Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan mengimbau para operator pelabuhan hingga nakhoda kapal untuk memantau informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Menyusul adanya potensi gelombang tinggi 6 meter imbas cuaca ekstrem.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Capt. Mugen Sartoto menyampaikan, syahbandar, nakhoda kapal , operator pelayaran dan masyarakat selalu melakukan cek cuaca di situs BMKG. Serta memperhatikan saran-saran keselamatan yang tertuang.
Advertisement
"Nakhoda wajib menjamin kapalnya laiklaut, dan syahbandar juga memberikan adice yang disampaikan secara kontinyu kepada para navigator, serta berani untuk tidak menerbitkan SPB (Surat Persetujuan Berlayar) jika kapal tidak mampu melewati cuaca di alur yang akan dilayari," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (4/1/2023).
Dia menegaskan kalau informasi BMKG terbaru perlu menjadi acuan berbagai pihak terkait. Tujuannya, untuk menentukan pola antisipasi serta menghindari biasnya informasi di masyarakat.
"Karena cuaca itu dinamis, maka kita lebih mendorong para navigator merujuk berita cuaca BMKG. Supaya tidak ada bias informasi di masyarakat," paparnya.
Pihaknya juga telah mengeluarkan maklumat pelayaran per 26 Desember 2022 lalu mengenai mekanisme pelayaran selama cuaca ekstrem. Aturan itu adalah Maklumat Pelayaran dengan Nomor AL.202/2/15/DJPL/2022.
Mugen mengaku telah melakukan pengumuman secara rutin melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) dan Vessel Traffic System (VTS). Utamanya mengenai kondisi cuaca terkini di pelabuhan-pelabuhan di seluruh Indonesia.
Bahkan, terkait dengan antisipasi kejadian, Kemenhub juga menyiapkan kapal patroli di seluruh pangkalan.
"Disisi lain kapal-kapal patroli milik KSOP dan pangkalan PLP di seluruh Indonesia juga disiagakan untuk rescue jika ada terjadi kecelakaan kapal di laut," pungkasnya.
Imbauan Menhub
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menemukan adanya adanya potensi gelombang tinggi hingga 6 meter hingga 5 Januari 2023 mendatang. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun memberikan tanggapannya.
Menhub Budi mengamini adanya gelombang tinggi di bebera alokasi. Seperti di perairan Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga laut Arafuru. Dia meminta hal ini menjadi perhatian seluruh pihak.
"Ini jadi menjadi catatn bagi teman-teman semuanya para teman-teman pengelola, (sektor transportasi) laut terutama," ujarnya dalam Penutupan Posko Angkutan Nataru, Rabu (4/1/2023).
Dia menyebut, informasi yang dirilis secara periodik oleh BMKG perlu menjadi acuan bersama. Utamanya, dalam mengantisipasi dampak yang terjadi akibat anomali cuaca yang terjadi.
Advertisement
Relevan
Sebelumnya, dia juga menyinggung soal cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berimbas pada pelayanan transportasi. Sebut saja penerbangan yang ditunda hingga perjalana kereta api yang terhambat.
"Memang, info BMKG ini sangat relevan untuk dicermati, udara, laut secara khusus tapi tak kecuali kereta api dan darat. Karena kejadian (banjir) rob di Semarang itu akan bisa kita atasi apabila sejak awal kita lakukan dengan baik," pintanya.
Diketahui, pada 31 Desember 2022 lalu, sejumlah perjalanan kereta api jalur utara yang melewati Semarang terhambat akibat banjir. Sedikitnya ada 4 relasi yang terdampak.
Sebagian perjalan KA tersebut bahkan dialihkan melalui jalur selatan. Dalam 2 hari, banjir tersebut pun akhirnya surut. Maka, pada 2 Januari 2023 lalu perjalanan KA jalur utara yang melewat Semarang sudah kembali normal.
Potensi Gelombang Tinggi
Diberitakan sebelumnya, Gelombang tinggi 6 meter berpotensi terjadi di beberapa perairan di Indonesia, 3-5 Januari 2023. Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG mengimbau masyarakat yang berada di pesisir dan pengguna perairan untuk waspada terhadap potensi tersebut.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, Selasa (3/1/2023).
Eko mengatakan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat Laut-Timur Laut dengan kecepatan angin berkisar 6-20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 8-35 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Jawa bagian timur, Samudra Hindia Selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia Selatan Kupang, Laut Sawu, perairan Kupang-P. Rote, perairan P. Sabu, Laut Timor, Laut Arafuru bagian barat, dan Laut Sawu.
Kondisi itu, kata Eko Prasetyo, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan utara Sabang, perairan barat P. Simeulue, Samudra Hindia Barat Aceh-P. Simeulue, perairan Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian utara, Selat Ombai-Selat Wetar, perairan timur Bintan, Laut Natuna, perairan Bangka Belitung, Selat Karimata, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, perairan utara Jawa Barat.
Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di perairan selatan Baubau, Teluk Bone, Selat Makassar bagian selatan, perairan selatan Kep. Wakatobi, perairan Kep. Sangihe-Kep. Talaud, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Bitung-Kep. Sitaro, Laut Maluku, perairan utara Kep. Sula, perairan Kep. Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Raja Ampat-Jayapura, Samudra Pasifik Utara Halmahera-Jayapura, Laut Banda bagian utara, perairan Kep. Kai-Kep. Aru.
Advertisement