Kapitalisasi Pasar Apple Sentuh Rp 31.062 Triliun Imbas Aksi Jual

Saham Apple turun 3,74 persen pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023 sehingga mendorong kapitalisasi pasar jadi USD 1,9 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jan 2023, 10:06 WIB
Kantor Apple di Beijing - ilustrasi (ist.)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Apple turun lebih dari tiga persen pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023. Koreksi saham Apple membawa kapitalisasi pasar produsen iPhone di bawah USD 2 triliun atau sekitar Rp 31.216 triliun (asumsi kurs Rp 15.608 per dolar AS).

Saham Apple turun 3,74 persen menjadi USD 125,07, terendah dalam 52 minggu. Dengan demikian, kapitalisasi pasar saham Apple menjadi USD 1,99 triliun atau sekitar Rp 31.062 triliun (asumsi kurs Rp 15.609 per dolar AS) pada penutupan perdagangan Selasa, 3 Januari 2023.

Apple pertama kali mencapai valuasi USD 2 triliun pada Agustus 2020. Hal ini seiring pandemi COVID-19 meningkatkan penjualan komputer dan ponsel untuk pekerjaan jarak jauh dan sekolah. Dalam waktu singkat, kapitalisasi pasar Apple menjadi lebih dari USD 3 triliun atau sekitar Rp 46.850 triliun selama perdagangan Januari 2022. Demikian mengutip laman CNBC, Rabu (4/1/2023).

Apple berjuang dengan pengiriman iPhone 14 Pro selama musim liburan karena pembatasan COVID-19 pada pabrik utamanya di China. Investor juga waspadai kenaikan suku bunga dan penurunan kepercayaan konsumen yang dapat ganggu permintaan produk Apple dengan harga premium.

Sebuah laporan baru-baru ini dari analis Trendforce mengatakan, pengiriman iPhone Apple turun 22 persen pada kuartal IV. Apple telah mengumumkan kepada pemasok untuk membuat lebih sedikit komponen untuk produk termasuk AirPods, Apple Watch, MacBook, menurut laporan Nikkei.

Apple menjadi raksasa perusahaan yang terakhir melepaskan kapitalisasi pasar USD 2 triliun. Sebelumnya Microsoft mencapai USD 2 triliun, tetapi kembali merosot pada 2022. Pada 2022, kinerja Apple di bawah indeks S&P 500 dengan turun lebih dari 18 persen.

Harga saham Apple turun hampir 27 persen pada 2022. Pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023, saham Apple melemah di bawah 1 persen selama perdagangan.


Apple dan Amazon Kehilangan Kapitalisasi Pasar Setara Rp 12.491 Triliun

Apple Store. Kredit: Michael Gaida via Pixabay

Sebelumnya, terkadang sedikit perspektif diperlukan untuk benar-benar menunjukkan besarnya statistik tertentu. Itulah yang terjadi dengan kerugian besar yang dihitung oleh Apple dan Amazon pada 2022.

Melansir CNBC, Rabu (4/1/2023), kedua saham tersebut adalah pecundang kapitalisasi pasar terbesar pada 2022. Apple kehilangan kapitalisasi pasar USD 846,34 miliar atau sekitar Rp 13.215 triliun (asumsi kurs Rp 15.614 per dolar AS) dan Amazon kehilangan USD 834,06 miliar atau sekitar Rp 13.023 triliun. Kapitalisasi pasar mengukur nilai gabungan dari semua saham perusahaan.

Valuasi yang ditumpahkan oleh masing-masing dari kedua perusahaan tersebut menekan ukuran total saham teknologi lainnya. Bespoke Investment Group menyebut angka itu mengejutkan. Hal itu diungkapkan dalam sebuah tweet nya.

Saham Amazon tenggelam karena pendapatan perusahaan dalam keadaan sulit dan pedoman kuartal IV putus asa. Kinerjanya sejalan dengan sektor teknologi secara lebih luas, yang dirugikan oleh kenaikan suku bunga, perlambatan iklan internet, dan faktor lainnya.

Meskipun menjadi salah satu dari sedikit nama teknologi besar yang menghindari penurunan pendapatan, Apple masih berjuang karena pertanyaan seputar popularitas produk barunya dan menghadapi kesulitan dengan pengiriman iPhone 14 selama musim liburan karena pembatasan COVID-19 utamanya di pabrik China.

 


Saham Apple Merosot

iPad dan iPad mini baru diumumkan. (Doc: Apple)

Apple memperlambat laju perekrutan bersama dengan perusahaan lain di sektor ini karena kekhawatiran tumbuh atas potensi resesi, yang dapat melemahkan permintaan karena konsumen menunda pembelian barang-barang mahal untuk menghemat uang.  

Saham Apple merosot 3,7 persen pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023, mencapai level terendah 52 minggu karena kapitalisasi pasarnya turun di bawah USD 2 triliun untuk pertama kalinya sejak Mei.

Akan tetapi, yang bisa hilang dalam data adalah seberapa besar kedua perusahaan ini di pasar saham. Dibandingkan dengan rekan platform, yakni Meta yang memiliki kapitalisasi pasar akhir tahun USD 315,56 miliar, Amazon lebih dari dua kali lipat ukuran tersebut mencapai USD 856,94 miliar.  

Pada 30 Desember, Apple beberapa kali lipat dari ukuran itu menjadi USD 2,067 triliun.Faktanya, apa yang dikeluarkan oleh masing-masing dari dua saham tersebut dalam satu tahun saja lebih dari dua kali lipat ukuran kapitalisasi pasar lengkap Meta.

Kehilangan USD 830 miliar atau sekitar Rp 12.962 triliun itu saja setara dengan kapitalisasi pasar PayPal yang berada di urutan 10, urutan delapan Intel, urutan 18 Snowflake dan Rivian yang berada di urutan 49.


Penutupan Wall Street 3 Januari 2023

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023 karena kekhawatiran suku bunga dan inflasi tinggi. Sentimen tersebut yang juga menekan wall street pada 2022 dan menyusahkan investor pada 2023.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 0,40 persen ke posisi 3.824,14. Indeks S&P 500 melemah dari level tertinggi ketika indeks manufaktur Desember turun pada laju tercepat sejak Mei 2020.

Indeks Dow Jones susut 10,88 poin atau 0,03 persen menjadi 33.136,67. Indeks Nasdaq tergelincir 0,76 persen ke posisi 10.386,99. Saham Tesla dan Apple tergelincir dan membebani bursa saham pada awal 2023. Adapun sentimen yang terjadi pada 2022 yaitu bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi menyeret sektor saham teknologi ke zona merah.

Saham Tesla anjlok 12,24 persen, dan sentuh level terendah sejak Agustus 2020, seiring hasil kinerja kuartal IV 2022 yang mengecewakan. Saham Apple merosot 3,74 persen seiring laporan perseroan bakal pangkas produksi karena lemahnya permintaan.

Sentimen dapat berlanjut pada 2023 karena bank sentral AS siap untuk terus menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan memicu kekhawatiran ekonomi AS jatuh ke dalam resesi.

“Lingkungan resesi pada 2023 selanjutnya dapat menghambat kinerja saham teknologi pada tahun baru karena kehausan investor akan meningkat untuk perusahaan berorientasi nilai dan perusahaan dengan margin keuntungan lebih tinggi, arus kas lebih konsisten dan hasil dividen yang kuat,” ujar CEO AXS Investments Greg Bassuk dikutip dari laman CNBC, Rabu (4/1/2023).

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya