Liputan6.com, Jakarta - Dalam khazanah Islam, Nabi Musa AS adalah salah satu rasul yang paling populer, di samping Nabi Muhammad SAW. Kisahnya melegenda dan menjadi inspirasi bagi kalangan ilmuwan untuk menggali ilmu pengetahuan dari kisahnya.
Salah satunya adalah kisah saat Nabi Musa membelah Laut Merah, yang lantas jadi akhir nasib Fir'aun dan balatentaranya.
Kala itu, Nabi Musa AS diutus untuk membebaskan Bangsa Israel yang ditindas bangsa Mesir. Bangsa Mesir kala itu di bawah pimpinan Fir’aun yang terjebak dalam kekufurannya, dan saking kaya dan berkuasanya Fir'aun bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Sejak saat itu, Nabi Musa dan kaumnya menghadapi siksaan dan ancaman bertubi-tubi lantaran tak mau menyembah Fir'aun. Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa beserta saudaranya, Harun AS, supaya meninggalkan Mesir.
Kejadian ini terekam dalam QS. Asy-Syu’ara mulai dari ayat 52. Ketika itu Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa, 'Pergilah kamu beserta hamba-hamba-Ku (yaitu Bani Israil) di malam hari, keluarlah menuju lautan, jadi tidak menuju ke Syam ataupun daratan yang lain. Kalian semua pasti akan dikejar Fir’aun beserta pengikutnya'.
Nabi Musa beserta kaumnya pun segera bergegas mengikuti perintah Allah SWT. Mendengar Nabi Musa dan Bani Israil keluar meninggalkan kota Mesir, Fir’aun kemudian mengutus orang-orang di daerah kekuasaannya yang bertugas untuk mengumpulkan prajurit-prajuritnya.
Baca Juga
Advertisement
Allah SWT lantas memberi wahyu kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu” Nabi Musa pun segera memukulkan tongkat yang dibawanya ke lautan.
Seketika laut pecah terbelah menjadi 12 bagian. Tiap bagiannya seperti gunung yang besar, kanan-kirinya menjadi jalan yang bisa dilewati serta tidak basah. Kemudian Allah menyelamatkan Nabi Musa beserta kaumnya keluar melintasi Laut Merah.
Setelah pengikut Nabi Musa paling akhir melintas keluar dari laut, barulah barisan awal pasukan Firaun memasuki laut. Fir’aun dan pasukannya segera memasuki belahan laut Merah itu. Ketika seluruh pasukannya telah masuk dan berada di tengah-tengah lautan, Allah segera memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya kembali ke laut sehingga laut yang terbelah segera kembali seperti sedia kala.
Dengan demikian, tak ada seorang pun dari rombongan Fir’aun dapat menyelamatkan diri. Mereka hancur binasa ditelan lautan beserta kesombongan dan kekafiran mereka.
Para ilmuwan rupanya terinspirasi dari kisah ini. Selama beratus tahun, banyak ilmuwan yang ingin mengetahui apakah kisah ini hanya sebatas mitos atau legenda, atau memang benar-benar terjadi seperti disebut dalam Al-Qur'an dan alkitab.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Riset Ilmuwan
Umat beragama yakin bahwa kisah ini merupakan kebenaran. Sebagian lainnya menganggapnya hanya sebatas legenda. Namun, baru-baru ini ilmuwan menyodorkan bukti dan simulasi ilmiah bagaimana laut merah terbelah dan menjadi cakrawala baru untuk membuka tabir fakta yang terpendam ribuan tahun.
"Orang yang tidak percaya menganggap mukjizat yang disebutkan dalam Alkitab sebagai mitos atau perumpamaan," tulis Andrei Tapalaga kepada History of Yesterday dalam artikel berjudul "Scientists Found Evidence Confirming Moses Spliting the Red Sea" terbit 16 Desember 2022, dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Selasa (3/1/2023)
"Namun, sebuah bukti telah menunjukkan bahwa setidaknya satu dari dugaan ketidakmungkinan itu—Laut Merah terbelah untuk memberi ruang bagi Musa dan orang Israel yang melarikan diri—mungkin saja terjadi," imbuhnya.
Dari sumber yang sama, tercatat, selama bertahun-tahun, para peneliti telah disibukkan untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang bagaimana orang-orang Israel berhasil melarikan diri dari kejaran para pasukan berkuda Firaun.
Dalam membangun interpretasi itu, seorang ilmuwan bernama Cecil B. De Mille menggunakan keahlian efek khususnya sendiri.
Hematnya, eksodus itu dapat terjadi dimungkinkan karena adanya sejumlah pergerakan kombinasi angin dengan gelombang yang berbeda. Hal itu dikuatkan oleh para peneliti dari National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan University of Colorado at Boulder (CU).
Para peneliti sekarang mengklaim telah menggunakan pemodelan komputer untuk merekonstruksi kemungkinan kombinasi angin dan gelombang dapat terjadi, sehingga mampu menciptakan lintasan di tengah laut.
Di bagian akhir dari riset mereka, eksodus Nabi Musa dan bangsa Israel diperagakan kembali di delta Nil.
Untuk memungkinkan orang Israel melintasi dataran berlumpur yang terbuka di tengah dasar laut, sebelum gelombang kembali masuk dan menelan kavaleri Firaun, para peneliti berteori bahwa angin timur yang kuat bertiup semalaman hingga menarik kembali air menuju laguna pantai di Mesir bagian utara.
Advertisement
Kecepatan Angin Mampu Menyapu Air
Melalui hipotesisnya, mereka sampai pada kesimpulan bahwa angin secara konsisten berkecepatan 63 mph yang bertiup dari timur di atas danau, dimungkinkan telah menyapu air kembali ke pantai barat.
Hal itu membuat pembukaan dataran berlumpur layaknya membentuk lintasan darat. Tiupan angin yang keras secara konstan, membuat air laut tetap tinggi dan membelah, sehingga permukaan tanah di tengah laut menjadi kering selama empat jam.
Hipotesis tersebut telah dibuat ulang secara digital di sepanjang Laut Tengah dekat kota modern Port Said. Sejatinya, mukjizat yang digambarkan dalam Quran dan Alkitab adalah pengetahuan Musa tentang sains.
"Sesuatu yang sangat menarik terkait keajaiban ini adalah bahwa peradaban kuno memiliki banyak pengetahuan tentang sains," ujar Andrei, dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Selasa (3/1/2023).
Terbelahnya laut adalah pengetahuan yang disimpan dengan baik sejak lama dan telah hilang di sepanjang jalan sejarahnya. Hanya segelintir orang yang dapat mengetahuinya, seperti halnya Nabi Musa dan pengikutnya.
Bagaimanapun, kekuatan Ilahiah adalah faktor terkuat yang mendasari keberhasilan Musa melarikan diri dari kejaran tentara Firaun.
"Karena banyak orang tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman dasar tentang sains, mereka menggambarkan peristiwa apa pun yang tampaknya tidak masuk akal bagi pengetahuan mereka sebagai keajaiban," pungkasnya.
Jalur Darat di Laut Merah
Hal itu membuat pembukaan dataran berlumpur layaknya membentuk lintasan darat. Tiupan angin yang keras secara konstan, membuat air laut tetap tinggi dan membelah, sehingga permukaan tanah di tengah laut menjadi kering selama empat jam.
Hipotesis tersebut telah dibuat ulang secara digital di sepanjang Laut Tengah dekat kota modern Port Said. Sejatinya, mukjizat yang digambarkan dalam Quran dan Alkitab adalah pengetahuan Musa tentang sains.
"Sesuatu yang sangat menarik terkait keajaiban ini adalah bahwa peradaban kuno memiliki banyak pengetahuan tentang sains," terus Andrei.
Terbelahnya laut adalah pengetahuan yang disimpan dengan baik sejak lama dan telah hilang di sepanjang jalan sejarahnya. Hanya segelintir orang yang dapat mengetahuinya, seperti halnya Nabi Musa dan pengikutnya.
Bagaimanapun, kekuatan Ilahiah adalah faktor terkuat yang mendasari keberhasilan Musa melarikan diri dari kejaran tentara Firaun.
"Karena banyak orang tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman dasar tentang sains, mereka menggambarkan peristiwa apa pun yang tampaknya tidak masuk akal bagi pengetahuan mereka sebagai keajaiban," pungkasnya.
Tim Rembulan
Advertisement