Liputan6.com, Jakarta - Evergrande berjanji untuk melunasi utangnya tahun ini. Seperti diketahui, karena raksasa properti asal China itu dilanda krisis menyusul tindakan keras Beijing terhadap pinjaman berlebihan di sektor real estat.
Dikutip dari Channel News Asia, Rabu (4/1/2023) Kepala Evergrande Hui Ka Yan dalam sebuah pesan email mengatakan kepada stafnya bahwa "2023 merupakan tahun kunci bagi Evergrande untuk memenuhi tanggung jawab perusahaannya dan melakukan segala upaya untuk memastikan penyelesaian proyek konstruksi".
Advertisement
"Selama semua orang di Evergrande bekerja sama, tidak pernah menyerah, (dan) bekerja keras ... kami pasti akan dapat menyelesaikan tugas menjamin pengiriman, membayar semua jenis hutang, dan menyelesaikan risiko," tulis Hui dalam pesan tersebut.
Evergrande tahun lalu melanjutkan pekerjaan di 732 lokasi konstruksi dan mengirimkan 301.000 unit rumah untuk pembeli, lanjut pesan itu.
"(Para karyawan) mengalami tekanan fisik dan mental yang berat, dan mengatasi banyak kesulitan untuk mewujudkan hal yang mustahil", ungkap Hui.
Evergrande telah bergegas melepas aset dalam beberapa bulan terakhir dan terlibat dalam pembicaraan restrukturisasi setelah menumpuk utang sebesar USD 300 miliar.
Perusahaan itu mengalami krisis terbesar di sektor properti China, yang menyumbang sekitar seperempat dari produk domestik bruto negara itu.
Para pengembang besar termasuk Evergrande gagal menyelesaikan proyek perumahan, memicu protes dan boikot hipotek dari pembeli rumah.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil gagal membayar pinjaman atau mengalami masalah mendapatkan uang tunai sejak Pemerintah China lebih ketat membatasi pinjaman pada 2020.
Pada November 2022, dokumen resmi menunjukkan Evergrande menjual tanah yang dialokasikan untuk kantor pusatnya di pusat teknologi Shenzhen seharga USD 1 miliar.
Terlilit Utang, Rumah Mewah Milik Bos Evergrande China Disita Bank
Pemberi pinjaman China Construction Bank (CCB) dilaporkan menyita sebuah rumah mewah di The Peak Hong Kong, milik ketua raksasa konstruksi Evergrande Group Hui Ka Yan.
Laporan itu dipublikasikan oleh outlet berita online lokal Hong Kong, HK01.
Dilansir dari US News, Kamis (3/11/2022) CCB menyita rumah seluas 465 meter persegi, yang menurut HK01 bernilai USD 89 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun.
Penyitaan ini bisa menjadi kasus pertama yang diketahui terkai penyitaan aset pribadi Hui Ka Yan di Hong Kong, HK01 melaporkan.
Namun, tidak diketahui secara pasti kapan penyitaan itu dilakukan. Pihak Evergrande juga menolak mengomentari laporan tersebut.
Laporan HK01 tahun lalu menyebut, rumah mewah yang dilengkapi dengan emandangan gedung pencakar langit di Hong Kong, diketahui telah menjadi jaminan obligasi Evergrande yang telah jatuh tempo senilai 300 juta dolar Hong Kong (Rp 599,6 miliar).
Sebuah pengajuan dengan Kantor Pendaftaran Tanah Hong Kong mengkonfirmasi pada Oktober 2021 lalu bahwa properti tersebut telah dijaminkan untuk pinjaman dari CCB (Asia), meskipun tidak mengungkapkan angka.
Land Registry mengungkapkan, Hui Ka Yan juga memiliki dua rumah mewah di kawasan yang sama. Rumah itu juga dijadikan jaminan epada Orix Asia Capital Ltd pada November 2021 untuk jumlah yang tidak diungkapkan.
Adapun aset utama Evergrande di Hong Kong - markas besarnya dan sebidang tanah pedesaan yang luas disita oleh kreditur tahun ini.
Seperti diketahui, Evergrande tengah dibebani utang lebih dari USD 300 miliar. Gagal bayar utang mendorong penyitaan aset perusahaan itu baik di China maupun di Hong Kong.
Advertisement
Evergrande Gagal Penuhi Rencana Restrukturisasi Utang
Raksasa properti China Evergrande telah gagal untuk memberikan rencana restrukturisasi utang awal yang telah dijanjikan pada 31 Juli 2022, yang mengarah ke kekhawatiran lebih lanjut tentang masa depan perusahaan yang paling berutang di dunia.
Kegagalan perusahaan real estat untuk memenuhi tenggat waktu yang ditentukan sendiri terjadi pada saat seluruh sektor properti China menghadapi boikot hipotek yang berkembang dan penjualan perumahan yang merosot.
enurut pengajuan pertukaran pada Jumat, Evergrande menawarkan beberapa rincian tentang 'prinsip restrukturisasi awal' untuk utang luar negerinya, dan mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengumumkan "rencana restrukturisasi luar negeri khusus dalam 2022."
Evergrande, pengembang China dengan kewajiban USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.472 triliun (asumsi kurs Rp 14.906 per dolar AS) telah menjadi pusat masalah real estat negara itu sejak tahun lalu. Ini gagal pada obligasi USD pada Desember setelah berjuang selama berbulan-bulan untuk mengumpulkan uang tunai untuk membayar kreditur, pemasok dan investor.