Liputan6.com, Jakarta - Kepulauan Faroe atau yang juga dieja Kepulauan Faeroe merupakan gugusan pulau di Samudra Atlantik Utara antara Islandia dan Kepulauan Shetland. Meski negara ini berstatus wilayah otonomi Kerajaan Denmark, mereka memiliki pemerintahan sendiri sejak 1948.
Mengutip Britannica, Kamis, (5/1/2022), di Kepulauan Faeoe terdapat 18 pulau berpenghuni. Orang Faroe berasal dari Skandinavia dan banyak keturunan Viking Norwegia yang menjajah pulau-pulau sekitar 800 M. Sebanyak seperempat penduduk tinggal di Tórshavn, ibu kotanya dan sisanya tinggal di pemukiman kecil, hampir semua wilayahnya berada di pesisir.
Baca Juga
Advertisement
Bahasa resmi Kepulauan Faroe adalah Faroese, kekerabatan paling dekat dengan Islandia dan Denmark. Kebanyakan penduduk pulau merupakan penganut Lutheran yang tergabung dalam Gereja Lutheran Injili Denmark.
Populasi negara ini meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1801 dan 1901 dan meningkat lebih dari dua kali lipat. Masih banyak hal tentang salah satu negara di kawasan Eropa ini, berikut enam fakta menarik Kepulauan Faroe yang dirangkum Liputan6.com pada Kamis,(5/1/2023).
1. Setahun Mengalami 300 Hari Hujan
Iklim Kepulauan Faroe terbilang unik berkat letaknya yang ada di Samudera Atlantik. Negara ini mengalami musim panas dan musim dingin yang sejuk, kadang-kadang mendung disertai dengan kabut dan angin kencang.
Kabut yang terjadi sering kali mengganggu jadwal penerbangan. Permukaan tanah Kepulauan Faroe tidak datar dan berbatu-batu. Titik tertinggi berada di Gunung Slættaratindur, 882 m di atas permukaan laut.
Lumut dan Rumput biasa tumbuh di sini, karena hujan turun hampir setiap hari di Kepulauan Faroe. Dari 365 hari dalam setahun, 300 hari diperkirakan hujan.
2. Sejarah Dijuluki Pulau Domba
Dengan sistem pemerintahan parlementer monarki konstitusional Kepulauan ini ditemukan pada abad ke-6 oleh seorang pendeta Irlandia bernama Santo Brendan. Antara 1035 dan 1814, Kepulauan Faroe merupakan bagian dari Kerajaan Norwegia, yang berada dalam uni personal dengan Denmark dari tahun 1380.
Pada tahun 1814, Perjanjian Kiel memindahkan Norwegia ke Swedia, sedangkan Denmark mempertahankan wilayah Atlantiknya, termasuk Faroe Kepulauan, Greenland dan Islandia. Adapun nama Kepulauan Faroe pertama kali muncul sebagai Faereyiar ( c. 1225), yang berarti "Pulau Domba", yang mengarah pada lambang nasionalnya seekor domba jantan.
Selain itu ada cerita bahwa julukan pulau domba ini muncul lantaran jumlah populasi domba di pulau ini lebih banyak daripada manusia. Saat Kepulauan Faroe ini ditemukan pertama kali, penghuninya adalah domba dan burung.
Lalu negara ini pertama kali dihuni oleh para biarawan Irlandia ( c. 700), pulau-pulau itu dijajah oleh Viking ( c. 800) dan dikristenkan raja Norwegia ( c. 1000). Sisa-sisa katedral Gotik, dimulai pada abad ke-13 namun tidak pernah selesai, berada di Kirkjubøur (Kirkebø).
Kepulauan Faroes menjadi provinsi Norwegia pada 1035 dan diteruskan ke Denmark dengan seluruh Norwegia pada 1380. Terpisah dari Norwegia secara administratif pada 1709, masyarakatnya bergabung dengan keuskupan Selandia dan menjadi monopoli perdagangan kerajaan Denmark, yang menghambat pembangunan ekonomi masyarakatnya.
Advertisement
3. Negara Bebas Nyamuk
Iklim lautan di Samudra Altantik Utara membuat nyamuk tidak bisa berkembang biak di Kepulauan Faroe, lantaran nyamuk hanya bisa berkembang biak di lingkungan yang panas dan lembab. Faroe Island mengalami tiga kali masa pembekuan (suhu dingin) dalam satu tahun. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan suhu dingin di sana yang membuat nyamuk dan serangga tidak bisa hidup.
4. Tak Ada Pohon Besar
Secara alami, dengan iklim uniknya Kepulauan Faroe tidak memiliki pohon-pohon besar. Musim panas yang sejuk dengan angin yang kencang menyebabkan pepohonan tidak berkembang baik di sini. Kepulauan Faroe hanya memiliki lumut, rerumputan dan rawa.
Bahkan hewan seperti reptil dan mamalia juga tidak tersebar luas di sini. Hanya terdapat burung laut seperti puffin dan eider yang dimanfaatkan daging dan bulunya oleh masyarakat setempat. Jika terdapat pohon-pohon besar dan serangga yang berkeliaran, maka itu adalah hasil usaha tanam pohon dari penduduk setempat. Serangga-serangga yang ada juga terjadi lantaran migrasi atau ikut terbawa oleh barang-barang impor.
5. Pariwisata
Terbilang sebagai negara unik, Kepulauan Faroe memiliki objek wisata Tinganes sebagai kawasan bersejarah yang menjadi pusat kantor pemerintahan Kepulauan Faroe sejak 1.000 tahun yang lalu. Tinganes dalam bahasa Faroe memiliki arti "Titik Parlemen,"tempat ini adalah salah satu lokasi pertemuan parlemen tertua di dunia.
Arsitektur bangunan tua berwarna merah yang berjajar tersebut dulunya adalah tempat di mana para Viking berkumpul. Sampai saat ini, Tinganes jadi salah satu situs warisan budaya. Selanjutnya ada The Nordic House atau Rumah Nordik yaitu museum yang bertujuan untuk mendukung serta memosisikan budaya Nordik dan Faroe. Arsitektur bangunannua menyerupai pemukiman Nordik zaman dulu tapi dibuat lebih modern dengan dinding kaca. Tak cuma memamerkan banyak karya seni, The Nordic House pun sering mengadakan berbagai konser jazz dan pertunjukan teater.
6. Kuliner
Mengutip dari Taste Atlas, Kamis, (5/1/2022), keistimewaan Kepulauan Faroe salah satunya dalam teknik pengawetan daging. Skerpikjøt, atau daging kambing semi-fermentasi, disiapkan dengan kaki domba yang dikeringkan dengan angin di tempat yang disebut hjallur, gudang luar ruangan khas Faroe dengan sisi setengah terbuka dan berpalang.
Iklim pulau yang dingin dan udara yang asin memberikan rasa yang sangat tajam pada daging, membuatnya tidak punya bandingannya delam daging yang diawetkan. Sebagai pilihan sarapan yang populer di kalangan penduduk setempat, skerpikjøt biasanya dinikmati dengan roti penghuni pertama yang dipanggang, ditaburi garam kasar.
Selain itu masih ada garnatálg adalah hidangan khusus yang disiapkan dengan usus domba yang diawetkan dan lemak domba. Kombinasi tersebut dibentuk menjadi potongan oval besar yang kemudian dikeringkan dengan udara.
Advertisement