PVMBG: Status Gunung Ijen di Jawa Timur Naik Jadi Waspada

Pada 5 Januari 2023, pemeriksaan kawah Gunung Ijen menunjukkan suhu air danau kawah meningkat menjadi 45,6 derajat Celcius.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jan 2023, 13:24 WIB
Kawasan Kawah Gunung Ijen (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan tingkat aktivitas Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, yang sebelumnya level I atau normal menjadi level II atau waspada.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, keputusan menaikkan status itu melalui serangkaian evaluasi menyeluruh mulai dari pengamatan visual dan kegempaan hingga potensi bahaya. 

"Tingkat aktivitas Gunung Ijen dinaikkan dari level I (normal) menjadi level II (waspada) terhitung sejak 7 Januari 2023 pukul 14:00 WIB dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," kata Hendra dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, 7 Januari 2022 dilansir Antara.

Gunung Ijen secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan pengamatan visual yang dilakukan PVMBG sejak 1 Desember 2022 sampai 7 Januari 2023, Gunung Ijen mengalami cuaca cerah hingga hujan.

Sementara, angin bertiup lemah hingga kencang ke arah timur, selatan, dan barat dengan suhu udara antara 18-33 derajat Celcius. 

Kondisi lainnya, pihak PVMBG juga melaporkan adanya asap solfatara berwarna putih bertekanan lemah dengan intensitas tipis dengan tinggi asap antara 50-400 meter dari puncak. Sedangkan suhu air danau kawah pada Desember 2022 terukur 16oC. 

Pada 5 Januari 2023, pemeriksaan kawah menunjukkan suhu air danau kawah meningkat menjadi 45,6 derajat Celcius. Warna air danau kawah hijau muda, asap solfatara putih tebal tekanan lemah sampai sedang, bau gas belerang tercium kuat.

 


Gempa Dangkal Meningkat

Puncak kawah Gunung Ijen (Istimewa)

Berdasarkan pengamatan kegempaan, Gunung Ijen mengalami gempa yang berfluktuatif. Namun, terjadi kecenderungan peningkatan gempa dangkal. 

Pada periode 1 Desember 2022 sampai 7 Januari 2023, PVMBG merekam 246 kali gempa hembusan, satu kali gempa tremor non-harmonik, tiga kali gempa tornillo, 890 gempa vulkanik dangkal, 20 gempa vulkanik dalam, sembilan kali gempa tektonik lokal, dan tremor menerus dengan amplitudo 0,5 sampai 2 milimeter (dominan 1 milimeter). 

Hendra menjelaskan, berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai dengan meningkatnya kejadian gempa hembusan dan gempa vulkanik dangkal sejak Juli 2022. 

Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada kedalaman dangkal sebagai akibat dari aktivitas hidrothermal. Peningkatan tekanan tersebut menyebabkan meningkatnya kejadian hembusan di Gunung Ijen.

 "Peningkatan aktivitas di Kawah Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihan. Hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau," jelas Hendra. 

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa suhu air Kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan atau konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau.

 


Potensi Bahaya yang Timbul dari Aktivitas Vulkanik

Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas di permukaan air kawah akan muncul. Pengukuran suhu air danau pada 5 Januari 2023 juga menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada Desember 2022. 

Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Ijen saat ini adalah adalah gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah yang berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan; dan erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah. 

Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan. Beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian outburst gas atau semburan gas dari danau Kawah Ijen. Gas yang menyembur tersebut terutama adalah karbon dioksida. 

Gas itu mempunyai berat jenis yang lebih berat dari udara, sehingga karbondioksida yang keluar akibat letusan atau semburan tersebut cenderung akan mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan atau semburan gas di Kawah Ijen pada Maret 2018.

"Tingkat aktivitas Gunung Ijen dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan," kata Hendra Gunawan.

Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya