PP Presisi Bidik Kontrak Baru hingga Rp 7 Triliun pada 2023

Terbaru, PP Presisi meraih kontrak baru pekerjaan konstruksi di proyek IKN senilai Rp 99,6 miliar.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Jan 2023, 18:47 WIB
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT PP Presisi Tbk (PPRE) membidik kontrak baru Rp 6 triliun-Rp 7 triliun pada 2023. Komposisi terbesar adalah pekerjaan jasa konstruksi sipil dan jasa pertambangan. 

Sebagai perusahaan jasa konstruksi sipil dan pertambangan terintegrasi yang berbasis alat berat, kedua lini bisnis tersebut merupakan back bone aktivitas bisnis PP PresisiIKN yang didukung oleh kapasitas alat berat yang digunakan untuk kedua pekerjaan tersebut. 

"Ke depan PP Presisi akan berfokus pada dua lini bisnis tersebut baik sebagai main contractor pada proyek konstruksi sipil maupun jasa pertambangan serta tetap mendukung pada proyek-proyek Grup PP," ujar Direktur Utama PT PP Presisi Tbk, Rully Noviandar, Rabu (4/1/2023).

Terbaru, PP Presisi meraih kontrak baru pekerjaan konstruksi sebagai maincontractor dalam paket pekerjaan pembangunan dermaga logistik pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) senilai Rp 99,6 miliar. 

Dengan lingkup pekerjaan utama terdiri dari pembangunan jetty, pembangunan jalan pendekat, dan pembangunan stockyard. 

Adapun, proyek paket pekerjaan pembangunan dermaga logistik pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Timur. 

“Kepercayaan yang diberikan oleh Kementerian PU Kalimantan Timur akan kami laksanakan dengan sebaik-baiknya melalui engineering capacity dan sumber daya manusia yang kompeten serta pengalaman PP Presisi dalam mengerjakan berbagai proyek konstruksi dengan jangka waktu yang cukup tight, kami yakin dapat mengerjakan pekerjaan tersebut dengan mengutamakan time delivery dan quality pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan," ujar dia.


Kontrak Baru hingga November 2022

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT PP Presisi (Persero) Tbk (PPRE) kembali mendapatkan kontrak jasa tambang nikel secara berkesinambungan pada Proyek Weda Bay Nikel yang berlokasi di Halmahera. Kontrak baru yang tersebut bernilai Rp1,8 triliun.

Dengan kontrak baru tersebut, kontrak baru PP Presisi hingga November 2022 menjadi Rp5 triliun atau mencapai 86 persen dari target kontrak baru 2022 sebesar Rp5,9 triliun.

Direktur Utama PP Presisi, Rully Noviandar menuturkan, untuk kontrak baru tersebut, PPRE akan melakukan pengangkutan hasil tambang (hauling services).

Selain itu, lingkup pekerjaan pada lini jasa pertambangan yang telah dikerjakan oleh PP Presisi mulai dari mining development infrastructure seperti pekerjaan pembangunan dan maintenance jalan hauling, pembangunan infrastructure lainnya, hingga mining contractor yakni overburden hingga hauling services.

"Kontrak baru tersebut selaras dengan fokus bisnis Perseroan pada sektor jasa pertambangan sebagai kontraktor jasa pertambangan. Repeat order dari scope of work hauling services pada kontrak baru tersebut merupakan bentuk kepercayaan kepada kami dengan mengutamakan time delivery dan quality delivery yang dapat memberikan value added bagi stakeholder" kata Rully dalam keterangan resminya, ditulis Minggu (18/12/2022).

 

 

 

 


Selanjutnya

PP presisi melepas saham ke publik sebanyak 2,35 miliar saham.(Liputan6.com/Achmad Dwi Apriyadi)

Tak hanya itu, pada penghujung tahun ini telah terjadi shifting dari civil work ke mining services yang mana mining services mendominasi perolehan kontrak baru sebesar 59 persen, civil work 38 persen, sedangkan lini bisnis supporting yaitu production plant, structure work dan rental equipment sebesar 3 persen.

Selain itu, competitiveness Perseroan juga meningkat dengan perolehan kontrak external (Non PP Group) sebesar 93 persen dan internal (PP Group) 7 persen.

"Dengan kapasitas dan kapabilitas yang kami miliki dan sulit ditemui pada perusahaan jasa pertambangan lainnya menjadikan kami sebagai integrated mining services company yang tidak hanya bekerja sebagai kontraktor infrastruktur jasa tambang, namun mampu memberikan jasa mining contractor secara comprehensive dan terintegrasi," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya