Indonesia Bakal Lepas Satelit Nano SS-1 Karya Anak Bangsa ke Orbit

Indonesia akan melepas satelit nano SS-1 karya anak bangsa ke orbit rendah Bumi atau Low Earth Orbit. Satelit ini buatan mahasiswa (yang kini sudah jadi alumni) Surya University.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 05 Jan 2023, 13:00 WIB
Ilmuwan muda Tim Surya Satellite-1 Muhammad Zulfa Dhiyaulhaq (kiri), Setra Yoman Prahyang (tengah), dan Suhandinata (kanan) menunjukkan satelit nano atau cubesat buatannya sebelum peluncurannya, di Jakarta, Selasa (21/6/12022). (Liputan6.com/Angga yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Satelit nano pertama karya anak bangsa, Surya Satellite (SS-1), telah sukses meluncur menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS pada 27 November 2022. Saat itu, satelit SS-1 meluncur dengan roket SpaceX CRS-26.

Kini, satelit nano pertama tersebut akan dilepaskan dari ISS menuju orbit Low Earth Orbit (LEO). Pelepasan satelit SS-1 menuju orbit rendah Bumi dilakukan dengan modul deployer milik agensi antariksa Jepang, JAXA.

Dengan pelepasan satelit SS-1 menuju orbit, satelit tersebut akan beroperasi di ketinggian 400-420 Km di atas perbukaan Bumi dengan sudut iklinasi 51,7 derajat.

Mengutip keterangan resmi BRIN, Kamis (5/1/2022), peluncuran satelit nano SS-1 relatif baru di Indonesia. Hal ini karena mayoritas satelit yang beroperasi berjenis mikro.

Sementara, SS-1 merupakan satelit nano atau cubesat yang berukuran 10x10x11,35 cm dengan berat 1-1,3 Kg. Ukuran satelit nano lebih kecil dibandingkan satelit mikro alias tubesat, yang memiliki bobot 50-70 Kg.

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Anatriksa BRIN Robertus Heru Triharjanto menyebut, peluncuran dan pelepasan SS-1 menuju orbit akan memberikan suntikan motivasi terhadap pentingnya penguasaan teknologi satelit bagi Indonesia.

SS-1 juga memiliki gagasan yang penting, yakni untuk membangun kapabilitas generasi muda Indonesia dalam penguasaan teknologi satelit.

Sekadar informasi, proyek SS-1 diinisiasi oleh engineer Indonesia dari Surya University, bekerja sama dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) sejak Maret 2016.

Pada 2017, SS-1 dimulai pengerjaannya dan pelatihan pembuatan satelit nano disupervisi periset di Pusat Teknologi Satelit.


Dukungan BRIN

Ilmuwan muda Tim Surya Satellite-1 Muhammad Zulfa Dhiyaulhaq (kiri), Setra Yoman Prahyang (tengah), dan Suhandinata (kanan) menjelaskan prinsip kerja satelit nano atau cubesat buatannya sebelum peluncurannya, di Jakarta, Selasa (21/6/12022). (Liputan6.com/Angga yuniar)

"BRIN akan selalu mendukung pengembangan satelit oleh universitas atau startup Indonesia dengan keahlian yang telah dimiliki. Dukungan diberikan dalam skema riset atau fasilitas pengujian dan integrasi satelit yang disiapkan oleh BRIN," Heru menuturkan.

Dukungan yang diberikan BRIN dalam program ini mulai dari tahap desain, manufaktur, perangkaian, hingga pengujian satelit.

BRIN juga mendukung kolaborasi multipihak antara tim insinyur muda bersama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), ORARI, dan PT Pudak Scientific. Kementerian Kominfo pun turut serta memberi dukungan dalam proyek pengembangan satelit nano SS-1 ini.

Dikembangkan tujuh mahasiswa

Perlu diketahui, Project Leader Surya Satellite-1, Setra Yoman Prahyang, menyebut, proyek SS-1 dikembangkan oleh tujuh orang mahasiswa Surya University yang kini sudah jadi alumni.

Ketujuh alumni tersebut adalah Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, Roberto Gunawan, dan Correy Ananta Adhilaksma.

Misi utama dari proyek SS-1 adalah Automatic Package Radio System (APRS) untuk kebutuhan radio amatir (ORARI) dan juga bisa difungsikan untuk komunikasi dan deteksi kebencanaan.


UN dan JAXA Ikut Berperan

Ilmuwan muda Tim Surya Satellite-1 Muhammad Zulfa Dhiyaulhaq (kiri), Setra Yoman Prahyang (tengah), dan Suhandinata (kanan) menjelaskan prinsip kerja satelit nano atau cubesat buatannya sebelum peluncurannya, di Jakarta, Selasa (21/6/12022). (Liputan6.com/Angga yuniar)

Peluncuran dan pelepasan SS-1 ke orbit LEO tidak lepas dari peran United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan JAXA. Pada Februari 2018, tim SS-1 mengikuti sayembara program KiboCUBE yang diinisiasi kedua organisasi antariksa tersebut.

Pada Agustus 2018, Tim SS-1 memenangkan sayembara tersebut tingga mendapatkan slot peluncuran satelit nano dari International Space Station (ISS).

Sebelum SS-1 diluncurkan, satelit ini telah melalui berbagai tahap pengerjaan. Mulai dari tahap desain, simulasi, prototyping, perakitan, dan pengujian. Setelah diumumkan jadi pemenang sayembara Kibo-Cube, tim SS-1 pun menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Pusat Teknologi Satelit LAPAN.

Bentuk kerja samanya mulai dari bimbingan pembuatan satelit nano, pengadaan komponen space grade, hingga pemakaian alat pengujian yang diperlukan dalam pembuatan SS-1.

Selanjutnya, tim SS-1 bekerja sama dengan organisasi antariksa Jepang, JAXA untuk pembimbingan proses pembuatan satelit nano yang terdiri atas beberapa fase peninjauan.


Perjalanan hingga Peroleh Slot Orbit

Ilmuwan muda Tim Surya Satellite-1 Muhammad Zulfa Dhiyaulhaq, Setra Yoman Prahyang, dan Suhandinata menjelaskan prinsip kerja satelit nano di Jakarta, Selasa (21/6/12022). Satelit kecil ini merupakan hasil kolaborasi dari PSN, Kementerian Komunikasi dan Informatika, ORARI, Pudak Scientific, Pusteksat LAPAN dan BRIN. (Liputan6.com/Angga yuniar)

Pada Februari 2019, tim SS-1 melakukan kerja sama dengan PT Pudah Scientific untuk proses pengadaan manufaktur struktur dari SS-1. Selanjutnya setelah melalui bimbingan dengan JAXA, pada Desember 2019, tim SS-1 dinyatakan lolos tahap fase 2 dan melanjutkan ke fase 3, yakni pembuatan dan pengujian satelit nano.

Lalu, pada 2020, dilanjutkan proses pengerjaan dokumen fase 3 dan pengadaan beberapa komponen untuk flight model Surya Satellite-1. Pada pertengahan 2021, dimulai perangkaian satelit SS-1 dan tahap pengujian di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Bogor.

Akhir 2021, tim menyelesaikan environment test dan di tahun yang sama, tim SS-1 bersama PT PSN membangun Stasiun Bumi untuk dipakai tim SS-1.

Lalu di bulan Juni 2022, tim SS-1 berhasil lolos pengujian fase 3 dan safety review panel oleh engineer JAXA. SS-1 lalu dikirimkan ke Jepang dan diserahterimakan ke JAXA sebagai pihak peluncur di Tsukuba Space Center, 8 Juli 2022.

Satelit ini kemudian dipasang pada modul deployer untuk diluncurkan ke ISS pada 27 November lalu menggunakan roket SpaceX. Jumat, 6 Januari 2022, satelit nano SS-1 bakal dilepaskan dari ISS menuju orbit rendah Bumi.

"Kami berharap pelepasan SS-1 ke orbit ini bisa mempromosikan satelit nano pertama Indonesia yang akan diorbitkan ke luar angkasa," kata Setra.

(Tin/Ysl)

Infografis: 26 Satelit Milik Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya