Pantauan Pangan dan Sayuran di Pasar Tigaraksa: Harga Naik, Kualitas Kurang Bagus Imbas Cuaca

Kenaikan harga sayuran dampak dari faktor cuaca yang buruk akhir-akhir ini. Hal itu berdampak pada kualitas sayur yang kurang bagus.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2023, 15:21 WIB
Agung Gumelar, pedagang sayuran di Pasar Tigaraksa, Tangerang. Harga pangan dan sayuran terpantau masih naik di awal 2023. Foto: Liputan6.com/Nita

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah harga pangan dan sayuran terpantau masih naik di awal 2023 ini. Seperti di Pasar Tradisional Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Mulai dari harga beras, telur, sayuran dan daging sapi.

Kenaikan harga sayuran dampak dari faktor cuaca yang buruk akhir-akhir ini. Hal itu berdampak pada kualitas sayur yang kurang bagus. Kenaikan harga ini dikeluhkan para pedagang karena omzet mereka mengalami penurunan.

Seperti diungkapkan Agung Gumelar, pedagang sayuran di Pasar Tigaraksa yang kerap kali mendapatkan keluhan dari para pembeli karena harga sayuran yang tinggi.

“Omzet turun, pembeli juga mengeluh. Biasanya yang beli sayur di sini untuk dijual kembali. Karena dari lapak saya aja mahal membuat para pedagang kecil itu bingung tentang harga jual ecerannya harus berapa?,”kata Agung kepada Liputan6.com, Kamis (5/12/2023).

Harga sayuran yang mengalami kenaikan yaitu kentang dari 10.000 per kg menjadi 16.000/kg. Cabai rawit merah dari 30.000/kg menjadi 60.000/kg. Tomat dari 8.000/kg menjadi 10.000/kg. Bawang dari 25.000/kg menjadi 35.000/kg. Timun dan terong dari 7.000/kg menjadi 10.000/kg.

“Melonjaknya mulai dari hari ini (5/1) karena hasil sayuran dari petaninya kurang baik. Menurut pusat sih belum bisa diperkirakan kapan turun harganya. Kalau kentang itu harganya tergantung dari besar atau kecilnya,” tambah Agung.

Walaupun seperti itu, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sambal seperti cabai, bawang dan tomat masih menjadi primadona karena paling sering dicari oleh para pembeli.

“Pembeli emang mengeluh karena harus mengeluarkan budget lebih tapi ternyata cabai, bawang dan tomat masih menjadi yang paling sering dibeli,” ujar Agung.

 


Sejak Sebelum Tahun Baru

Harga pangan dan sayuran terpantau masih naik di awal 2023 di Pasar Tigaraksa Tangerang. Foto: Liputan6.com/Nita

Pedagang lain Endang (32 tahun) sudah menyadari kenaikan harga sayuran dimulai dari satu minggu sebelum tahun baru. Namun sampai kini yang dirasakannya belum juga ada penurunan bahan tersebut.

“Saya sih merasanya sayuran udah naik dari sebelum tahun baru tapi mau bagaimana lagi? Kalau saya gak berani ambil barang dengan harga segitu, saya gak akan punya stock untuk jualan,” kata Endang.

Ia berharap bahwa pemerintah segera menormalkan harga sayurannya supaya tidak terlalu mahal karena akan berdampak pada semua jika terus tinggi harganya.

“Saya ingin meminta bantuan ke pemerintah untuk jangan menaikkan terus harga barangnya karena kasian sama pedagang kecil kalau terus melambung harganya,” tambah Endang.

 

Penulis: Nita Suci Lydiarti


Harga Cabai dan Telur Ayam di Jabodetabek Berangsur Turun

Aktivitas pedagang di pasar Senen, Jakarta, Jumat (23/12/2022). Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono menjelaskan, menghadapi Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Pemprov DKI Jakarta terus meningkatkan sinergi untuk menjaga ketahanan pangan. Dia pun memastikan bahwa pasokan kebutuhan pangan yang berkualitas untuk masyarakat Jakarta dalam kondisi stabil, serta harga pangan tetap terjaga dan terjangkau oleh masyarakat Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengklaim harga cabai di wilayah Jabodetabek mengalami penurunan dibandingkan periode akhir Desember 2022 lalu. Selain cabai, harga telur ayam berangsur mengalami penurunan.

"Komoditas cabai rawit merah, cabai merah keriting, telur sempat mengalami kenaikan namun telah berangsur turun, khususnya Jabodetabek. Per 2 Januari, cabai di tingkat produsen sudah berangsur turun sekitar Rp 13.000 – Rp 17.000 per kg (kilogram)," ujar Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, Kamis (5/1/2022).

Turunnya harga komoditas cabai dikarenakan mulai normalnya produksi dan pendistribusian cabai. Saat ini pasokan cabai ke pasar, daerah konsumsi, dan industri sudah kembali normal dibanding 1 Januari lalu.

"Kami telah berkoordinasi dengan wilayah sentra produksi untuk mendorong distribusi ke daerah konsumsi, khususnya Jabodetabek," ucap Arief.

Berdasarkan data Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI), cabai rawit merah rata-rata mengalami penurunan sekitar Rp 13.000 – Rp 17.000 per kg.

Sedangkan cabai rawit merah varian Ori 212 sebelumnya Rp 62.000 per kg turun menjadi Rp 45.000 per kg, Asmoro 043 sebelumnya Rp 60.000 per kg turun menjadi Rp 43.000 per kg.

Kemudian, Lokal Kediri sebelumnya Rp 60.000 per kg menjadi Rp 43.000 per kg, Bhaskara sebelumnya Rp 48.000 per kg turun menjadi Rp Rp 35.000 per kg.

Adapula Dewata sebelumnya Rp 48.000 per kg turun menjadi Rp 35.000 per kg, Manu/prentul sebelumnya Rp 54.000 turun menjadi Rp 38.000 per kg.

"Sementara itu, cabai rawit merah keriting turun dari sebelumnya Rp 28.000 per kg menjadi Rp 25.000 per kg. Sedangkan untuk cabai merah besar harga stabil Rp 15.000 – Rp 16.000 per kg," jelas Arief.

Arief menerangkan, mahalnya harga cabai akibat dari kenaikan harga di tingkat produsen yang disebabkan tingginya intensitas hujan dan libur akhir tahun. Kondisi tersebut berdampak pada menurunnya jumlah petikan dan volume pengiriman ke daerah konsumsi seperti Jabodetabek

 

INFOGRAFIS JOURNAL_Lonjakan Harga Pangan di DKI Jakarta (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya