Liputan6.com, Jakarta - Muslim di Indonesia akan memperingati dua tahun baru. Pertama adalah tahun baru Hijriah. Penanggalan berdasarkan perputaran bulan ini menentukan pelaksanaan berbagai peribadatan agama Islam.
Kedua adalah tahun baru Masehi. Meski tahun ini berakar dari tradisi Barat, namun kalender Masehi digunakan untuk menentukan berbagai aktivitas kegiatan pemerintahan resmi di Indonesia.
Baik tahun baru Hijriah maupun Masehi, pemerintah menetapkan pada hari pergantian tahun di dua kalender itu sebagai tanggal merah. Maka, tnggal 1 Muharram dan 1 Januari ditetapkan sebagai hari libur nasional setiap tahunnya.
Baca Juga
Advertisement
Pada tahun baru Hijriah banyak anjuran amalan yang dapat dilakukan oleh umat Islam. Misalnya puasa, membaca doa akhir tahun, dan membaca doa awal tahun. Itu memang dianjurkan ketika tahun baru Hijriah.
Berbeda dengan tahun baru Masehi. Secara khusus memang tidak ada anjuran untuk melakukan suatu amalan di tahun baru Masehi. Namun, menurut NU Online, pada peringatan tahun baru Masehi dapat dimasukkan nilai-nilai positif yang dapat dilakukan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Amalan Saat Tahun Baru
Merujuk pada kalimat ‘memasukkan nilai-nilai positif pada momen tahun baru Masehi’ yang ditulis NU Online, ada baiknya mengisi dengan amalan yang berpahala, dibanding hura-hura yang akhirnya melakukan maksiat.
Ada beberapa amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim untuk mengisi tahun baru.
Pertama adalah berdzikir. Mengutip NU Online, berdzikir di masjid yang diikuti dengan pemberian wejangan oleh para dai sampai tengah malam menjadi tradisi baru saat tahun baru Masehi.
Tradisi baru inilah yang harus didorong agar semakin cepat berkembang untuk mengarahkan energi masyarakat dalam memperingati tahun baru secara positif. Karena sifatnya yang berulang setiap tahun, maka ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya yang memiliki jejaring sampai ke level bawah bisa berkoordinasi mengajak umat untuk meramaikan masjid, musala, dan tempat-tempat lainnya dengan hal-hal yang positif di tahun depan dan di tahun-tahun baru selanjutnya.
Kedua, dapat dengan memperbanyak doa, misal doa di akhir tahun untuk memohon ampun atas perbuatan selama setahun ke belakang dan doa awal tahun agar diberikan perlindungan untuk menghadapi hari-hari berikutnya selama setahun ke depan.
Soal doa saat tahun baru, Buya Yahya pernah menyinggungnya. Ia mengatakan, “Kalau untuk berdoa boleh, karena doa itu kapan saja. Barangkali tahun baru masehi nanti ada yang kumpul di masjid untuk berdoa mendoakan semoga mereka itu sadar tobat, tapi tidak di alun-alun ya.”
“Jadi boleh membaca doa semacam itu gak masalah. Ini justru untuk merubah budaya. Karena memperingati tahun baru masehi secara hakikatnya gak ada masalah. Karena itu tahun semua umat. Karena sudah menjadi ciri khasnya orang yang tidak beriman maka dari itu kita tidak diperkenankan untuk mengikutinya,” tambahnya menjelaskan seperti dikutip dari YouTube Radioqu, Jumat (30/12/2022).
Selain dua amalan di atas, seorang muslim juga dapat mengisi tahun baru Masehi dengan memperbanyak amalan lain. Misalnya, memperbanyak sedekah, memperbanyak selawat kepada Nabi Muhammad SAW, melaksanakan salat tahajud, dan amalan yang berpahala lainnya.
Amalan-amalan tersebut dapat dikerjakan saat mengisi tahun baru 2023. Insya Allah amalan-amalan tersebut akan mendatangkan pahala. Wallahu’alam.
Advertisement