selalu memikirkan beragam cara untuk meningkatkan performa kendaraan kesayangannya. Tidak heran jika beragam cara dilakukan agar potensi mesin bisa dioptimalkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2022, 09:01 WIB
Busi NGK MotoDX. (NGK Busi Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Pencinta otomotif yang menyukai adrenalin akan selalu memikirkan beragam cara untuk meningkatkan performa kendaraan kesayangannya. Tidak heran jika beragam cara dilakukan agar potensi mesin bisa dioptimalkan.

Salah satu yang sering dilakukan adalah beralih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dengan kadar oktan lebih tinggi. Contohnya saja, dari Pertamax kemudian berpindah ke Pertamax Turbo. 

Mengganti Spesifikasi

Akan tetapi, menaikkan spesifikasi salah satu material dalam rangkaian pembakaran jamak memiliki efek, entah positif maupun negatif. Dalam kasus mengganti BBM, justru memicu dampak negatif apabila tidak diimbangi dengan part lain.

Part yang sering kena dampaknya ialah busi. Ketika oktan dinaikkan yang tidak selaras dengan kompresi mesin, bisa jadi mesin mengalami panas berlebih. Yang artinya, busi pun perlu ikut diupgrade. 

“Yes, karena high temperature. Dia (mesin) butuh busi yang cepat membuang panas. Berarti heat range-nya dinaikkan. Meskipun kompresi sudah naik,” tutur Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia. 

Menurut dia kompresi harus linier dengan bahan bakar yang diminum. Kalau berimbas pada peningkatan panas, maka diperlukan busi yang cepat membuangnya.

“Kompresi dengan penggunaan bahan bakar itu sejalan lurus. Sehingga perlu busi yang cepat membuang panas,“ lanjut Diko.


Busi Tidak Boleh Ketinggalan

Dalam kesempatan yang sama, Diko mewanti-wanti untuk tetap memerhatikan busi meskipun ia part kecil dan jadi bagian minor dari mesin. Tapi ingat, tanpanya mesin tidak akan bisa menyala. 

Lebih lagi bila semua komponen sudah diupgrade, misalkan pakai onderdil dengan spesifikasi paling tinggi, busi pun tidak boleh bertahan dengan tipe standar. Efeknya busi bisa saja cepat jebol, atau tidak akan bisa membantu dalam memaksimalkan kombusi. 

“Jadi kalau sudah ganti segala onderdilnya di dalam mesin, udah hi-spec, trus ditambah Pertamax Turbo, yaudah busi jangan pakai standar. Dari CPR8, naikin ke CPR9. Paling enggak pakai logam mulia. Karena enggak mungkin pakai nikel. Baru dipake beberapa bulan bisa habis. Pun rasa berkendaranya pasti enggak bakalan enak,” tutup dia.

 


Menentukan Heat Rating

Heat Rating atau tingkat panas pada busi sendiri menandakan kemampuan busi tersebut untuk menerima dan melepaskan panas di dalam ruang bakar ketika mesin sedang beroperasi. Makanya sering dikenal istilah busi panas dan busi dingin.

Pada tipe busi panas, ujung insulator terlihat panjang karena banyak area permukaan yang terpapar terhadap panas akibat gas pembakaran.

Pemindahan panas ke kepala silinder (cylinder head) lebih lambat. Di samping itu ujung elektrodanya memanas dengan cepat

Kebalikannya dengan tipe panas. Busi tipe dingikan memiliki ujung insulator pendek.

Lalu, bagaimana cara menentukan busi yang cocok untuk kendaraan?

Untuk mengecek level heat rating, pemilik kendaraan bisa secara langsung memerhatikan kode-kode yang berada pada fisik busi itu sendiri. Contohnya saja, untuk busi NGK, kode heat rating tertera pada insulator busi.

Nah, urutan kodenya bisa dikenali dengan mudah. Semakin tinggi tingkatan angkanya, maka kian mudah melepas panas (busi dingin), begitu pun sebaliknya.

Menurut PT NGK Busi Indonesia, dikutip dari technical buletin yang dipublikasikan Februari 2020 lalu, angka panas busi ditentukan oleh kebutuhan dan spesifikasi tiap mesin. Tujuannya unuk menjaga agar kondisi busi tetap terjaga pada kondisi optimal di dalam ruang bakar.

Sedangkan penentuan untuk memilih busi panas atau dingin, bisa mempertimbangkan beberapa contoh berikut:

- Busi Dingin: digunakan pada mesin dengan ruang bakar mudah panas (kompresi tinggi)

- Busi Panas; diperuntukkan bagi mesin dengan ruang bakar yang tidak cepat panas (kompresi rendah)

Cara lainnya dengan menyesuaikan tingkat panas yang sudah ditetapkan oleh standar pabrikan. Artinya, standar tersebut bisa jadi patokan untuk menentukan pemilihan busi panas atau dingin.

Sebagai contoh mobil Toyota Corolla Altis. Busi standarnya ialah BKR6E-11.

Angka 6 pada kode busi tersebut menunjukkan tingkat panas standar yang sudah disetting oleh pabrikan.

Nah, apabila ingin mengganti dengan busi dingin, maka bisa memilih kode busi BKR7E-11. Sedangkan untuk busi panas memakai BKR5E-11.

Sumber: Otosia.com

Infografis Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya