Liputan6.com, Jakarta - Miliarder China, Jack Ma dilaporkan tengah berada di Bangkok, Thailand pekan ini.
Seperti diketahui, pendiri Alibaba Group telah jarang terlihat dihadapan publik sejak regulator di China meluncurkan tindakan keras terhadap kerajaan bisnisnya pada akhir 2021.
Advertisement
Mengutip US News, Senin (9/1/2023) kemunculan terbaru Jack Ma terlihat dalam sebuah postingan
Penampakan Ma terbaru muncul di akun Instagram koki bintang Michelin Supinya "Jay Fai" Junsuta, yang mengunggah foto dirinya bersama sang miliarder pada Jumat (6/1).
Unggahan itu juga disertai dengan tulisan yang mengungkapkan bahwa Jack Ma menunjukkan sikap rendah hati kepada penggemarnya.
"Sangat rendah hati, kami merasa terhormat untuk menyambut Anda dan keluarga Anda di Jay Fai," tulis unggahan tersebut.
Beberapa media lokal Thailand melaporkan bahwa Jack Ma berada di restoran tersebut bersama Supakit Chearavanont, Ketua Dewan Charoen Pokphand Group (CP Group) dan Charoen Pokphand Foods PCL, yang merupakan perusahaan agribisnis terbesar di Thailand.
Namun, pihak CP Group enggan mengomentari terkait kabar pertemuannya dengan Jack Ma.
Laporan media lokal lainnya juga menyebut, Jack Ma menghadiri sebuah pertandingan tinju di Stadion Rajadamnern Bangkok di mana dia terlihat berfoto dengan juara tinju Thailand Sombat "Buakaw" Banchamek.
Beberapa bulan sebelumnya, Jack Ma telah terlihat beraktivitas di berbagai negara. Pada Desember 2022, miliarder itu dilaporkan telah menghabiskan sebagian besar dari enam bulan terakhir bersama keluarganya di Tokyo dan wilayah lain di Jepang, juga mengunjungi Amerika Serikat dan Israel.
Lama Menghilang, Miliarder Alibaba Jack Ma Ternyata Ada di Negara Ini
Miliarder sekaligus pendiri raksasa teknologi China Alibaba, Jack Ma dilaporkan tinggal di Tokyo selama hampir enam bulan setelah menghilang dari pandangan publik menyusul tindakan keras China terhadap sektor teknologi.
Laporan itu datang dari outlet media Financial Times pada Rabu (30/11).
Sementara Channel News Asia, melaporkan jika Jack Ma dilaporkan telah menghabiskan sebagian besar dari enam bulan terakhir bersama keluarganya di Tokyo dan wilayah lain di Jepang, juga mengunjungi Amerika Serikat dan Israel.
Surat kabar asal Inggris itu juga mengatakan bahwa Jack Ma sering mengunjungi beberapa klub pribadi di Tokyo, dan menjadi "kolektor antusias" seni modern Jepang, serta menjajaki perluasan kepentingan bisnisnya.
Sebelumnya, Jack Ma sudah beberapa kali terlihat di tempat lain sejak hilang dari hadapan publik China, termasuk di pulau Mallorca, Spanyol tahun lalu.
Sebagai informasi, pejabat China dalam beberapa tahun terakhir telah menelusuri dugaan praktik anti-persaingan antara beberapa pengusaha ternama di negara itu, didorong oleh kekhawatiran bahwa perusahaan Internet besar mengendalikan terlalu banyak data dan berkembang terlalu cepat.
Pada Juli 2022, sebuah laporan mengatakan Jack Ma berencana untuk menyerahkan kendali Ant Group untuk menenangkan regulator China dan menghidupkan kembali penawaran umum pembayaran digital.
Sedangkan Alibaba, untuk pertama kalinya melaporkan pertumbuhan pendapatan yang datar pada Agustus 2022, saat China menghaddapi perlambatan ekonomi dan kemunculan wabah baru Covid-19.
Otoritas AS juga menempatkan perusahaan tersebut dalam daftar pantauan yang dapat membuatnya dihapus dari daftar di New York jika tidak mematuhi perintah pengungkapan, yang menyebabkan sahamnya merosot.
Advertisement
Jack Ma Gigit Jari, China Denda Ant Group Rp 15 Triliun
Pihak berwenang China akan mengenakan denda lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun pada perusahaan fintech milik Jack Ma, Ant Group.
Denda ini pun akan menjadi salah satu sanksi terbesar yang dikenakan pada perusahaan internet China sejak perusahaan transportasi online terkemuka, Didi Global menghadapi denda senilai USD 1,2 miliar oleh regulator keamanan siber China pada Juli 2022.
Dikutip dari US News, Rabu (23/11/2022) denda ini datang karena Ant Group diduga melakukan pelanggaran "ekspansi modal yang tidak teratur", juga risiko keuangan yang disebabkan oleh perusahaan tersebut.
Tiga sumber yang mengetahui masalah itu menyebutkan, Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) telah menjai komunikasi informal dengan pihak Ant Group selama beberapa bulan terakhir.
Mereka juga berencana untuk mengadakan lebih banyak diskusi dengan regulator lainnya tentang perombakan Ant Group akhir tahun ini dan mengumumkan denda pada kuartal kedua tahun depan.
Ant Group Berjuang dengan Denda
Denda pada Ant Group dapat membantu membuka jalan bagi perusahaan itu mendapatkan lisensi yang telah lama ditunggu-tunggu, dan akhirnya menghidupkan kembali rencananya untuk debut di pasar publik.
Seperti diketahui, pemerintah China menghentikan langkah IPO Ant Group pada November 2020 menyusul kritik yang dilontarkan Jack Ma ke pemerintah. Jack Ma mengkritik sistem regulasi di China menghambat inovasi.
Ant Group sendiri telah secara resmi menjalani perombakan bisnis sejak April tahun lalu dengan menjadi perusahaan induk keuangan, mematuhi aturan dan persyaratan modal yang serupa dengan bank.
Advertisement