5 Cara Mencegah Trauma Masa Kecil Pada Anak

Dampak dari trauma masa kecil terbilang sulit disembuhkan, bahkan akan memiliki efek hingga dewasa. Sehingga, berikut kiat mencegah trauma masa kecil pada anak.

oleh Nanda Rabita Nur Ilahiyah diperbarui 07 Jan 2023, 10:02 WIB
Trauma masa kecil. (Foto: anxiety.org)

Liputan6.com, Jakarta - Trauma masa kecil tentu akan menjadi luka dan menjadi pengalaman buruk yang menimbulkan stres berlebihan pada seseorang.

Trauma itu sendiri secara umum biasanya dipicu karena kekerasan yang dialami, kehilangan orang yang dicintai atau mungkin melihat kekerasan dari lingkungan sekitar yang membuat takut, kewalahan, tidak berdaya bahkan mengerikan.

Melansir dari Nu Online, Sabtu (31/12/22),  salah satu dari pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ervi Siti Zahroh Zidni Ma’ani membagikan lima cara mencegah trauma masa kecil pada anak. Di antaranya:

1. Validasi perasaan anak

Menurut Evi, bentuk validasi adalah cara untuk memberi tahu seseorang bahwa kita memahaminya. "Merasa dipahami adalah unsur penting untuk merasa terhubung dan didukung."  

Dia juga mengatakan memvalidasi perasaan anak sangatlah penting karena kemampuan seorang anak untuk mengatur emosi nantinya akan memengaruhi hubungan dengan keluarga, teman, maupun prestasi akademik di sekolah.

"Validasi perasaan juga turut dipengaruhi kesehatan mental jangka panjang seperti mencegah dari trauma, hingga kesuksesan anak kelak," sambungnya.

2. Cara komunikasi yang terbuka

Mengajak anak bercerita tentang kehidupannya di sekolah atau lingkungan pertemanannya adalah cara sederhana membangun komunikasi baik dan terbuka antara orangtua dan anak.

"Sikap terbuka ini akan membuat keduanya saling memahami satu sama lain," ungkapnya.


3. Hormati anak dengan menghargai keputusannya

Trauma masa kecil yang buruk memengaruhi tingkat harapan hidup seseorang (Ilustrasi: The Independent)

Menghormati dan menghargai keputusan anak juga menjadi salah satu hal penting yang harus orangtua terapkan.

Dengan tidak menuntut anak untuk menuruti setiap keinginan orangtua, melainkan memberikan atau mengapresiasi usaha dengan tetap mengarahkannya adalah salah satu hal yang lebih bijak.

"Orangtua perlu belajar menghargai keputusan yang diambil anak. Itu penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak," ujar Evi.


4. Melibatkan anak dalam berbagai keputusan di rumah

Ilustrasi anak mengalami trauma/credit: unsplash.com/Caleb

Orangtua yang selalu melibatkan anak dalam berbagai keputusan di rumah menjadi pembentukkan karakter mereka.

Sebab, dengan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, akan membuat mereka belajar untuk menyuarakan pendapatnya. Selain itu, orangtua juga akan terbantu untuk mengenal lebih dalam karakter dan kebutuhan anaknya.

"Cara ini mungkin terkesan sepele tapi berdampak besar," kata Evi.


5. Terapkan pola asuh mindful parenting

Ilustrasi trauma | unsplash.com/@anthonytran

Evi menganjurkan setiap orangtua agar menerapkan pola asuh mindful parenting.

Sebab, pola asuh ini berfungsi sebagai remot pengendali bagi orangtua dalam mengatur emosinya. Artinya, bersikap mindful itu sama dengan melepaskan seluruh perasaan di masa lalu dan fokus pada apa yang ada sekarang.

"Pola asuh ini dilakukan dengan kesadaran penuh tanpa adanya penghakiman. Jadi, sebelum mengendalikan emosi usahakan mengendalikan emosi dan perilaku kita terlebih dahulu," tambahnya.

Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya