Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) berencana melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin pekan ini, Surya Esa Perkasa akan menerbitkan saham baru maksimal 1.566.088.700 (1,56 miliar) saham biasa dengan nilai nominal Rp10 per saham atau dalam jumlah maksimal 10 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh.
Advertisement
"Dana yang diterima ESSA melalui penambahan modal akan digunakan untuk meningkatkan investasi pada anak perusahaan (PT Panca Amara Utama)," tulis Manajemen Perseroan, Senin (2/1/2023).
Sehubungan dengan penambahan investasi tersebut, pada 21 Desember 2022, Perseroan telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan CVL dan GT untuk membeli 233.020 saham PAU dengan nilai nominal sebesar Rp 1 juta per saham yang dimiliki oleh Chander Vinod Laroya (CVL) dan Garibaldi Thohir (GT) di mana sebagai pembayaran terhadap pembayaran penuh atau sebagian dari harga pembelian saham PAU.
Selain itu, pemegang saham Surya Esa Perkasa dalam jangka pendek akan terkena risiko dilusi kepemilikan saham maksimal sebesar 9,09 persen dari persentase kepemilikan sebelum pelaksanaan penambahan modal.
Seperti diketahui, CVL merupakan pemegang saham pengendali dan presiden direktur perseroan. Lalu, CVL dan GT adalah pemilik manfaat akhir perseroan.
Aksi korporasi ini akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luas Biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan pada 8 Februari 2023. Selain itu, penambahan modal akan dilakukan pada 17 Februari 2023.
Produksi Blue Ammonia
Sebelumnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) berencana untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/1/2022), ESSA akan menerbitkan saham baru maksimal 1.566.088.700 (1,56 miliar) saham biasa dengan nilai nominal Rp10 per saham atau dalam jumlah maksimal 10 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh.
"Dana yang diterima ESSA melalui pnambahan modal akan digunakan untuk meningkatkan investasi pada anak perusahaan (PT Panca Amara Utama)," tulis Manajemen Perseroan, Senin (2/1/2022).
Sehubungan dengan penambahan investasi tersebut, pada 21 Desember 2022, Perseroan telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan CVL dan GT untuk membeli 233.020 saham PAU dengan nilai nominal sebesar Rp 1 juta per saham yang dimiliki oleh Chander Vinod Laroya (CVL) dan Garibaldi Thohir (GT) di mana sebagai pembayaran terhadap pembayaran penuh atau sebagian dari harga pembelian saham PAU.
Selain itu, pemegang saham Perseroan dalam jangka pendek akan terkena risiko dilusi kepemilikan saham maksimal sebesar 9,09 persen dari persentase kepemilikan sebelum pelaksanaan penambahan modal.
CVL merupakan pemegang saham pengendali dan presiden direktur perseroan. Lalu, CVL dan GT adalah pemilik manfaat akhir perseroan.
Aksi korporasi ini akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luas Biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan pada 8 Februari 2023. Selain itu, penambahan modal akan dilakukan pada 17 Februari 2023.
Advertisement
Target Perseroan
Sebelumnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk menargetkan untuk dapat memproduksi blue ammonia atau amonia iru pada 2025 mendatang Hal itu seiring dengan rampungnya konversi pabrik untuk dapat mengolah blue ammonia.
"Saat ini kami berharap bisa berproduksi pada 2025. Kapasitasnya sama dengan kapasitas sekarang. Jadi ini bukan pabrik baru, tapi konversi dari pabrik yang ada untuk menjadi blue amonia,” kata Wakil Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Kanishk Laroya dalam paparan publik perseroan, Rabu (23/11/2022).
Perseroan melalui anak usahanya, PT Panca Amara Utama (PAU) telah menandatangani nota kesepahaman atau (memorandum of understanding/MoU) dengan Japan Oil, Gas, and Metal National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Maret 2021 terkait produksi blue ammonia.
Saat ini, kerja sama tersebut berlanjut pada tahap studi kelayakan. Sejurus, pada Agustus 2022 PAU menandatangani MoU dengan JGC Corporation untuk mengukur emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di pabrik amonia miliknya.
Studi kelayakan dan pengukuran GRK ditargetkan rampung pada pertengahan 2023. Ke depannya, peseroan juga tertarik untuk melakukan pengemabnagn green ammonia. Namun karena pengemabnagan green ammonia masih sedikit, dalam waktu dekat perseroan belum akan ke arah sana. Perseroan juga mempertimbangkan dari sisi biaya produksinya.
"Kita selalu monitor ke depan karena renewable energy cost bisa mulai turun drastis ketika banyak yang mengembangkan. Perusahana tertarik, tapi untk sekarang belum ada rencan mengemabngkann green amonia,” tutur dia.