Liputan6.com, Palangka Raya- Kopi liberika memang tidak setenar arabika dan robusta, karena memang tidak terlalu banyak beredar di pasaran. Tetapi bagi sebagian petani di Indonesia, liberika adalah 'mutiara hitam' yang telah memberi manfaat ekonomi untuk mereka.
Masyarakat juga mengenal kopi liberika dengan nama kopi nongko atau kopi nangka. Hal itu karena rasanya seperti nangka di lidah ketika diseruput. Bahkan ketajaman rasa kopi ini berada layak jika disandingkan dengan arabika dan robusta.
Advertisement
Pegiat kopi, Usman menyebut jika soal rasa liberika lebih unggul ketimbang robusta maupun arabika. Karena liberika terasa sedikit manis di belakang langit-langit mulut, sedangkanarabika maupun robusta terasa masam dan pahit.
"Menurut saya, soal rasa liberika lebih unggul tapi semua itu tergantung selera," ungkap Usman, Kamis (5/1/2023).
Mengelolah liberika merupakan pekerjaan yang melelahkan. Dijelaskannya, kulitnya yang tebal mempersulit proses pengupasan, sehingga petani kopi harus mengulang memasukan kopi gabah sebanyak 4 kali ke mesin agar hasilnya maksimal.
Kopi liberika sangat terkenal di Kalimantan. Alasannya, kopi ini sangat cocok jika tumbuh di lahan gambut. Bahkan kopi liberka memiliki potensi pasar yang besar baik lokal maupun mancanegara.
"Potensi pasarnya sih sangat tinggi, hanya saja pengelolaanya memang membutuhkan tenaga ekstra," tambah Usman.
Kehadirannya diharapkan juga bisa sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan terutama di kawasan gambut. Karena area penanaman di Indonesia masih terbatas, kopi liberika menurutnya bisa dijadikan produk unggulan di Kalimantan.
Kopi ini sempat dipamerkan di Helsinki Coffee Festival, Finlandia, pada April 2019 lalu dan mendapatkan respons positif bagi para pencinta kopi di negara tersebut. Bahkan leberika juga diminati para pecinta kopi di Jepang, Malaysia dan Singapura.
“Ini bukan hanya sekadar kopi, namun secara lingkungan sangat cocok untuk merevitalisasi lahan gambut,” Usman mengakhiri.