Liputan6.com, Jakarta - Sementara para penggemar menunggu kelanjutan serial drama Korea (drakor) The Glory, sejumlah pemeran mengungkapkan cerita di balik layar. Salah satunya soal keputusan Song Hye Kyo untuk menurunkan berat badannya agar lebih kurus lagi di depan kamera.
Dalam video berjudul [The Glory] Commentary & Reaction yang dipublikasikan di saluran Youtube Netflix Korea, pada 6 Januari 2021, para pemeran, sutradara, dan penulis naskah membahas adegan yang memperlihatkan Moon Dong Eun, karakter yang diperankan Hye Kyo, saat menunjukkan luka-lukanya ke hadapan Ju Yeo Jeong (Lee Do Hyun) untuk pertama kali.
Baca Juga
Advertisement
"Aku sudah memikirkan adegan itu di otakkau sejak awal, jadi ketika kami menawarkan peran itu kepada Hye Kyo, aku katakan padanya bahwa aku benar-benar membutuhkan adegan itu. Tapi itu mungkin tidak nyaman baginya, jadi aku bertanya apakah dia oke dengan hal itu," tutur Kim Eun Sook, penulis naskah The Glory, dikutip dari Kbizoom, Minggu (8/1/2023).
Menurut Eun Sook, Song Hye Kyo meminta waktu dua bulan untuk menjawabnya. Ketika dia menanyakan apakah sang aktris akan berolahraga, Hye Kyo menjawab, "Tidak, aku harus menurunkan berat lebih banyak."
Hye Kyo benar-benar menjalankan rencananya. Ia pun bertanya apa yang Hye Kyo makan untuk meraih targetnya. "Dia mengatakan nasi konjac (porang). Aku sangat bersyukur atas usahanya, dan juga merasa tak enak. Jadi, itu benar-benar membuatku menangis ketika melihat seluruh adegan."
Tak Pikirkan Penampilan
Hye Kyo pun menanggapi ungkapan perasaan Eun Sok dengan menyatakan bahwa ia tak berpikir ingin terlihat cantik di drakor tersebut. Menurut dia, tokoh yang diperankannya jelas tak punya waktu atau energi untuk merawat penampilannya.
"Saya pikir mungkin dia tidak terlalu menjaga dirinya sendiri sebagai manusia, tapi sepertinya seperti sesuatu yang akan dilakukan Dong Eun, jadi saya benar-benar tidak khawatir tentang hal seperti itu di drama ini," ucapnya.
Dia mengatakan sengaja berbuat demikian agar bisa membangkitkan simpati penonton pada karakter korban bully itu. "Saya ingin pemirsa merasa tidak enak padanya ketika mereka melihat tubuhnya yang kurus daripada sesuatu yang cantik. Saya pikir di situlah seharusnya fokusnya," ucapnya.
Akting Song Hye Kyo di drama itu juga menuai pujian karena ia dianggap berhasil keluar dari zona nyamannya. Adegan tersebut bahkan menjadi salah satu yang paling ikonis di musim pertama The Glory.
Hye Kyo dianggap bisa menampilkan ekspresi yang angker dan suara letih yang sempurna yang menggambarkan penderitaan yang dialami Dong Eun. Ia juga mampu membangkitkan emosi penonton.
Advertisement
Body Shaming
Namun, tidak semua warganet fokus pada cerita dan penggambaran peran di drakot tersebut. Lewat platform SNS, banyak pengguna malah fokus membahas bentuk tubuhnya.
Mereka bahkan meninggalkan komentar jahat untuk bintang serial Full House tersebut. Mereka membandingkan tubuh kurusnya dengan figur 'anak SD'. Ada juga yang menyebut ia terlihat 'datar' dan 'pendek'.
Namun, sebagian besar netizen membela Song Hye Kyo dari para pencibir itu dan mengkritik para komentator tersebut karena hanya berfokus pada penampilan. Selain itu, mereka menekankan bahwa karakter yang diperankan Song Hye Kyo kekurangan gizi, kelelahan, dan trauma, sehingga memang seharusnya terlihat seperti itu.
Yang lain juga meninggalkan komentar positif tentang penampilan Song Hye Kyo di usia 40-an. Mereka memuji aktris tersebut karena berani keluar dari zona nyaman ini untuk tampil kurang bintang untuk peran barunya.
Secara umum, The Glory menceritakan tentang Moon Dong Eun yang mencoba membalas dendam semua perundungnya di SMA dengan menjadi guru SD dari salah satu anak pembuli. Selama 20 tahun, Dong Eun hidup dengan bekas luka bakar yang tidak bisa disembuhkan.
Terinspirasi Kisah Nyata
Kim Eun Sook mengungkapkan ide awal cerita didapat dari anaknya sendiri. Dia mengaku, isu perundungan sekolah adalah topik yang sangat mengusik pikirannya, apalagi ia juga punya seorang anak yang segera masuk kelas 11.
Sang anak mengajukan pertanyaan mengerikan padanya. "Mana yang lebih menyakitkan, aku memukul seseorang sampai mati atau aku dipukul sampai mati?" kata Kim Eun Sook mengulangi pertanyaan putrinya, dilansir dari Soompi.
Eun Sook lalu meriset untuk mengetahui kondisi mental para penyintas perundungan masa sekolah. Salah satunya dengan membaca unggahan yang dibagikan di media sosial.
Salah satu hal yang menarik perhatiannya, para penyintas tak menuntut kompensasi materi, melainkan meminta permohonan maaf secara tulus dari pelaku. "Aku menyadari bahwa yang dicari bukan untuk memperoleh tapi mendapatkan kembali. Karena saat kekerasan terjadi, korban kehilangan hal-hal yang tak terlihat, seperti martabat dan harga diri," kata dia.
Salah satu adegan perundungan di sekolah bahkan terinspirasi dari kasus yang terjadi pada 2006. Disebutkan bahwa seorang siswa perempuan 'J' yang bersekolah di sekolah menengah perempuan di Cheongju pada saat itu, secara rutin diserang oleh sekelompok teman sekolah yang dipimpin oleh 'K'.
Suatu hari, 'K' membakar lengan J dengan catokan rambut, mencakar dada J dengan jepit rambut, dan mencuri uangnya karena J datang terlambat saat K memanggilnya. Sebagai tanggapan, Distrik Cheongju mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pelaku, K.
Advertisement