Kebahagiaan Umat Hindu di Kota Solo Jelang Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan dan Kuningan yang jatuh setiap enam bulan sekali kini dirasakan penuh khidmat oleh masyarakat oleh semeton (masyarakat) Hindu yang berada di luar Pulau Bali. Seperti yang terjadi di Kota Surakarta, semeton Hindu memperingati hari raya dengan toleransi yang sangat tinggi.

oleh Dewi Divianta diperbarui 05 Jan 2023, 08:00 WIB
Intip Toleransi Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuniningan di Kota Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Solo - Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirayakan oleh umat Hindu setiap enam bulan sekali, juga dirayakan umat Hindu di area Solo raya. Kesibukan hari raya sudah dilakukan sejak satu hari menjelang pelaksanakaan merayakan kemenangan dharma oleh adharma tersebut.

Tangan-tangan lentik anak gadis seusia belasan tahun dan ibu-ibu dengan cekatan membuat canang yang terbuat dari janur. Jari jemari lentik itu dengan mudahnya membentuk sebuah lambang-lambang dan menggabungkannya menjadi sebuah prasarana untuk persembahyangan. Usai membentuk kotak, mereka pun merangkai aneka bunga-bunga di kotak yang tebuat dari janur itu yang biasa disebut dengan canang.

Tak hanya itu, mereka juga menyiapkan prasarana tempat untuk persembahan seperti tempat buah-buahan untuk dihaturkan di pura ketika puncak perayaan Hari Raya Galungan di Pura besar.

Kegiatan penampahan tersebut selalu dilakukan dengan bergotong royong, sebagai salah satu upaya mendekatkan hubungan individu satu dengan lainnya.

Ketua Parisada Hindu Solo, Ida Bagus Komang Suarnawa mengatakan persiapan Hari Raya Galungan sejak 3 Januari 2023 atau yang biasa disebut dengan penampahan Galungan. Tampak, semeton Hindu Solo bergotong royong mempersiapkan perayaan itu, di mana bapak-bapak melakukan kegiatan masak memasak dan para ibu menyiapkan prasarana persembahyangan.

 

 


Toleransi Sangat Tinggi

Intip Toleransi Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuniningan di Kota Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

"Kemarin kita kerja bakti memasang penjor (anak laki-laki lajang), memasak (para suami), dan juga menyiapkan prasarana sembahyang (para ibu). Kemarin itu kita sudah melakukan penampahan Galungan, nanti sore hingga malam kita sembahyang di Pura," kata Ida Bagus Komang kepada Liputan6.com di Solo, Rabu (4/1/2022).

Menurutnya, meski merayakan hari raya di kota yang mayoritas pemeluk agama Islam dirinya mengaku aktivitas semeton Hindu dalam perayaan hari raya sejak dahulu tidak pernah mendapatkan masalah dan malah didukung oleh masyarakat sekitar mereka tinggal. Bahkan, di Kota Solo sudah berdiri pura yang bisa digunakan oleh semeton Hindu apabila ingin melakukan persembahyangan.

"Meski kami minoritas di sini, lingkungan kami di sini bisa diterima oleh masyarakat, toleransinya sangat luar biasa. Untuk Hari raya Galungan, nanti malam kita laksanakan di Pura Buana Agung Saraswati UNS," tutur dia.

Di sisi lain, dirinya mengaku bersyukur tinggal di Solo yang tidak kesulitan untuk mencari bahan-bahan untuk prasarana persembahyangan mulai dari jenuar, kelapa, dan lainnya. "Malah lebih mudah mencari bahan untuk sembahyang daripada di Bali. Di Bali ketika Galungan semua akan naik harganya karena kadang tidak ada barangnya. Di sini mudah mencarinya," tutur Ida Bagus Komang.

Sementara itu, dirinya menyebut saat ini semeton Hindu Solo sudah sangat dimudahkan ketika akan menjalani setiap hari raya, mulai dari Hari raya Purnama, Tilem, dan lainnya. Bahkan, Ida Bagus Komang menyebut semeton Hindu sudah bisa melakukan persembahyangan di Candi Prambanan ketika ingin melaksanakan perayaan hari raya apa pun.

Saat ini, jumlah semeton Hindu Solo yang tergabung Parisada Hindu Solo mencapai 500 orang, angka itu belum termasuk masyarakat Hindu di Solo Raya. "Pura di sini sudah banyak, perayaan hari raya besar bisa terpusat di Candi Prambanan. Nanti tanggal 4 juga ada hari raya, astungkara lancar akan digelar di sana," dia menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya