Liputan6.com, Jakarta Bagi pemeluk kepercayaan, menjalankan sebuah ritual jadi sebuah keharusan tersendiri. Bahkan bisa dilakukan sesering mungkin jika mampu melakukannya. Harapan dan doa terucap saat melakukan berbagai ritual keagamaan, seperti ritual Buddhis fangsheng yang cukup terkenal.
Fangsheng mengharuskan mereka melakukan pelepasan kehidupan. Hal itu dimaksudkan untuk menyelamatkan makhluk yang ditakdirkan untuk disembelih sebagai tindakan welas asih dan welas asih Buddhis. Tujuan akhirnya iala sebagai imbalan atas nasib baik dan sudah ada sejak sejak 2.000 tahun yang lalu di Tiongkok.
Advertisement
Melansir dari SCMP, seorang wanita dilahirkan sudah melakukan ritual keramat itu. Namun alih-alih mendapatkan keberuntungan, ia harus mendapat tekanan dari masyarakat hingga pengadilan. Mengingat perbuatannya yang melepaskan 12,5 ton ikan lele ke sebuah danau. Melihat angkanya saja tak bisa dibayangkan berapa banyak ikan berkumis itu.
Berniat mencari keberuntungan dan keberkahan, wanita yang tak disebutkan namanya itu kini harus berhadapan dengan hukum. Belasan ton ikan lele itu harus segera dibersihkan dari sebuah danau di provinsi Jiangsu, China timur. Seperti apa nasibnya kin? Berikut Liputan6.com merangkum kisahnya melansir dari South China Morning Post, Jumat (6/1/2023).
Telan Biaya Rp 203 Juta
Wanita Tionghoa itu menghabiskan lebih dari 90.000 Yuan (setara Rp 203 juta) untuk membeli 12,5 ton ikan lele eksotis dan melepaskannya ke danau. Aksinya ini dianggap bakal merusak ekosistem danau dan keberlangsungan satwa penghuni danau lainnya. Wanita bermarga Xu itu kini digugat atas kasus kepentingan publik.
Kasus tersebut, disidangkan di pengadilan di kota Changzhou, menyoroti ritual pelepasan kehidupan berusia 2.000 tahun, pembebasan hewan tawanan ke alam liar untuk menciptakan karma baik tetapi sering mengarah pada kekejaman terhadap hewan dan menimbulkan risiko lingkungan.
Wanita itu hanya berharap keberuntungan keluarga dan teman-temannya. Xu membeli 12,5 ton Clarias, ikan berasal dari genus lele dari pengecer ikan, bermarga Liu. Ia kemudian secara diam-diam melepaskannya ke sebuah danau besar di kota pada Desember 2021, kata jaksa setempat.
“Dia memilih spesies ikan eksotis yang tumbuh cepat karena harganya yang lebih murah, tetapi harganya masih 90.400 Yuan,” kata jaksa penuntut.
Advertisement
Harus Pindahkan Ikan dalam Kurun 10 Hari
Jumlah ikan lele yang tak terhitung itu lantas menjadi tanggung jawab Xu. Kini ia harus memindahkan ribuan bahkan jutaan lele itu dari dalam danau. Pihak pengadilan juga memberikan gambaran membutuhkan waktu 10 hari bagi pekerja lokal untuk memindahkannya, thepaper.cn melaporkan pada 29 Desember tahun lalu.
Xu dan Liu digugat pada bulan September tahun lalu dan diperintahkan untuk membayar lebih dari 90.000 Yuan sebagai kompensasi dan denda dalam jumlah yang tidak ditentukan.
Keduanya awalnya mengklaim bahwa mereka tidak bersalah.
“Saya bermaksud melakukan sesuatu yang baik. Mengapa saya harus membayar untuk itu?” Xu seperti dikutip pada saat itu.
Jenis lele yang dilepaskan ke dalam danau termasuk dalam kategori ikan ivasif. Lele tersebut disinyalir merusak ekosistem hewan lainnya. Namun semakin banyak kasus, hewan yang digunakan adalah spesies invasif yang mengancam lingkungan China.
Pada bulan September, seorang pemuja fangsheng dari provinsi Guangxi di Tiongkok selatan didenda 28.000 Yuan (US$4.000) karena melepaskan 10 ikan lele, 10 kura-kura, dan lebih dari 10 kg ikan tambak yang ia beli dari pasar ikan lokal ke dalam waduk.
Dia diperintahkan untuk menangkap kembali ikan lele pengisap, spesies invasif yang sangat bereproduksi.