Dubai Tangguhkan Pajak Alkohol 30% untuk Rayu Turis

Dubai menangguhkan pajak 30 persen untuk alkohol untuk merayu turis. Perubahan mulai berlaku pada Minggu 1 Januari 2023 dan akan berjalan untuk masa percobaan satu tahun, menurut media domestik.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Jan 2023, 12:06 WIB
Ilustrasi Pajak (iStockphoto)​

Liputan6.com, Dubai - Dubai telah menangguhkan pajak 30 persen untuk alkohol dan mencabut persyaratan biaya lisensi yang sebelumnya diperlukan untuk membeli alkohol di pusat komersial dan pariwisata, kata dua pengecer besar di media sosial seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (3/1/2023). 

Langkah penangguhan pajak alkohol ini diharapkan dapat semakin meningkatkan daya tarik Dubai, bagian dari Uni Emirat Arab, bagi wisatawan dan penduduk ekspatriat yang tertarik dengan gaya hidupnya yang lebih liberal, dibandingkan dengan kota-kota Teluk lainnya.

Perubahan tersebut mulai berlaku pada Minggu 1 Januari 2023 dan akan berjalan untuk masa percobaan satu tahun, kata media domestik.

"Dengan penghapusan pajak kota 30% dan lisensi alkohol gratis, membeli minuman favorit Anda sekarang lebih mudah dan lebih murah dari sebelumnya," kata MMI, salah satu dari dua pemasok utama alkohol di Dubai, di akun Instagramnya pada hari Minggu.

"Harga di tokonya di seluruh emirat sekarang mencerminkan penghapusan pajak," tambahnya.

Pengecer minuman alkohol lain, African+Eastern, mengonfirmasi pada hari Minggu bahwa pajak tidak lagi berlaku, tetapi harga akan tetap dikenakan value-added tax (VAT) atau pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 5 persen.

Sejauh ini The Dubai Media Office tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Perekonomian Dubai telah pulih dengan cepat dari pandemi COVID-19, dengan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,6 persen selama sembilan bulan pertama tahun 2022.

 


Pariwisata Pilar Utama

Ilustrasi Dubai (AFP)

Pariwisata adalah pilar utama ekonomi negara tersebut, dan jumlah wisatawan tumbuh lebih dari 180 persen pada paruh pertama tahun 2022 selama periode tahun 2021 yang sama.

Beberapa negara Teluk telah memperkenalkan PPN karena mereka semakin beralih ke perpajakan untuk meningkatkan pendapatan non-minyak.

Meskipun UEA tidak mengenakan pajak penghasilan, UEA akan memberlakukan pajak perusahaan 9 persen mulai Juni atas laba yang melebihi 375.000 dirham ($102.100).

Tapi Dubai, tempat gedung tertinggi di dunia dan pulau-pulau berbentuk seperti pohon palem, menghadapi persaingan regional yang semakin ketat.

Arab Saudi, misalnya, menginvestasikan miliaran untuk memoles daya tarik pariwisatanya dengan upaya seperti Red Sea Project (Proyek Laut Merah), sambil menjadi tuan rumah acara budaya dan olahraga besar.

Qatar juga mengharapkan peningkatan pariwisata setelah Piala Dunia 2022.

Kasino pertama di Teluk, di mana aturan Islam telah lama melarang perjudian, diperkirakan dibuka di emirat Ras al-Khaimah UEA pada tahun 2026, di sebuah resor yang dibangun dan dioperasikan oleh Wynn Resorts.


Dubai Siap Bangun Tempat Tinggal Tertinggi di Dunia, Punya 100 Lantai dan Lebih Tinggi dari Awan

Ilustrasi Dubai (Sumber: Pixabay/Olgaozik)

Bicara soal Dubai, memiliki satu gedung tertinggi di dunia sepertinya belum cukup bagi Dubai di Uni Emirat Arab (UEA). Mereka akan segera meresmikan gedung tempat tinggal tertinggi di dunia yang diberi nama Burj Binghatti Jacob & Co. Residences atau Burj Binghatti.

Saat ini, Dubai memiliki menara Burj Khalifa yang masih memegang rekor sebagai gedung tertinggi di dunia dengan 163 lantai. Kalau Burj Khalifa berfungsi sebagai kantor, tempat usaha dan tempat tinggal, maka Burj Binghatti akan menjadi tempat tinggal saja.

Melansir New York Post, 22 November 2022, gedung tersebut kabarnya akan terdiri dari 100 lantai dan lebih tinggi dari awan. Tapi belum ada informasi resmi berapa tepatnya jumlah lantai di gedung itu.

Yang jelas, pembangunan gedung itu adalah untuk menecahkan rekor gedung tempat tinggal atau residensial tertinggi di dunia yang saat ini masih dipegang Central Park Tower di New York, Amerika Serikat.  Central Park Tower memiliki ketinggian mencapai 472,4 meter, mengalahkan bangunan tertinggi sebelumnya yakni 432 Park Avenue dengan tinggi 426 meter.

Sementara, pembangunan gedung ini merupakan kerja sama pihak Emirat di Binghatti dengan perusahaan jam tangan mewah dan perhiasan terkemuka, Jacob & Co.  Perusahaan asal Amerika Serikat ini mengambil langkah berkiprah di bidang properti untuk menegaskan eksistensinya sebagai brand gaya hidup mewah terbaik di dunia. Mereka ingin memperkenalkan era baru kehidupan ultra-mewah, lewat hunian Burj Binghatti Jacob & Co. untuk mencetak rekor baru di jantung distrik keuangan paling makmur di Dubai.

Selengkapnya di sini...


Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia, Hasilkan 3.000 Kg Sayur per Hari

Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia. foto: dok. APCO Worldwide

Selain itu, Dubai juga punya vertical farming atau pertanian vertikal merupakan sebuah metode pertanian dengan tanaman ditanam secara bertingkat. Sistem ini digunakan sebagai upaya untuk meminimalisasi penggunaan lahan pertanian. Salah satu negara yang sudah menjalankan sistem pertanian adalah Uni Emirat Arab (UEA), tepatnya di Dubai.

Pertanian vertikal menggunakan dua prinsip utama, yaitu pertanian hidroponik dan pertanian vertikultur. Di Dubai, Emirates Flight Catering dan Crop One Holdings secara resmi membuka apa yang mereka sebut sebagai pertanian vertikal terbesar di dunia.

Berlokasi di dekat Al-Maktoum International Airport di Dubai, fasilitas bernama Bustanica itu merupakan pertanian vertikal yang dioperasikan Emirates Crop One, joint venture antara kedua bisnis tersebut. Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, proyek ini didukung oleh investasi sebesar 40 juta dolar AS atau sekitar Rp600 miliar.

Fasilitas ini adalah pertanian vertikal pertama untuk Emirates Crop One, yang merupakan hasil kerja sama antara Emirates Flight Catering (EKFC), salah satu layanan katering terbesar di dunia yang telah melayani lebih dari 100 maskapai penerbangan. Sementara, Crop One merupakan pemimpin di industri pertanian vertikal dalam ruangan terkemuka yang dioperasikan dengan teknologi terkini.

Luas Bustanica sebesar 330.000 kaki persegi ini dirancang untuk menghasilkan lebih dari 1 juta kilogram sayuran hijau berkualitas tinggi setiap tahun yang membutuhkan 95 persen lebih sedikit air daripada pertanian konvensional. Fasilitas tersebut menanam lebih dari 1m kultivar (tanaman ) setiap saat, yang akan menghasilkan 3.000 kilogram tanaman per hari.

Bustanica didukung oleh teknologi yang canggih, seperti machine learning, artificial intelligence, dan metode berkelanjutan yang didukung oleh tim ahli internal seperti pakar agronomi, insinyur, ahli hortikultura, dan tanaman.

Siklus produksi yang berkesinambungan yang memastikan produk agar tetap segar dan bersih, serta terbebas dari pestisida, herbisida, atau bahan kimia lainnya. Pelanggan Emirates dan maskapai lain dapat merasakan menyantap sayuran lezat ini, termasuk selada, arugula, bayam, dan salad sayuran dalam penerbangan mereka mulai Juli ini.

Selengkapnya di sini...

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya