Liputan6.com, Bandung - Leuit merupakan lumbung padi atau tempat yang digunakan sebagai wadah menyimpan hasil panen warga. Sekilas, leuit berbentuk seperti rumah panggung dengan satu pintu tanpa jendela.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, karakteristik bangunan dan ruangan leuit berbentuk nyikas, yakni kecil di bagian bawah dan besar di bagian tengah hingga atas. Leuit umumnya dibangun dari kayu, bambu, ijuk, dan daun kiray.
Secara umum, fungsi leuit adalah untuk kepentingan pangan sehari-hari. Selain itu, leuit juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan padi hingga panen berikutnya tiba.
Baca Juga
Advertisement
Keberadaan leuit menjadi suatu hal penting dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat setempat, khususnya di Jawa Barat. Adapun sirkulasi padi di leuit dilakukan dengan cara menyimpan padi yang baru dipanen di atas tumpukan padi yang sudah ada.
Sementara, untuk mengeluarkannya, padi pada tumpukan paling atas diambil terlebih dahulu, dibandingkan mengambil padi di tumpukan bawah. Hal ini menunjukkan betapa pola penyimpanan padi di leuit sudah tertata dengan baik. Cara ini pun otomatis membuat padi awet karena mampu bertahan dalam jangka waktu hingga 20 tahun.
Tiga kasepuhan di Kabupaten Sukabumi (Sinar Resmi, Cipta Mulya, dan Cipta Gelar) mengenal jenis leuit yang dibagi menjadi tiga, yakni leuit olot (pemimpin kasepuhan), leuit si jimat (komunitas), dan leuit masyarakat.
Leuit olot merupakan leuit yang digunakan untuk kepentingan pemimpin kasepuhan, sedangkan leuit si jimat merupakan leuit komunal yang padinya dapat dikeluarkan saat ada kekurangan pangan dan upacara tradisional berskala besar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kapasitas Leuit
Adapun leuit masyarakat adalah leuit milik warga kasepuhan. Setiap kepala keluarga rata-rata memiliki satu sampai tiga leuit.
Setiap leuit tersebut mampu menampung sekitar 1.000 pocong atau ikat padi kering, yakni sekitar 2,5 sampai 3 ton. Kapasitas tersebut juga bergantung pada kepemilikan huma dan sawah warga.
Sementara itu, ada beberapa aturan yang mengharuskan sebagian kecil hasil panen dihibahkan untuk leuit si jimat. Terkait perawatan, leuit biasanya secara rutin dilakukan penggantian atap dan pemberian sawen.
Lantai leuit juga diberi parupuyan sebagai tempat untuk membakar kayu gaharu (garu). Beberapa daerah, menggunakan gelebek untuk mengusir hama tikus yang biasanya masuk dan memakan padi dalam leuit.
Gelebek merupakan papan kayu bundar berdiameter 50 cm yang dipasang di atas empat tiang penyangga leuit. Papan tersebut dapat menghalangi tikus agar tidak naik ke dalam leuit.
Proses memasukkan dan mengeluarkan padi dari leuit pun memerlukan beberapa tahap upacara yang tak boleh terlewatkan. Beberapa tahapan tersebut, di antaranya penghitungan waktu yang tepat dan harus atas sepengetahuan Olot (pemimpin tertinggi kasepuhan).
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement