Kisah Toko Buku Natan di Bangunan Cagar Budaya Berusia 166 Tahun, Ada Harta Karun bagi Pengunjung

Toko Buku Natan yang berlokasi di Kotagede, Yogyakarta, itu menawarkan lebih dari 1.000 judul buku.

oleh Geiska Vatikan diperbarui 13 Jan 2023, 08:02 WIB
Toko Buku Natan yang Berada di nDalem Natan Royal Heritage, Yogyakarta. (Instagram:@literally.booksica/https://www.instagram.com/p/CaE_as4hPr7/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy).

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah toko buku yang beralamat di Jalan Mondorakan Nomor 5, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta, menawarkan kisah tak biasa. Dinamai Toko Buku Natan, tempat itu memanfaatkan salah satu sudut bangunan yang sudah berdiri sejak 1857 atau berusia sekitar 166 tahun.

Pemilik Ndalem Natan Royal Heritage, Nasir Tamara menjelaskan bangunan cagar budaya yang ditempati itu dulunya adalah kediaman orang kaya di Jogja pada masanya. Ia baru membuka toko buku itu empat tahun lalu, sebelum pandemi, sebagai salah satu atraksi tambahan bagi pengunjung cagar budaya itu.

Ide muncul setelah dia melihat ruangan kosong yang menghadap ke arah jalan tidak terpakai tapi strategis. Dia juga menyadari bahwa toko buku jarang ditemukan di kawasan selatan Jogja. "Lebih banyak di kawasan Utara Jogja dan selama puluhan tahun nggak ada toko buku lagi," ujarnya.

Selain itu, ia ingin membantu mahasiswa dan para turis untuk mencari buku dengan harga terjangkau dan buku yang lengkap. Menurutnya, kehadiran toko buku penting mengingat Kotagede dikeliling berbagai kampus yang berarti banyak pelajar. Di samping kawasan itu juga menjadi salah satu destinasi wisata penting di Yogya yang kerap dikunjungi turis.

Toko buku itu bisa memberi opsi atraksi berbeda bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. "Ruangan yang disediakan sebenarnya enggak kecil. Tapi memang bedanya sama toko buku pada umumnya tidak menjual ATK, tas, peralatan lainnya," katanya kepada Liputan6.com via telepon Kamis, 5 Januari 2023.

Semua buku yang ada di Toko Buku Natan dikurasi oleh Nasir agar menjual buku yang bermutu dan berkualitas. Toko ini buka setiap hari dari pukul 09.00 – 18.00 WIB dan hanya tutup di hari libur nasional.


Sekitar 1.000 Judul

Koleksi Buku di Toko Buku Natan. (Instagram:@natanbookshop/https://www.instagram.com/p/CIQE6bEgF_U/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy).

Buku yang masuk ditawarkan di toko tersebut tercatat lebih dari seribu judul. Temanya beragam, mulai dari sejarah, filsafat, seni rupa, politik, budaya, hinga fiksi dan komik. Nasir mengaku, "Toko buku ini selalu mengusahakan stok buku, bahkan yang jarang ditemui di toko buku besar."

Kecintaannya pada budaya Jawa mendorongnya untuk menyediakan banyak buku seputar Jawa, mulai dari sejarah hingga resep makanan khas Jawa. "Di toko buku ini juga menyediakan buku resep masakan dari Soekarno yang sampai seribu halaman," ungkapnya.

Ia menjelaskan, toko ini merupakan salah satu toko buku internasional karena 50 persen buku yang dijual, diterbitkan dalam bahasa Inggris. Sisanya baru buku berbahasa Indonesia yang di antaranya merupakan karya penulis-penulis terkenal, seperti Dee Lestari, Eka Kurniawan, Ahmad Fuadi, dan Leila Chudori.

Menurut Nasir, saat ini buku yang paling laris adalah self improvement. Koleksi tersebut cocok untuk para pembaca yang ingin meningkatkan kemampuan diri dan minat bakat. Tak hanya dijual luring, koleksi buku yang ada juga dijual melalui beberapa e-commerce untuk menggapai konsumen yang belum bisa datang langsung ke toko buku.


Arsitektur Vintage

Potret Kawasan Ndalem Natan Royal Heritage. (Instagram:@ndalemnatanroyalheritage/https://www.instagram.com/p/CYczOwgPTfl/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy).

Bangunan yang ditempati Toko Buku Natan itu terbilang unik karena mengusung gara arsitektur perpaduan budaya Eropa dan Jawa. Budaya Eropa diwakili oleh gaya Art Nouveau, sedangkan elemen Jawa kental dengan ornamen Islami. Begitu melihat pintu masuk, pengunjung akan disambut teras dengan gaya khas Eropa yang diwakili oleh pilar besar dan lampu gantung.

Walaupun sudah berumur lebih dari seabad, bangunan itu tetap terawat. Nasir pun memiliki misi untuk menjadikan tempat itu sebagai rumah budaya.

Selain toko buku, di dalamnya dilengkapi dengan kafe, museum, dan guest house. Pemilik mendekornya sesuai tema bangunan, seperti perabotan yang ada pada guest house, perabotan yang seperti kursi, meja, dan lemari masih menggunakan perabotan yang memiliki kesan lawas sehingga cocok dengan arsitektur yang vintage. 

Selain bisa menikmati keaslian budaya, tempat ini juga memiliki banyak pohon rindang sehingga kawasan ini terlihat asri. "Banyak spot foto yang instagramable juga di sini, banyak anak muda yang ke sini," kata Nasir. 


Atraksi Seni Ndalem Natan

Toko Buku Natan. (dok. Instagram @natanbookshop/https://www.instagram.com/p/ClLf52EvHVi/?hl=en/Dinny Mutiah)

Keberadaan Ndalem Natan saat ini berjalan sesuai dengan harapan Nasir, yaitu dengan konsep rumah budaya yang memiliki banyak kegiatan. Salah satu bagian bangunan yang seringkali digunakan kegiatan adalah pendopo yang terletak di tengah antara kafe dan toko buku. 

Pendopo menjadi pusat kegiatan budaya untuk latihan gamelan dan tari tradisional. Pertunjukan tradisi itu tidak digelar setiap hari. Calon penonton bisa memantaunya lewat media sosial Instagram. 

Ndalem Natan juga memiliki museum cukup lengkap yang berisi koleksi Jawa, seperti batik, mebel, lukisan, logam, perak, emas. Pengunjung museum harus membayar Rp50 ribu untuk mendapatkan pengalaman berkunjung yang dipandu dan minuman selamat datang. 

Sementara, galeri seni menampilkan lukisan karya seniman lokal yang ditampilkan secara berkala. "Dalam satu tahun, kami usahakan untuk mengganti lukisan tiga kali." 

Tidak kalah unik, tempat ini memiliki kedai kopi yang berdekatan dengan toko buku. Melansir dari Instagram @natanbookshop, mulai dari harga Rp27 ribu Anda bisa mendapatkan menu makanan Natan Cassava, bitterballen, dan bakmi Jowo, serta minuman spesial kopi lokal. 

 

 

Infografis Klitih di Yogyakarta dan Maraknya Kejahatan Jalanan Remaja. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya