New York City Larang ChatGPT di Sekolah, Takut Dipakai Curang Siswa

Menurut juru bicara Dinas Pendidikan New York City, alat ini tidak membangun keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, yang penting untuk kesuksesan akademis dan seumur hidup

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 09 Jan 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi sekolah virtual/dok. Unsplash Andrew
Ilustrasi sekolah virtual/dok. Unsplash Andrew

Liputan6.com, Jakarta - Sekolah-sekolah di New York City, Amerika Serikat, diminta untuk menjauhkan jaringan mereka ChatGPT, karena dikhawatirkan akan memicu tindak kecurangan dan informasi salah.

Larangan ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota New York, juga dikonfirmasi oleh juru bicara mereka Jenna Lyle pada Kamis pekan lalu.

"Karena kekhawatiran tentang dampak negatif pembelajaran siswa, kekhawatiran keamanan dan keakuratan konten, akses ChatGPT dibatasi pada jaringan dan perangkat Sekolah Umum," ujarnya.

Dikutip dari New York Post, Senin (/1/2023), Lyle mengakui kecerdasan buatan ini mungkin memberikan jawaban cepat dan mudah atas berbagai pertanyaan.

Namun menurutnya, "alat ini tidak membangun keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, yang penting untuk kesuksesan akademis dan seumur hidup."

Di kalangan pengajar, ChatGPT memang menimbulkan kekhawatiran timbulnya kecurangan akademik, memudahkan siswa membuat esai atau tugas lainnya hanya dengan menekan beberapa tombol.

Dinas Pendidikan akan mengizinkan sekolah untuk mengakses platform ini, jika mereka ingin mempelajari teknologi yang mendasari kecerdasan buatan tersebut.

Selain itu, larangan juga tidak akan mempengaruhi upaya untuk mengakses ChatGPT di perangkat non-pendidikan atau jaringan internet.

ChatGPT dinilai masih bisa menghasilkan informasi yang tidak akurat atau salah, saat menghasilkan jawaban. Kritikus menyatakan keprihatinannya kelemahan alat ini, akan memperkuat informasi salah dan konten tidak pantas, tanpa perlindungan tepat.

 


Mahasiswa Ketahuan Pakai AI ChatGPT untuk Bikin PR Esai

Cara daftar ChatGPT OpenAI. (Liputan6/com/ Yuslianson)

Baru-baru ini, di South Carolina, Amerika Serikat, seorang profesor perguruan tinggi menangkap basah mahasiswanya menggunakan bot ChatGPT, untuk menulis tugas esai dari kelas filsafatnya.

Dilansir New York Post, semua bermula saat awal Desember 2022, Darren Hick memberikan PR ke para murid di kelasnya, berupa menulis esai 500 kata tentang filsuf abad ke-18 David Hume dan paradoks horor.

Dikutip Minggu (1/1/2023), assistant philosophy professor di Furman University itu mendapati satu esai yang menampilkan beberapa tanda penggunaan AI pada karya siswa tersebut.

Profesor itu pun memasukkan teks pelaku ke dalam software yang dibuat oleh produsen AI ChatGPT, untuk menentukan apakah jawaban tertulis itu dibuat oleh kecerdasan buatan.

Hick diberikan kemungkinkan 99,9 persen kecocokan. Namun tidak seperti software pendeteksi plagiarisme biasa, software yang dipakai tidak menampilkan kutipan.

Hick lalu mencoba membuat esai yang sama dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada ChatGPT, yang ia bayangkan telah diajukan oleh muridnya. Cara itu menghasilkan jawaban serupa namun tidak ada kecocokan langsung. Hal ini karena alat itu merumuskan jawaban yang unik.

 


Ketakutan Soal ChatGPT

Cara pakai ChatGPT buatan OpenAI. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Hick kemudian menemui mahasiswa itu, yang akhirnya diketahui benar menggunakan ChatGPT. Kasus ini pun membuatnya gagal di kelas sang profesor. Dia juga dibawa ke dekan akademik.

Hick juga mengungkapkan bahwa dia segera melaporkan temuannya di Facebook. Rupanya, salah satu rekannya juga menemukan mahasiswa yang curang dengan cara serupa.

Profesor itu pun khawatir kasus-kasus lain hampir tidak mungkin dibuktikan. Selain itu, universitas sepeti Furman sedang berupaya menetapkan protokol akademik formal, untuk teknologi yang sedang berkembang.

Untuk sekarang, Hick mengatakan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah mengejutkan siswa yang dicurigai dengan ujian lisan dadakan, berharap mereka lengah tanpa perlindungan teknologi.

Yang lebih menakutkan Hick adalah, jika ChatGPT terus belajar, kejanggalan dalam sebuah karya buatannya akan berkurang di atas kertas siswa.

"Ini adalah perangkat lunak pembelajaran--dalam sebulan, ini akan menjadi lebih pintar. Dalam setahun, itu akan menjadi lebih pintar," katanya.

"Saya merasakan perpaduan antara teror yang hina dan apa artinya ini bagi pekerjaan saya sehari-hari - tetapi ini juga menarik, sangat menarik," ucapnya menambahkan.

 


Microsoft Mau Tambahkan Teknologi ChatGPT ke Bing

Logo baru dari Microsoft Bing. (Dok. Microsoft)

Di sisi lain, Microsoft disebut-sebut sedang bekerja untuk menambahkan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT yang dibuat OpenAI, untuk versi mesin pencari mereka Bing.

Laporan ini pertama kali didengungkan oleh The Information pada Selasa pekan ini, mengutip dua orang yang mengetahui secara langsung rencana tersebut.

Mengutip The Guardian, Sabtu (7/1/2023), fitur baru yang dikabarkan akan rilis sebelum akhir Maret 2023 ini, diharapkan dapat menantang mesin pencari Google.

Tahun lalu, melalui unggahan blog-nya, Microsoft memang sempat berencana mengintegrasikan perangkat lunak penghasil gambar dari software kreasi gambar Dall-E 2, ke Bing. Soal kabar ini, baik OpenAI maupun Microsoft menolak untuk berkomentar.

(Dio/Ysl)

Infografis Cara Pindah Dari TV Biasa Ke TV Digital

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya