Cerita Akhir Pekan: Kapan Sebaiknya Kita Berkonsultasi soal Diet ke Profesional?

Setiap individu itu unik dan kondisi kesehatannya berbeda-beda sehingga jenis dietnya pun bisa berbeda.

oleh Henry diperbarui 01 Jan 2023, 08:30 WIB
ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Ada beragam tujuan seseorang melakukan diet. Umumnya, menurunkan berat badan dan menjalani gaya hidup sehat jadi tujuan utama. Sebelum melakukan diet, tentunya kita harus punya gambaran apa saja yang harus kita jalani.

Ada berbagai macam sumber informasi untuk menjalankan diet jenis apa yang harus dijalani, apalagi di era digital seperti sekarang ini. Ada banyak sumber informasi yang didapat di dunia maya, tapi apakah itu semua cukup? Bukankah lebih baik kita konsultasi ke ahli gizi atau dokter spesialis gizi?

"Saat akan melakukan diet, itu kembali ke kebutuhan masing-masing. Konsultasi kepada ahli gizi sebetulnya sudah cukup saat ingin melakukan diet," kata Pratiwi, seorang Nutritionist pada Liputa6.com, 29 September 2022. "Namun mungkin dibutuhkan konsultasi kepada dokter spesialis gizi klinik jika penanganannya lebih spesifik seperti medical nutrition, atau membutuhkan dukungan obat-obatan tertentu saat menjalankan diet," lanjutnya.

Menurut Pratiwi, pertama-tama, kita perlu ketahui latar belakang profesinya dulu. Dokter spesialis gizi klinik adalah seseorang yang menempuh pendidikan dokter kemudian melanjutkan pendidikan spesialis gizi klinik. Sedangkan ahli gizi adalah seseorang yang sejak awal menempuh pendidikan gizi, yang kemudian dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, seperti profesi dietisien, magister gizi, dan sebagainya.

"Jika berkaitan dengan diet, sebetulnya sama saja antara penanganan oleh ahli gizi maupun dokter spesialis gizi klinik karena diet itu sudah ada pakem atau panduan dasarnya," terang Pratiwi.  Hal yang membuat berbeda mungkin metode pendekatannya.

Wanita yang biasa disapa Tiwi ini menambahkan, ahli gizi fokus pada pembentukan pola makan yang sesuai dengan profil kesehatan, sementara dokter spesialis gizi klinik dapat menyertakan obat saat diet/ sesuai kebutuhan medis pasien. Ssedangkan ahli gizi memang tidak berwenang meresepkan obat.

"Pertama-tama, kita harus pahami definisi dari kata diet. Diet artinya mengatur konsumsi makanan dan minuman dengan tujuan tertentu. Perlu digarisbawahi, dengan tujuan tertentu. Jadi, diet bukan berarti tujuannya selalu menurunkan berat badan. Melainkan bisa saja diet tinggi protein untuk peningkatan massa otot, diet tinggi kalori dan protein untuk peningkatan berat badan, diet diabetes, dan lain-lain," ungkap Tiwi.

Menurut Tiwi, melakukan diet atau mengatur konsumsi makanan dan minuman jangan sampai menunggu kelebihan berat badan apalagi sakit terlebih dahulu. Menerapkan diet atau pola makan yang bergizi sesuai kebutuhan bahkan bisa dilakukan sejak seseorang berusia umur 6 bulan yaitu ketika memasuki fase MPASI (Makanan Pendamping ASI).

Meski begitu kebutuhannya tentu berbeda. Kebutuhan bayi 6 bulan tentu berbeda dengan anak usia 2 tahun, berbeda pula dengan usia remaja, dan seterusnya. Anda bisa berkonsultasi mengenai kebutuhan-kebutuhan ini dengan ahlinya.  Setiap individu itu unik dan kondisi kesehatannya berbeda-beda. Jadi, tetap perlu konsultasi ke ahli gizi ataupun dokter spesialis gizi ketika ingin menjalankan diet.


Seumur Hidup

ilustrasi makan diet/Photo by Trang Doan on Pexels

"Informasi yang kita dapatkan di internet mungkin memang benar atau sesuai dengan ilmu, namun cocok atau tidak dengan kondisi tubuh kita, itu yang harus dikonsultasikan kepada tenaga profesional," ucap Tiwi.  Sebelum menjalankan diet, ahli gizi ataupun dokter spesialis gizi tentu akan melakukan assessment atau penilaian status kesehatan pasien/klien sebelum memberikan suatu diet tertentu.

Kalau sudah melakukan diet, mengatur pola makan dan minum yang sehat sebaiknya dilakukan seumur hidup.  Jika sejak kecil kita dibiasakan makan makanan yang kurang sehat, maka sampai dewasa pun akan cenderung memilih makanan yang kurang sehat tersebut, karena preferensi makanan itu dibentuk sejak kecil.

Jika hal ini terjadi, dampak dari diet tidak sehat tersebut bisa muncul di usia dewasa hingga lansia. Dampaknya bisa terkena diabetes akibat pola makan/diet tinggi gula, kadar kolesterol tinggi akibat diet yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh.

"Tentu tidak ada yang ingin mengalami permasalahan-permasalahan kesehatan tersebut, Karena itu, diet atau pola makan sehat perlu dipupuk sejak dini, bahkan sejak masih dalam kandungan. Contohnya, ibu hamil perlu makan makanan sehat agar janin "berkenalan" dengan pola makan sehat sejak dalam kandungan," tuturnya.

Sementara itu menurut seorang ahli gizi, Emilia Achamdi, ada beragam macam diet dan masing-masing punya keunggulan. Salah satunya yang cukup populer adalah Diet Mediterania yang di antaranya menggunakan minyak zaitun. Diet ini menekankan pada makanan utuh, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang polong, dan produk susu.

Diet ini juga mendorong konsumsi lemak sehat seperti minyak zaitun, makanan laut, dan kacang walnut. Kenapa ada lemak dalam program diet? Itu karena ada lemak yang punya manfaat kesehatan bagi tubuh kita.

 


Jenis Diet

Ilustrasi konsultasi ke dokter. (Sumber foto: Pexels.com).

"Saat mendengat kata lemak, banyak orang yang diet akan merasa panik. Penting untuk diketahui bahwa 30 persen dari makanan kita harus mengandung lemak. Anda memiliki dua pilihan, lemak yang tidak memiliki manfaat kesehataan tambahan atau lemak yang memiliki tambahan kesehatan," ucap Emilia Achmadi.

"Yang manakah yang akan Anda pilih? Dalam perjalanan memotivasi banyak orang untuk memiliki gaya hidup yang lebih sehat, saya ingin mengundang banyak individu untuk mengalihkan fokus mereka ke lemak yang lebih baik," sambungnya.

Senada dengan Pratiwi, menurut Emilia, salah satu cara untuk menentukan diet jenis apa yang akan dijalani, sebaiknya dikonsultasikan dulu ke ahilinya, baik ke dokter gizi maupun ahli gizi.  Perlu diingat dalam memilih program dan menu diet tidak boleh sembarangan agar hasilnya maksimal.

Oleh karenanya, Emilia mengatakan, ada baiknya melalukan tes DNA atau genetik untuk mengetahui secara tepat tipe diet dan nutrisi apa yang dibutuhkan tubuhmu. Pemeriksaan DNA pun dapat menggunakan teknologi terbaru yang merupakan pemeriksaan genetik yang dapat menganalisa variasi DNA yang berkaitan pada metabolisme suatu nutrisi.

"Sekarang kini ada aplikasi khusus yang membantu dokter dan healthcare professional dalam merancang tatalaksana dan solusi yang sangat personalized," ucapnya,  Emilia mengatakan jika tes genetik hanya perlu dilakukan satu kali seumur hidup. Hal ini dikarenakan genetik seseorang tidak akan pernah berubah sejak pertama kali dilahirkan sehingga tidak perlu menjalani tes genetik secara berulang kali.

Pemeriksaan genetik yang lebih spesifik dan fokus pada risiko obesitas dilakukan untuk lebih mengetahui profil genetik metabolisme tubuh pasien terhadap nutrisi-nutrisi seperti gula/karbohidrat, protein, serta lemak. Setelah itu, akan diberikan suatu rekomendasi pola makan, mikronutrisi (vitamin dan mineral) serta olahraga yang tepat sesuai kondisi profil genetik pasien.


Faktor Usia

Ilustrasi diet Mediterania (Dok.Unsplash)

Emilia menerangkan, ada tiga marker gen yang akan dianalisa, yaitu Gen 3 AR yang kemungkinan besar akan memicu perkembangan lemak di sektiar area perut karena metabolisme karbohidra yang buruk. Ada Gen UCP1 yang bisa memicu perkembangan lemak di sekitar area pantat dan paha akibat metabolisme lipid yang buruk. Dan ketiga, Gen 2 AR yang memiliki profil cenderung tidak mudah mengalami kenaikan berat badan karena metabolisme lipid yang lebih baik dan secara alami resisten terhadap insulin.

Pengambilan sampel biasanya dilakukan menggunakan air ludah melalui kandungan DNA dari dinding mukosa mulut dan ditampung dalam kit lengkap dengan pengawetnya. Hasil tes akan keluar setelah 4 sampai 6 minggu sampel diterima oleh laboratorium.

"Hasil pemeriksaan genetik yang diterima selanjutnya akan dikonsultasikan dengan dokter gizi yang akan memberikan rekomendasi meal plan dan olahraga yang tepat bagi pasien untuk mendapatkan hidup yang lebih sehat," terangnya.

Menjalani diet menuru Emilia memang sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan seumur hidup kita. Bagi yang ingin menurunkan berat badan, hal itu perlu diperhatikan karena di usia tertentu untuk menurunkan berat badan bukanlah hal mudah.

"Dengan makin bertambahnya usia, menurunkan berat badan lebih memakan waktu dan usaha, sebab makin bertambah usia, maka makin rendah metabolisme yang mengatur pengeluaran energi. Namun, bukan berarti Anda tidak bisa menurunkan berat badan. Bisa saja, tapi membutuhkan usaha yang lebih keras disertai konsistensi," pungkasnya.

Infografis Macam-Macam Diet. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya