Liputan6.com, Stockholm - Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menyatakan percaya diri bahwa Turki akan menyetujui permohonannya untuk bergabung dengan NATO. Meski demikian, Stockholm menegaskan tidak akan memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan Ankara untuk mendukung mereka.
"Turki sama-sama menegaskan bahwa kami telah melaksanakan komitmen kami, tetapi mereka juga mengatakan bahwa mereka menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau tidak ingin kami berikan kepada mereka," ujar PM Ulf Kristersson seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/1/2023).
Advertisement
Finlandia dan Swedia menandatangani perjanjian dengan Turki pada tahun 2022 yang bertujuan untuk mengatasi keberatan Ankara terhadap keanggotaan mereka di NATO. Dua negara Nordik itu mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Mei, langkah yang diambil sebagai respons atas invasi Rusia ke Ukraina.
Namun, Turki menyampaikan keberatannya atas keanggotaan mereka dan menuduh kedua negara itu melindungi pemberontak Kurdi.
Mengikuti Langkah Turki
Turki menyatakan menolak keanggotaan mereka sampai Finlandia dan Swedia mengambil langkah-langkah yang dimintanya, termasuk bergabung dengan mereka dalam melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Swedia sendiri memiliki hubungan erat dengan diaspora Kurdi, fenomena yang menjadi titik didih kedua negara. Dalam persyaratan dukungannya terhadap keanggotaan Swedia dan Finlandia di NATO, Turki juga meminta ekstradisi orang-orang yang dilabelinya sebagai teroris.
Pada akhir Desember, Mahkamah Agung Swedia memblokir ekstradisi jurnalis Turki Bulent Kenes. Itu merupakan permintaan lain Ankara untuk meratifikasi keanggotaan NATO.
Turki menuduh Kenes terlibat dalam upaya kudeta pada tahun 2016 untuk menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Selain itu, Turki juga berusaha mengekstradisi 33 orang lainnya yang dituduh terlibat kudeta dan terkait dengan PKK.
Advertisement
Turki Jadi Pintu Terakhir
Pada akhir Desember 2022, Turki memuji Swedia karena merespons keprihatinan soal keamanannya. Namun, Turki mengatakan ada lebih banyak langkah yang diperlukan untuk memenangkan dukungan penuh bagi keanggotaan di NATO.
Saat ini, hanya Hongaria dan Turki, di antara 30 negara anggota NATO yang belum menyetujui keanggotaan dua negara Nordik tersebut.
Belakangan, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban mengatakan parlemen akan segera menyetujui aksesi Finlandia dan Swedia, meninggalkan Turki sebagai satu-satunya rintangan yang harus diatasi.
Diharapkan Segera Bergabung pada Tahun 2023
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, ia mengharapkan Swedia dan Finlandia dapat bergabung dengan aliansi yang dipimpinnya itu paling cepat tahun ini. Namun, Stoltenberg tidak menampik bahwa keputusan itu bergantung pada parlemen Turki dan Hongaria.
"Saya berharap (aksesi itu akan dilakukan pada tahun 2023), tetapi saya tidak akan menjamin tanggal pastinya karena tentu saja itu adalah keputusan berdaulat parlemen Turki dan Hongaria" kata Stoltenberg.
"Finlandia dan Swedia jelas berkomitmen untuk kerja sama jangka panjang dengan Turki dan sudah tiba waktunya untuk menyelesaikan proses aksesi dan meratifikasi protokol aksesi," tambahnya.
Advertisement