Waktu Tepat untuk Lakukan Skrining Anemia

Anemia dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh terutama bila dibiarkan dalam jangka waktu lama. Komplikasi yang dapat terjadi misalnya penyakit jantung anemik, risiko infeksi, komplikasi kehamilan, kelelahan yang ekstrem.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jan 2023, 06:00 WIB
Infografis Anemia (Liputan6.com/Yoshiro)

Liputan6.com, Jakarta Skrining untuk mengetahui seseorang anemia defisiensi besi bisa dilakukan saat usia anak. Bisa dimulai sejak anak berusia sembilan hingga 12 bulan seperti disampaikan dokter spesialis penyakit dalam Dias Septalia Ismaniar.

"Kemudian enam bulan setelahnya dan setiap tahun dari usia dua tahun sampai lima tahun yang berisiko tinggi terjadinya anemia defisiensi besi," kata Dias.

Sementara itu, skrining anemia pada orang dewasa dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap, terutama ketika seseorang hamil. Saat hamil, dia harus mulai rutin memeriksakan darahnya karena anemia pada ibu hamil cukup sering ditemukan.

Skrining berikutnya ketika seseorang mulai sering merasakan keluhan seperti mudah lelah, mudah ngos-ngosan, pusing, pandangan sering berkunang-kunang, wajah terlihat lebih pucat, mata menguning, sering berdebar, mengalami sesak napas dan nyeri dada seperti disampaikan Dias lewat pesan elektronik itu.

Pada orang dengan beberapa penyakit tertentu juga mesti rutin melakukan skrining anemia. Misalnya mereka dengan penyakit ginjal kronik, penyakit liver kronik, adanya perdarahan aktif misalnya karena wasir terutama yang sering mengalami buang air besar berdarah, haid lama dan berkepanjangan dengan volume darah sangat banyak.

Skrining perlu juga dilakukan pada orang yang malanutrisi, sulit makan, infeksi kronik misalnya TBC dan autoimun, mereka yang mengonsumsi obat-obatan jangka lama seperti salah satu obat HIV, rhematoid arthritis, pasien kanker dalam kemoterapi.

 


Efek Anemia Jangka Panjang

Gejala Anemia Tidak Hanya Sebatas Kulit Pucat

Dias mengingatkan, anemia dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh terutama bila dibiarkan dalam jangka waktu lama. Komplikasi yang dapat terjadi misalnya penyakit jantung anemik, risiko infeksi, komplikasi kehamilan, kelelahan yang ekstrem dan lain-lain.

Untuk mencegahnya, maka tubuh perlu mendapatkan asupan zat besi yang cukup.

Pemenuhan zat besi harian sebenarnya dapat tercukupi dari makanan sehari-hari seperti misalnya daging merah, hati, ayam, ikan-ikan laut dalam seperti salmon, tuna, kemudian kerang, telur, kacang-kacangan, bayam, brokoli, biji-bijian dan lain-lain.

"Pastikan asupan gizi Anda seimbang," saran dokter yang praktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah Jakarta ini.

Ia juga mengingatkan agar tak sembarangan mengonsumsi tablet penambah darah. 

"Jangan sembarangan mengonsumsi tablet penambah darah tanpa melakukan pengecekan darah terlebih dulu. Jadi, pastikan Anda benar mengalami defisiensi zat besi. Kemudian, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui dosisnya, lama penggunaan dan evaluasi kembali setelahnya," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya