IMF: Inflasi AS Belum Mereda, Kenaikan Suku Bunga The Fed Perlu Berlanjut

IMF mengatakan bahwa inflasi di Amerika Serikat belum mereda dan menyarankan The Fed terus melanjutkan kenaikan suku bunga tahun ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Jan 2023, 16:50 WIB
Pisang dijual di sebuah kios di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), Jumat (11/3/2022). Ekonomi terbesar dunia itu terus dihantam oleh gelombang inflasi, yang diperkirakan akan memburuk akibat serangan Rusia ke Ukraina. (Patrick T. FALLON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa inflasi di Amerika Serikat belum mereda dan masih terlalu dini bagi Federal Reserve untuk menyatakan akhir dari lonjakan harga bahan pokok di Negeri Paman Sam.

Hal itu disampaikan oleh wakil direktur pelaksana IMF Dr. Gita Gopinath, dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.

Dikutip dari The Straits Times, Kamis (5/1/2023) dia menyarakan bank sentral AS untuk terus melanjutkan kenaikan suku bunga tahun ini.

Gopinath menekankan bahwa penting bagi The Fed untuk "mempertahankan kebijakan moneter yang ketat (sampai) penurunan inflasi yang sangat pasti dan tahan lama".

"Jika Anda melihat indikator di pasar tenaga kerja dan jika Anda melihat komponen inflasi yang sangat lengket seperti inflasi di sektor jasa, saya pikir jelas bahwa kita belum mengubah arah inflasi," katanya kepada surat kabar itu.

Sementara itu, risalah pertemuan terkait kebijakan The Fed yang diterbitkan pada Rabu 4 Januari 2023 menunjukkan para pejabat sepakat bahwa bank sentral sekarang perlu menyeimbangkan perjuangannya melawan tekanan harga dengan risiko memperlambat ekonomi.

Tetapi risalah tersebut menambahkan: "Tidak ada peserta yang mengantisipasi bahwa akan tepat untuk mulai mengurangi target tingkat dana federal pada tahun 2023."

Dalam wawancara tersebut, Gopinath juga menambahkan bahwa dia memperkirakan ekonomi China akan menderita secara signifikan dalam waktu dekat.

Namun, rebound mungkin terjadi pada tahun 2023, karena permintaan di China yang mulai pulih.


Inflasi AS Mulai Mereda, Biden Semringah tapi Ingatkan Jangan Lengah

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang situasi Polandia setelah pertemuan dengan para pemimpin G7 dan Eropa di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11/2022). (Photo by SAUL LOEB / AFP)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden ikut menyambut penurunan angka inflasi di negaranya. Dikatakan bila berita inflasi AS yang mulai mereda memberikan alasan untuk optimis menjelang musim liburan, termasuk untuk tahun depan.

"Kita mengetahui bahwa tingkat inflasi bulan lalu turun, turun lebih dari perkiraan para ahli," kata Biden dalam pernyataan pers Gedung Putih, dikutip dari laman whitehouse.gov, Rabu (14/12/2022).

Seperti diketahui, inflasi AS pada November 2022 menyentuh 7,1 persen, menandai penurunan dari 7,7 persen yang tercatat di bulan Oktober 2022.

"Laporan baru ini adalah bulan kelima berturut-turut di mana inflasi tahunan turun di Amerika Serikat. Inflasi di luar harga makanan dan energi, ukuran utama - yang digunakan para ekonom, juga turun," beber Biden. 

Meskipun demikian, Biden memperingatkan, biaya hidup di AS masih tinggi dan masyarakat dihimbau untuk tak lengah.

"Jangan salah, harga masih terlalu tinggi. Kita masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tapi segalanya menjadi lebih baik, menuju ke arah yang benar," jelasnya.

Biden kembali memperjelas, masih butuh waktu untuk mengembalikan inflasi ke tingkat normal.

"Kita bisa melihat kemunduran di sepanjang jalan juga. Kita seharusnya tidak menerima begitu saja. Tapi yang jelas rencana ekonomi saya berhasil, dan kami baru memulai," pungkasnya.

"Tujuan saya sederhana, yaitu mengendalikan kenaikan harga tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi; turunkan inflasi sambil menjaga ketahanan pasar tenaga kerja kita; membangun ekonomi dari bawah ke atas dan menengah - ekonomi dengan pekerjaan bagus, upah bagus, dan untuk jangka panjang," imbuh Biden.


Menkeu Janet Yellen Sebut Inflasi AS Bakal Melandai di 2023

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengungkapkan bahwa dia memprediksi inflasi negara akan mulai berkurang di 2023 mendatang. 

Mengutip US News, Senin (12/12/2022) Yellen mengatakan akan ada pengurangan substansial dalam inflasi AS pada tahun 2023.

"Saya percaya pada akhir tahun depan Anda akan melihat inflasi yang jauh lebih rendah jika tidak ada kejutan yang tidak terduga," kata Yellen kepada CBS, dalam sebuah wawancara yang dirilis pada Minggu (11/12).

"Ada risiko resesi. Tapi menurut saya, hal itu jelas bukan sesuatu yang diperlukan untuk menurunkan inflasi," bebernya. ketika ditanya tentang kemungkinan resesi di AS. 

Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) telah mengatakan sudah dapat mengurangi laju kenaikan suku bunga dengan segera pada bulan Desember ini.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua The Fed, Jerome Powell pada 30 November 2022.

"Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga mungkin datang segera setelah pertemuan di bulan Desember" kata Powell dalam pidato di think tank Brookings Institution, dikutip dari Channel News Asia.

Dia menambahkan bahwa efek penuh dari langkah bank sentral AS tersebut belum dirasakan, tetapi juga memperingatkan bahwa kebijakannya kemungkinan harus tetap ketat "untuk beberapa waktu" guna memulihkan stabilitas harga.

"Kebijakan moneter mempengaruhi ekonomi dan inflasi dengan kelambatan yang tidak pasti," katanya.

"Dengan demikian, masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi," tambah Powell.

Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya