Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (3/1/2023). Penguatan saham PTBA terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menghijau.
Mengutip data RTI, saham PTBA naik tipis 0,54 persen ke posisi Rp 3.710 per saham. Saham PTBA dibuka stagnan di posisi Rp 3.690 per saham. Pada sesi pertama, saham PTBA berada di level tertinggi Rp 3.740 dan terendah Rp 3.680 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.297 kali dengan volume perdagangan 49.458 saham. Nilai transaksi Rp 18,4 miliar.
Advertisement
Pada sesi pertama, IHSG menguat 0,56 persen ke posisi 6.889,32. Indeks LQ45 bertambah 0,67 persen ke posisi 941,37. Sebagian besar indeks acuan menghijau. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.896,83 dan terendah 6.838,57. Sebanyak 285 saham menguat dan 227 saham melemah. 173 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 696.581 kali dengan volume perdagangan saham 12,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,5 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.658.
Indeks sektor saham mayoritas menguat kecuali sektor saham keuangan turun dan properti merosot 0,59 persen. Sementara itu, sektor saham energi melompat 0,28 persen, sektor saham basic bertambah 1,1 persen, sektor saham industri menanjak 0,13 persen, dan sektor saham nonsiklikal mendaki 0,59 persen.
Kemudian sektor saham siklikal menguat 0,28 persen, sektor saham kesehatan bertambah 1,74 persen, sektor saham teknologi menanjak 0,26 persen, sektor saham infrastruktur melonjak 1,95 persen dan sektor saham transportasi bertambah 0,97 persen.
Kinerja Kuartal III 2022
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sukses melanjutkan kinerja positif hingga kuartal III 2022. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 10 triliun, naik 110 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 4,8 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam, Arsal Ismail menjelaskan, capaian laba bersih itu didukung dengan pendapatan sebesar Rp 31,1 triliun, meningkat 60 persen dibanding periode sama tahun lalu.
"Kenaikan kinerja ini didorong oleh pemulihan ekonomi global maupun nasional yang meningkatkan permintaan batu bara, serta kenaikan harga batu bara yang signifikan," imbuh Arsal dalam konferensi pers kinerja Bukit Asam Kuartal III, Kamis (27/10/2022).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harga Batu Bara Acuan (HBA) meningkat sekitar 101 persen persen dari USD 158,50 per ton pada Januari 2022 menjadi USD 319,22 per ton pada September 2022.
"Kinerja gemilang ini juga didukung kinerja operasional perseroan yang solid di sepanjang Kuartal III 2022. Mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, perseroan menerapkan efisiensi berkelanjutan secara optimal,” kata Arsal.
Advertisement
Produksi
Produksi dan Penjualan pada Kuartal III 2022
Total produksi batu bara Bukit Asam hingga kuartal III 2022 mencapai 27,7 juta ton, meningkat 21 persen dibanding kuartal III 2021 yang sebesar 22,9 juta ton. Sedangkan penjualan batu bara PTBA sampai dengan kuartal III 2022 sebanyak 23,5 juta ton, tumbuh 12 persen secara tahunan.
"Porsi penjualan ekspor PTBA terus meningkat dari 33 persen pada kuartal I 2022, 38 persen pada kuartal II 2022, dan mencapai 44 persen pada kuartal III 2022. Peningkatan porsi ekspor pada kuartal II dan III tersebut menyebabkan porsi ekspor sampai dengan kuartal III 2022 tercatat sebesar 38 persen dari seluruh penjualan," ujar Arsal.
Sementara, realisasi Domestic Market Obligation (DMO) hingga kuartal III 2022 tercatat sebesar 14,4 juta ton atau 159 persen dari target tahunan.
Operasikan Bus Listrik
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mulai mengoperasikan 10 unit bus listrik sebagai kendaraan untuk antar jemput karyawan dari perumahan di sekitar Tanjung Enim ke lokasi tambang.
Bus listrik buatan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA ini datang secara bertahap pada Oktober-Desember 2022. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arsal Ismail mengatakan, penggunaan bus listrik merupakan salah satu langkah PTBA dalam mendukung target Net Zero Emission pada 2060, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Hal itu juga sejalan dengan visi PTBA untuk menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan. Pengurangan emisi karbon diestimasikan mencapai 16 ton CO2 per tahun per bus. Selain itu, penggunaan bus listrik mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) hingga 9.672 liter per tahun per bus.
"Langkah PTBA beralih secara bertahap ke kendaraan berbasis listrik untuk operasional pertambangan merupakan wujud komitmen perusahaan dalam hal dekarbonisasi. Penggunaan kendaraan listrik akan terus ditingkatkan," kata Arsal dalam keterangan tertulis, Rabu (7/12/2022).
Tak hanya bus listrik, PTBA telah mengganti sejumlah peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi elektrik atau berbasis listrik.
Beberapa alat berbasis listrik yang telah digunakan PTBA di antaranya tujuh ekskavator listrik berjenis shovel PC-3000, 40 dump truck sekelas 100 ton hybrid (diesel dan listrik), dan enam pompa tambang berbasis listrik.
Arsal menambahkan, perusahaan juga menerapkan E-Mining Reporting System, yaitu sistem pelaporan produksi secara real time dan daring sehingga mampu meminimalkan pemantauan konvensional yang menggunakan bahan bakar.
Langkah lainnya yakni penggantian bahan perusak ozon (BPO) seperti penggunaan refrigerant AC yang ramah lingkungan dan penggantian Halon 1211 pada alat pemadam api ringan (APAR).
"Program-program dekarbonisasi ini dilaksanakan dan dikembangkan secara berkelanjutan di setiap lini perusahaan untuk memberikan hasil yang optimal. Perusahaan telah memiliki roadmap manajemen karbon hingga tahun 2050," ujar dia.
Advertisement