Survei Indikator Politik: Kepercayaan Terhadap Polri Meningkat Jadi 66,5 Persen di Akhir 2022

Kendati demikian, posisi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri berada di urutan dua terbawah.

oleh Winda Nelfira diperbarui 04 Jan 2023, 19:47 WIB
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama jajaran terkait menyampaikan konferensi pers di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Ferdy Sambo ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan ajudannya, Brigadir J alias Nofriansyah Yoshua Hutabarat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri pada Desember 2022 meningkat mencapai 66,5 persen. Angka ini meningkat dari November 2022 yang hanya mencapai 60,5 persen

Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi berdasarkan hasil survei mengenai kinerja presiden, elektabilitas bakal capres dan partai jelang 2024.

Hasil survei menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat terhadapt lembaga secara umum relatif stabil atau meningkat. Kendati demikian, posisi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri berada di urutan dua terbawah.

"Secara umum kita juga temukan pola di mana tingkat kepuasan terhadap lembaga-lembaga negara juga meningkat meskipun urutannya tidak banyak berubah. Jadi misalnya, polisi masih peringkat kedua terbawah," kata Burhanuddin secara daring, Rabu (4/1/2022).

Total ada 11 lembaga yang dilakukan survei terkait tingkat kepercayaan publiknya. Adapun 11 lembaga itu antara lain Tentara Nasional Indonesia (TNI),Presiden, Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Kejaksaan Agung.

Kemudian disusul Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dan di posisi terakhir ada partai politik dengan tingkat kepercayaan publik 60,4 persen.

"Trust atau approval rating itu seperti iman kadang naik kadang turun. Trust kepada polisi Itu pernah paling tinggi di bulan November 2021 80 persen masyarakat trust kepada polisi," jelas Burhanuddin.

 


Kasus Sambo Bikin Tingkat Kepercayaan Publik Menurun

Irjen Ferdy Sambo bersama istrinya, Putri Candrawathi, saat rekonstruksi pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di rumah dinas Duren Tiga, Jakarta, Selasa (30/8/2022). Lima tersangka dalam kasus ini adalah Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E, Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf atau KM, dan Brigadir Ricky Rizal atau Brigadir RR. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Burhanuddin mengatakan peristiwa Sambo membuat polisi terjerembab tingkat keyakinan dan kepercayaan publiknya.

Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat pada Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada November 2022 sebesar 88 persen. Lalu naik 88,1 persen di Desember 2022.

Tingkat kepercayaan masyarakat tertinggi ada pada Kejaksaan Agung. Di mana tingkat kepercayaan masyarakat pada Kejaksaan Agung pada November mencapai 93,4 persen dan meningkat hingga 95,2 persen di 2022.


Survei Indikator: Kepuasan terhadap Kinerja Jokowi Tentukan Elektabilitas Capres 2024

Presiden Jokowi bersilaturahmi dengan Menteri Pertahan Prabowo Subianto. (Sumber foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden).

Indikator Politik Indonesia juga merilis hasil survei nasional dengan indikator kinerja presiden, elektabilitas bakal capres dan partai jelang Pemilu 2024. Hasilnya menunjukan, kepuasan terhadap kinerja presiden (presidential approval rating) berpengaruh terhadap elektabilitas capres 2024.

"Ini surveinya di lapangan di awal Desember 2022, kemudian kita coba mencari semacam apa sih narasi utama dari temuan survei diawal Desember. Kita temukan bahwa approval rating presiden itu menentukan elektabilitas capres," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi secara daring, Rabu (4/1/2023).

Burhanuddin menjelaskan berbeda dengan periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi punya hubungan timbal balik secara langsung terhadap elektabilitas capres 2024.

"Dan setelah kita cek ke belakang terutama di jelang 2014 di masa periode kedua presiden SBY itu polanya sedikit berbeda dibanding sekarang karena jelang 2014 itu approval rating Pak SBY itu tidak berkorelasi langsung dengan elektabilitas Pak Jokowi atau Pak Prabowo," jelas Burhanuddin.

"Tetapi di 2019 sampai 2023 jelang 2024 yang akan datang itu polanya sedikit berbeda dengan masa periode kedua Pak SBY. Nah itu temuan utama kita," sambungnya.

Infografis Polri Bentuk Satgas Nusantara Cegah Polarisasi Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya