Petani di Gorontalo Merugi Gara-Gara Cuaca Ekstrem

Musim hujan yang tidak menentu membuat sejumlah petani yang jauh dari irigasi harus menunda waktu penanaman.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 10 Jan 2023, 03:00 WIB
Petani jagung

Liputan6.com, Gorontalo - Sejumlah petani di Provinsi Gorontalo mengalami kerugian imbas cuaca ekstrem. Pasalnya mereka tidak bisa bercocok tanam di tengah cuaca ekstrem dan musim hujan yang tidak menentu.

Musim hujan yang diharapkan turun pada periode Desember hingga Februari tak kunjung datang. Hal itu membuat sejumlah petani yang jauh dari irigasi harus menunda waktu penanaman.

Tidak hanya gagal menanam, bagi petani yang terlanjur melakukan penanaman yang paling dirugikan. Musabab, penanaman sudah dilakukan mereka dengan memprediksi hujan turun pada Januari.

"Saya sudah lebih dulu menanam jagung, saat ini jagung saya sudah mulai tumbuh, tetapi mulai dihantui dengan musim kering dan panas yang begitu ekstrim," kata Lintong salah satu petani jagung di Gorontalo kepada Liputan6.com

Dengan kondisi itu, dirinya harus ekstra berfikir dengan membuat irigasi buatan dengan menggunakan pompa air seadanya. Namun hal itu tidak begitu maksimal, disebabkan dengan air dan tenaga yang terbatas.

"Cuaca saat ini panas sekali. Sesekali memberikan mendung gelap tetapi hujan tak kunjung turun," ujarnya.

"Memang dampak perubahan iklim saat ini sangat nyata dan berpengaruh pada pendapatan petani. Apalagi lahan kering yang jauh dari irigasi," ungkapnya.

 

Simak juga video pilihan berikut:


Pemerintah Harus Membantu

Pemerhati Petani di Gorontalo Yuriko Kamaru mengatakan, kondisi cuaca saat ini berimbas pada rusaknya tanaman jagung, cabai sehingga tanaman musiman lainya.

"Cuaca ekstrim sangat berpengaruh di tanaman cabai, dampak cuaca ekstrim jelas merugikan petani. Mulai dari gagal panen, hama, hingga tertundanya masyarakat menanam," kata Yuriko

Dia menyebut, musim panas sepanjang ini membuat petani sangat merugi. Dengan begitu, stok pangan menjadi menyusut, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual di tingkat petani dan tingkat pasar.

"Pengaruh musim panas yang terjadi beberapa minggu terakhir ini, petani harus putar otak mencari nafkah jadi pekerja serabutan," ungkapnya.

Mudah-mudahan dengan adanya kondisi ini, bisa menggerakan hati pemerintah untuk membantu petani. Minimal petai yang gagal panen dan gagal melakukan penanaman disentuh bantuan.

"Panen mereka tergantung alam dan cuaca, jika cuaca lagi tidak bersahabat, harusnya pemerintah hadir," ia menandaskan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya