Liputan6.com, Jakarta - Setiap awal selalu ada akhir. Begitu pula dengan Jurong Bird Park di Singapura yang resmi ditutup setelah beroperasi selama 52 tahun.
Alam seolah ikut bersedih karena hujan deras tak kunjung reda di saat pertunjukan burung terakhir bertajuk Kings of the Skies dipertontonkan pada Selasa sore, 3 Januari 2023. Meski begitu, para penonton tak mundur.
Presenter hewan Chandra Mohan yang kebasahan pun berterima kasih atas dukungan hadirin yang memenuhi Hawk Arena berkapasitas 900 tempat duduk itu. Beberapa pengunjung tetap di tempat untuk berterima kasih langsung pada para staf atas kinerja mereka selama ini.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya di Pools Amphitheatre, pengunjung lebih dulu menghadiri pertunjukan High Flyer terakhir yang menampilkan Chucky si ayam jago bantam sebagai bintang utama. Setelah menatap penonton, ia terbang dari tempat bertenggernya ke lengan pembawa acara Eileen Lim. Itu pun setelah beberapa kali dibujuk.
Di akhir pertunjukan, staf berkumpul untuk memberi penghormatan penutup. Banyak dari mereka berlinang air mata, terasuk Zernalynne Flores, pengawas perilaku dan program hewan yang telah bekerja di taman tersebut sejak 2011.
Tempat itu menyimpan kenangan indah bagi perempuan berusia 35 tahun itu dan suaminya karena pernikahan mereka diresmikan di Pools Amphiteatre pada 2021, tempat mereka pertama kali bertemu. Di hari terakhirnya, ia tiba di tempat kerja sekitar 20 menit lebih awal dan mulai mengambil foto sebagai kenang-kenangan.
"Semua orang sangat emosional di belakang panggung karena itu adalah pertunjukan terakhir, tapi kami saling menyemangati dan berkata, 'mari kita lakukan satu pertunjukan bagus terakhir,'" katanya, dikutip dari laman Strait Times, Rabu (4/1/2023).
Pengunjung Terakhir
Pada pukul 18.53 waktu setempat, daun jendela taman burung terbesar d Singapura itu akhirnya diturunkan setelah staf mengantarkan pengunjung terakhir. Tan Jun Yi yang berusia 10 tahun bersama ibu dan neneknya menjadi yang terakhir keluar dari Jurong Bird Park. Kepulangan mereka ditepuki para penjaga kehormatan yang terdiri dari staf taman.
"Saya hampir menangis," kata bocah itu, ketika ditanya bagaimana perasaannya melihat daun jendela diturunkan. "Sayang sekali hujan turun di pertunjukan terakhir karena saya ingin merekamnya."
Dia mengatakan sedih karena taman itu ditutup, tetapi dia senang bahwa burung-burung itu akan memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik di rumah baru mereka. Operator taman Mandai Wildlife Group akan memindahkan 3.500 burung di taman tersebut ke Bird Paradise yang baru di Suaka Margasatwa Mandai. Objek wisata itu dijadwalkan dibuka pada kuartal kedua 2023.
Pada 2025, situs Jurong akan dikembalikan ke JTC Corporation. Pihak berwenang mengatakan mereka akan berkonsultasi dengan publik tentang rencana pengembangan daerah tersebut, termasuk Bukit Jurong yang lokasinya berdekatan.
Advertisement
Tempat Baru
Sejak 19 November 2022, warga Singapura dan penduduk tetap hanya membayar 10 dolar Singapura per tiket masuk. Hal itu agar 'sebanyak mungkin dapat berkunjung sebelum hari terakhir operasi,' kata Mandai Wildlife Group.
Pihak taman menyebut, jumlah pengunjung taman itu naik hampir dua kali lipat setelah tanggal penutupannya diumumkan pada Agustus 2022. Pada lima hari terakhir operasi, sekitar 30 ribu orang hadir, dengan 2,6 ribu dari mereka berkunjung pada hari Selasa, lebih dari rata-rata harian sekitar dua ribu pengunjung.
Roslee Mustaffa (57), manajer fasilitas yang telah bekerja di taman sejak 1991, mengaku sedih meninggalkan tempat tersebut saat ia dan timnya berkemas untuk pindah ke Mandai. Namun, fokusnya saat ini adalah memahami taman baru.
"Rekan-rekan lama yang sama, tetapi seluruh tempat ini baru. Faktanya, 70 hingga 80 persen sistem yang akan kami gunakan masih baru bagi kami," katanya. "Selalu ada tahapan dalam hidup Anda di mana ada perubahan dan ini adalah salah satunya."
Sekilas Sejarah Jurong Bird Park
Jurong Bird Park dibangun dengan biaya awal 2,5 juta dolar Singapura atau lebih dari Rp26 miliar. Ketika dibuka, taman itu hanya memiliki seribu ekor burung dari 60 spesies.
Seiring waktu, kapasitas taman burung itu berkembang pesat. Di atas lahan seluas 20,2 hektare, taman itu kini menjadi rumah untuk lebih dari 400 spesies burung dan diklaim sebagai taman burung terbesar di Asia, menurut Singapore Tourism Board.
Taman tersebut berhasil menarik sekitar 850 ribu pengunjung setiap tahun. Mereka berduyun-duyun datang untuk melihat kandang burung air terjun, pertunjukan burung, dan pamerannya yang terkenal.
Petugas taman terlibat dalam beberapa upaya penyelamatan dan rehabilitasi selama bertahun-tahun. Pada 2018, salah satu rangkong koleksi mereka menerima paruh prostesis cetak 3D. Burung endemik Kalimantan itu diketahui berjuang melawan kanker agresif yang merusak paruhnya.
Taman kawanan flamingo juga mendapat perhatian publik. Hal itu terjadi ketika seekor anak flamingo bernama Squish terlihat berjalan di sekitar pusat penangkaran dan penelitian dengan sepasang sepatu biru mengkilap untuk mengembangkan kekuatan kakinya dan melindungi bantalan kakinya dari tanah yang keras.
Advertisement