Intip Kinerja Bursa Saham Terbaik dan Terburuk di Dunia pada 2022

Indeks Ibovespa Brasil, telah memperoleh 4,7 persen dalam mata uang lokal.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 01 Jan 2023, 18:55 WIB
Ilustrasi Bursa Saham. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Brasil menjadi salah satu bursa yang berkinerja terbaik pada 2022. Indeks Ibovespa Brasil, telah menguat 4,7 persen. 

Kepala investasi UBS untuk pasar negara berkembang Alejo Czerwonko mengatakan dalam catatan September, berharap indeks akan melanjutkan performa terbaiknya pada tahun mendatang. 

“Saham Brasil harus mendapatkan keuntungan dari harga komoditas yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, valuasi yang sangat menarik yang tidak mencerminkan kondisi ekonomi makro dan kerentanan yang relatif rendah terhadap likuiditas global yang lebih ketat,” kata Czerwonko dikutip dari Benzynga, Minggu (1/1/2023).

Brasil juga menyisihkan beberapa pasar di Asia dalam merebut mahkota sebagai bursa dengan performa terbaik. Sensex India yang memiliki 30 saham menutup tahun ini dengan kenaikan 4,44 persen. 

Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (IHSG) dan Indeks Singapore Straits Times berada di belakangnya dengan kenaikan masing-masing sebesar 4,09 persen dan 4,02 persen.

Bursa Asia Selatan dan Tenggara diuntungkan karena pandemi COVID-19 mereda dan kebangkitan pariwisata mendukung pendapatan perusahaan. Laporan Bloomberg mengungkapkan. Inflasi yang relatif jinak telah membantu mengimbangi dampak dolar yang lebih kuat.

Selain itu, rata-rata pasar saham Rusia dan Kospi Korea Selatan adalah indeks dengan kinerja terburuk di antara negara-negara G20. 

Rusia mengalami tahun yang mengerikan tidak mengejutkan. Indeks MOEX Rusia telah turun sekitar 43 persen pada penutupan perdagangan 2022.

Pasar saham domestik ditutup sekitar sebulan setelah harga anjlok sebagai dampak atas invasi Rusia ke Ukraina. Data resmi yang dirilis dari Rusia pada November menunjukkan ekonomi jatuh ke dalam resesi, turun 4 persen dari tahun ke tahun di kuartal ketiga.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 2022

Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan terakhir 2022 setelah wall street menghijau. Indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 0,52 persen.

Di China, indeks Shanghai naik 0,6 persen ke posisi 3.092,6. Indeks Shenzhen mendaki 0,27 persen ke posisi 11.025,28. Indeks ASX 200 menguat 0,26 persen ke posisi 7.038,7. Di Jepang, indeks Nikkei 225 mendatar di posisi 26.094,5. Yen Jepang menguat ke posisi 132,42 terhadap dolar AS.

Bursa saham Korea Selatan libur tahun baru dan dijadwalkan buka perdagangan pada 2 Januari 2022, dan dua jam lebih lambat dari pembukaan perdagangan.

Adapun di Amerika Serikat, pengajuan pengangguran meningkat pekan lalu, berdasarkan data Departeman Tenaga Kerja. Rata-rata indeks acuan di wall street masih menuju tahun terburuk sejak 2008.


Penutupan Wall Street 30 Desember 2022

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tergelincir pada perdagangan Jumat, 30 Desember 2022. Wall street mengakhir perdagangan terakhir 2022 dengan catatan terburuk sejak 2008.

Pada penutupan perdagangan terakhir 2022, indeks acuan di wall street kompak tertekan. Indeks Dow Jones merosot 73,55 poin atau 0,22 persen ke posisi 33.147,25. Indeks S&P 500 turun 0,25 persen menjadi 3.839,50. Indeks Nasdaq terpangkas 0,11 persen menjadi 10.466,88.

Pada perdagangan Jumat, 30 Desember 2022 merupakan hari terakhir perdagangan dan memukuk saham. Rata-rata tiga indeks acuan di wall street alami tahun terburuk sejak 2008 dan mengakhiri penguatan beruntun dalam tiga tahun.

Pada 2022, indeks Dow Jones masih bernasib baik. Indeks Dow Jones turun sekitar 8,8 persen. Namun, indeks S&P 500 merosot 19,4 persen, dan turun lebih dari 20 persen di bawah rekor tertinggi. Indeks Nasdaq anjlok 33,1 persen.

Inflasi yang kaku dan kenaikan suku bunga yang agresif dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve memukul pertumbuhan dan saham teknologi. Bahkan membebani investor sepanjang tahun. Kekhawatiran geopolitik dan data ekonomi yang fluktuatif juga membuat pasar gelisah.

"Kami memiliki segalanya mulai dari masalah COVID-19 di China hingga invasi ke Ukraina. Mereka semua sangat serius. Tetapi bagi investor, itulah yang dilakukan Fed,” ujar Direktur UBS, Art Cashin seperti dikutip dari laman CNBC, Sabtu (31/12/2022).

Saat beralih tahun, sejumlah investor berpikir rasa sakitnya masih jauh dari selesai. Investor memprediksi bear market atau pasar yang melemah hingga resesi melanda dan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS berputar. Beberapa juga memproyeksikan saham akan mencapai posisi terendah baru sebelum rebound atau memantul menguat pada semester II 2023.


Sektor Saham Energi Paling Perkasa

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

“Saya ingin sekali membertahu Anda, ini akan menjadi seperti Wizard od Oz dan semuanya akan menjadi warna yang mulia dalam satu atau dua saat. Saya pikir kita mungkin mengalami kuartal pertama yang bergeglombang dan bergantung pada the Fed, itu mungkin bertahan sedikit lebih lama dari itu,” ujar Cashin.

Terlepas dari penurunan tahunan, indeks Dow Jones dan S&P 500 berhasil mematahkan koreksi dalam tiga bulan terakhir tahun ini. Nasdaq yang didominasi saham Apple, Tesla dan Microsfot melalui kuartal IV dengan koreksi berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2001. Namun, rata-rata tiga indeks acuan melemah pada Desember 2022.

Di indeks S&P 500, sektor jasa komunikasi mencatat performa terburuk pada 2022. Sektor saham tersebut anjlok lebih dari 40 persen. Diikuti sektor konsumsi. Sektor saham energi mencatat penguatan terbesar dengan melonjak 59 persen.

Tren pasar saham meski menurun pada 2022, saham penerbangan dan melonjak pada 2022. Hal ini seiring perjalanan komersial yang pulih dan ketegangan geopolitik yang meningkat. Pada perdagangan Jumat siang, sektor saham industri di indeks S&P 500 naik hampir 15 persen pada 2022 dan 24 persen pada kuartal IV 2022. Saham terbaik adalah Northrop Grumman. Saham melonjak lebih dari 40 persen pada 2022 dan sekitar 15,5 persen pada kuartal IV 2022.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya