Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (3/1/2023) mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mempertahankan status quo atas Kompleks Masjid Al Aqsa atau yang disebut Temple Mount oleh umat Yahudi. Pernyataan itu muncul di tengah ketegangan yang meningkat menyusul kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke situs suci tersebut.
"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkomitmen untuk secara tegas mempertahankan status quo, tanpa perubahan, di Temple Mount," ungkap pernyataan dari kantor perdana menteri Israel seperti dikutip dari kantor berita Anadolu, Rabu (4/1/2023).
Advertisement
PM Netanyahu membantah kunjungan Ben-Gvir ke situs suci yang menjadi salah satu titik nyala konflik Israel - Palestina itu mencerminkan perubahan atas status quo yang berlaku selama ini.
"Di bawah status quo, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah menteri pernah naik ke Temple Mount, termasuk Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan. Oleh karena itu, klaim bahwa telah dilakukan perubahan status quo tidak berdasar," sebut pernyataan PM Netanyahu tersebut.
Status Quo Kompleks Masjid Al Aqsa
Dengan status quo, hanya umat Islam yang dibolehkan beribadah di Kompleks Masjid Al Aqsa. Ketika Yair Lapid menjabat sebagai menteri luar negeri Israel, dia pernah menegaskan komitmen negaranya untuk terus menegakkan status quo.
"Israel berkomitmen pada status quo di Temple Mount," ujar Yair Lapid pada 22 April 2022 seperti dilansir The Times of Israel. Umat muslim diizinkan beribadah di sana, non-muslim hanya berkunjung. Tidak ada perubahan dan tidak akan pernah ada perubahan."
Sementara itu, ekstrem kanan Israel disebut terus mengupayakan perubahan demi mengizinkan umat Yahudi beribadah di situs suci tersebut. Meski demikian, gerakan ini mendapat tentangan dari banyak kalangan Yahudi ultra ortodoks dan para rabi terkemuka.
Advertisement
Badai Kecaman
Kunjungan Ben-Gvir ke Kompleks Masjid Al Aqsa telah memicu badai kecaman Palestina dan internasional, termasuk Amerika Serikat, Yordania, Turki, Qatar, dan Arab Saudi.
Juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh mengatakan bahwa langkah Ben-Gvir memasuki Kompleks Masjid Al Aqsa merupakan tantangan bagi rakyat Palestina, Arab, dan komunitas internasional. Lebih lanjut dia memperingatkan bahwa kelanjutan dari provokasi ini akan menyebabkan lebih banyak ketegangan, kekerasan, dan kondisi eksplosif. Demikian dikutip dari Xinhua.
Sementara itu, Arab Saudi menyebut langkah Ben-Gvir provokatif dan mengutuknya. Riyadh kembali menyuarakan dukungan bagi Palestina dan seluruh upaya yang bertujuan mengakhiri pendudukan serta mencapai solusi yang adil dan komprehensif.
Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab merespons kunjungan Ben-Gvir dengan menegaskan kembali pentingnya memberikan perlindungan penuh terhadap Masjid Al Aqsa dan mengakhiri pelanggaran berbahaya dan provokatif di sana. Otoritas Israel juga diminta untuk mengurangi eskalasi dan tidak mengambil langkah apa pun yang dapat meningkatkan ketegangan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut.
Kunjungan Ben-Gvir ke Kompleks Masjid Al-Aqsa berlangsung pada Selasa. Dia disebut berkeliaran di halaman masjid di bawah perlindungan keamanan ketat dari polisi Israel.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Kompleks Al Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Mereka menganeksasi seluruh kota pada tahun 1980, langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
AS Tetap Dukung Solusi Dua Negara
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony J. Blinken tidak hanya mengucapkan selamat kepada mitranya Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen yang baru dilantik ketika keduanya berbicara via sambungan telepon pada Senin (2/1/2023). Dalam kesempatan itu, Blinken juga menekankan sejumlah hal, termasuk komitmen AS atas solusi dua negara (two-state solution) dalam menyelesaikan konflik Israel - Palestina. Demikian seperti dilansir situs Kementerian Luar Negeri AS.
Penegasan serupa sebelumnya telah disampaikan Menlu Blinken kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas via telepon pada November 2022.
Pemerintahan Joe Biden terus berusaha memulihkan kredibilitas keterlibatan AS dalam penyelesaian konflik Israel - Palestina setelah pemerintahan Donald Trump memangkas bantuan, menurunkan status misi diplomatik utamanya di Palestina, dan mengobarkan ketegangan dengan memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Advertisement