Krakatau Steel Lepas Saham Anak Usaha Rp 3,2 Triliun kepada Chandra Asri

PT Krakatau Steel Tbk melalui anak usahanya telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Chandra Asri (TPIA) pada 30 Desember 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jan 2023, 18:25 WIB
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk resmi meluncurkan logo baru perusahaan jelang hari jadinya yang ke 50 pada 31 Agustus 2020 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) melalui anak usahanya PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) melepas kepemilikan saham KSI di sektor listrik dan air kepada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) senilai Rp 3,24 triliun.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (3/1/2023), PT Krakatau Steel Tbk melalui anak usahanya PT Krakatau Sarana Infrastruktur (PT KSI) telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat atau conditional shares sales and purchase agreement/CSPA dengan Chandra Asri pada 30 Desember 2022. Kemudian diikuti penandatanganan perjanjian shareholders agreement (SHA) pada Selasa, 3 Januari 2023.

Kedua perjanjian tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama PT KSI Agus Nizar Vidiansyah dan Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra yang disaksikan Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Silmy Karim.

Manajemen Krakatau Steel menyatakan, penandatanganan CSPA dan SHA tersebut merupakan rangkaian dari proses divestasi saham PT KSI pada anak perusahaannya yaitu PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI)

Dalam CSPA disepakati rencana pembelian saham PT KSI di PT KDL oleh Chandra Asri sebesar 70 persen. Lalu saham PT KSI di PT KTI oleh Chandra Asri sebesar 49 persen senilai Rp 3,24 triliun.

"Proses divestasi ini dilakukan dengan didampingi oleh jaksa pengacara negara dari Tim Jamdatun dan konsultan independent untuk memastikan proses divestasi sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik,” ujar dia.

Agus mengatakan, pembelian saham tersebut akan dilakukan setelah masing-masing pihak baik PT KSI dan Chandra Asri telah memenuhi kondisi prasyarat sesuai dengan yang telah disepakai dalam CSPA.

"Sedangkan penandatanganan SHA adalah merupakan salah satu dari beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi dalam CSPA, oleh karenanya SHA tersebut belum menjadi efektif saat ini dan baru akan efektif setelah seluruh prasyarat telah terpenuhi pada tanggal penutupan nanti,” kata Agus.

 


Divestasi Anak Usaha

(Foto: Krakatau Steel)

Agus mengatakan, proses divestasi anak usaha PT KSI dilakukan untuk keperluan pemenuhan kewajiban PT Krakatau Steel Tbk sesuai dengan perjanjian kredit restrukturisasi dengan kreditur. Selain itu juga untuk wujudkan sinergi bisnis antara Chandra Asri dan grup Krakatau Steel.

Presiden Direktur Chandra Asri, Erwin Ciputra menuturkan, Chandra Asri sangat antusias untuk mengeksekusi strategi “programmatic M&A” untuk memposisikan Chandra Asri pada pertumbuhan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.

Ia mengatakan, akuisisi “bolt-on” ini didukung dengan arus kas yang stabil dan tangguh serta dukungan dari bank untuk pendanaan Chandra Asri.

"Strategi ini semakin meningkatkan fundamental bisnis kami dan membuka banyak sinergi menarik, antara lain untuk diversifikasi pendapatan dalam utilitas pendukung serta selaras dengan rencana ekspansi kompleks petrokimia kedua dan industri hilir berskala dunia,” tutur Erwin.

Pada penutupan perdagangan Selasa 3 Januari 2023, saham KRAS melemah 0,61 persen ke posisi Rp 326 per saham. Saham KRAS dibuka stagnan Rp 328 per saham. Saham KRAS berada di level tertinggi Rp 332 dan terendah Rp 324 per saham. Total frekuensi perdagangan 739 kali dengan volume perdagangan 63.117 saham. Nilai transaksi Rp 2,1 miliar.

Saham TPIA melemah 1,59 persen ke posisi Rp 2.470 per saham. Saham TPIA dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 2.500 per saham. Saham TPIA berada di level tertinggi Rp 2.510 dan terendah Rp 2.420 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.503 kali dengan volume perdagangan 214.275 saham. Nilai transaksi Rp 59 miliar.


Bawa IPO Anak Usaha, Krakatau Steel Incar Rp 3,1 Triliun dari Pasar Modal

(Foto: Krakatau Steel)

Sebelumnya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berencana mengantarkan anak usaha, PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) untuk melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dari aksi ini, perseroan menargetkan dana yang diperoleh mencapai USD 200 juta atau sekitar Rp 3,11 triliun (kurs 15.553,95 per USD).

"Besaran yang diincar dari IPO sekitar USD 100 juta sampai dengan Rp 200 juta," kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim dalam paparan publik perseroan, Jumat 930/12/2022).

Silmy cukup percaya diri dengan IPO anak usaha ini lantaran telah mengantongi standby buyer. Sayangnya, dia tak menyebutkan siapa entitas yang akan menjadi standby buyer atas IPO PT Krakatau Sarana Infrastruktur.

“Sudah ada standby buyer untuk untuk IPO PT Krakatau Sarana Infrastruktur. Sehingga tidak terganggu oleh kondisi capital market baik nasional maupun internasional. Sehingga saya encourage manajemen untuk melaksanakan IPO karena sudah ada standby buyer,” imbuh Silmy.

Rencana ini sebelumnya telah dikemukakan Silmy dalam rapat bersama Komisi VI DPR. Silmy mengatakan, perseroan tengah menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) terkait dengan IPO PT Krakatau Sarana Infrastruktur.


Target 2023

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) optimistis penjualan dan laba bersih perseroan akan mengalami kenaikan pada tahun depan. Hal ini sejalan dnegan perbaikan fundamental perseroan yang terus gigenjot, salah satunya lewat restrukturisasi utang.

"Target di 2023, untuk penjualan USD 1,8 miliar. Dengan proyeksi keuntungan USD 88 juta USD. Itu rencana kerja untuk 2023,” kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim dalam paparan publik perseroan, Jumat (20/12/2022).

Hingga September 2022, pendapatan perseroan meningkat 14,5 persen menjadi USD 1,8 miliar dari USD 1,6 miliar pada periode zynga sama tahun lalu. Pendapatan itu merupakan kontribusi dari kenaikan volume penjualan sebesar 6,9 persen dan kenaikan harga jual komposit HSM & CRM sebesar 22,8 persen dari USD 741 per ton menjadi USD 910 per ton.

Dari raihan itu, laba bersih naik 134 persen menjadi USD 82 juta dari USD 60 juta pada September 2021. Lalu EBITDA Krakatau Steel mencapai 98 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD 116 juta menjadi USD 114 juta.

Dari sisi ekuitas, Krakatau Steel mengalami kenaikan 7,3 persen dari semula US$ 522 juta pada 31 Desember 2022 menjadi US$ 560 juta pada September 2022. Perseroan optimis mampu menjaga cash flow tetap positif sampai akhir 2022 dibandingkan capaian sebelumnya. Sampai September 2022, saldo kas operasi tercatat sebesar USD 138 juta.

"Performance ini merupakan bagian dari kinerja yang diperoleh pasca restrukturisasi dan transformasi. Kita masih melakukan itu dan harapannya kinerja Krakatau steel akan semakin baik," imbuh dia.

 

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya