Seorang Istri Cerita Pengalaman Suami Alami Ablasi Retina

Seorang wanita menceritakan pengalaman suaminya yang mengalami ablasi retina dan beruntung segera memeriksakan diri ke dokter

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Jan 2023, 19:43 WIB
Ilustrasi ablasi retina. Credit: pexels.com/Amanda

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita menceritakan pengalaman suaminya yang mengalami ablasi retina. Beruntung, pasangan itu memeriksakan diri ke dokter dan mata langsung dioperasi. Sebab jika terlambat, suaminya bisa mengalami kebutaan.

Situasinya begitu darurat, kata sang istri, dikutip SCMP. "Suami saya datang ke departemen oftalmologi untuk pemeriksaan rutin namun suaminya mengeluhkan floaters dan kilatan di mata serta selubung yang menghalangi penglihatannya."

Pasien kemudian menjalani operasi selama 90 menit terbaring di meja operasi setelah dokter mendeteksi retinanya terlepas.

Seorang dokter mata dan direktur di Central Eye Care di Hong Kong Andy Meau mengatakan, retina dapat terlepas-- disebut juga ablasi terjadi karena beberapa alasan termasuk miopia, usia dan trauma, jelasnya. 

"Seberapa serius kondisinya, tergantung pada seberapa banyak lepasnya dan lokasinya," tambah Meau.

Ablasi retina yang lebih perifer biasanya tidak mempengaruhi penglihatan sentral. Tapi ablasi retina besar yang melibatkan makula (bagian retina kita yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral, sebagian besar penglihatan warna kita dan detail halus dari apa yang kita lihat) akan memiliki efek merugikan yang signifikan.

"Kecepatan penanganan ablasi retina sangat penting. Kebanyakan detasemen (ablasi), terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kebutaan permanen dalam hitungan jam atau hari jika tidak ditangani karena kematian sel sensorik. Siapa pun yang mengalami flash (kilatan cahaya) atau floaters tiba-tiba harus segera dievaluasi,” kata Meau.

"Semakin dini perkembangan miopia, semakin tinggi kemungkinan miopia tinggi saat dewasa, dan dengan demikian semakin tinggi risiko degenerasi retina," tambah Meau.

 

 


Gejala Ablasi Retina

Menurut Mayo Clinic, ablasi retina itu sendiri tidak menimbulkan rasa sakit. Namun tanda-tanda peringatan hampir selalu muncul sebelum terjadi atau sudah lanjut, seperti:

- Munculnya banyak floaters secara tiba-tiba atau bintik-bintik kecil yang tampak melayang di bidang penglihatan Anda

- Kilatan cahaya pada satu atau kedua mata (photopsia)

- Penglihatan kabur

- Penglihatan samping (tepi) secara bertahap berkurang

- Bayangan seperti tirai di atas bidang penglihatan Anda

Cari pertolongan medis segera jika Anda mengalami tanda-tanda atau gejala ablasi retina. Ablasi retina adalah keadaan darurat medis di mana Anda dapat kehilangan penglihatan secara permanen.

 

 


Penyebab

Menurut mayo Clinic, ada tiga jenis ablasi retina:

1. Rhegmatogenous (reg-ma-TODGE-uh-nus)

Jenis ablasi retina ini adalah yang paling umum. Pelepasan regmatogenous disebabkan oleh lubang atau robekan di retina yang memungkinkan cairan melewati dan terkumpul di bawah retina. Cairan ini menumpuk dan menyebabkan retina menjauh dari jaringan di bawahnya. Area di mana retina terlepas kehilangan suplai darahnya dan berhenti bekerja, menyebabkan Anda kehilangan penglihatan.

Penyebab paling umum dari detasemen rhegmatogenous adalah penuaan. Seiring bertambahnya usia, bahan seperti gel yang mengisi bagian dalam mata Anda, yang dikenal sebagai vitreous (VIT-ree-us), dapat berubah konsistensinya dan menyusut atau menjadi lebih cair. Biasanya, vitreous terpisah dari permukaan retina tanpa komplikasi, kondisi umum yang disebut posterior vitreous detachment (PVD). Salah satu komplikasi dari pemisahan ini adalah robekan.

Saat vitreous memisahkan atau mengelupas retina, vitreous dapat menarik retina dengan kekuatan yang cukup untuk membuat robekan retina. Jika tidak diobati, cairan vitreous dapat melewati robekan ke dalam ruang di belakang retina, menyebabkan retina terlepas.

2. Traksional

Jenis pelepasan ini dapat terjadi ketika jaringan parut tumbuh di permukaan retina, menyebabkan retina menjauh dari bagian belakang mata. Detasemen traksi biasanya terlihat pada orang yang memiliki diabetes yang tidak terkontrol dengan baik atau kondisi lainnya.

3. Eksudatif

Pada jenis pelepasan ini, cairan terakumulasi di bawah retina, tetapi tidak ada lubang atau robekan pada retina. Detasemen eksudatif dapat disebabkan oleh degenerasi makula terkait usia, cedera pada mata, tumor, atau gangguan inflamasi.

 


Faktor Risiko

Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko ablasi retina:

- Penuaan. Ablasi retina lebih sering terjadi pada orang di atas usia 50 tahun

- Ablasi retina sebelumnya pada satu mata

- Riwayat keluarga ablasi retina

- Rabun jauh ekstrem (miopia)

- Operasi mata sebelumnya, seperti pengangkatan katarak

- Cedera mata parah sebelumnya- Penyakit atau kelainan mata lainnya sebelumnya, termasuk retinoschisis, uveitis atau penipisan retina perifer (degenerasi kisi)

Meau menambahkan penyebab lain dari ablasi retina berdasarkan kasus sang suami pelapor, yaitu trauma, terutama dalam olahraga kontak; aktivitas yang melibatkan perubahan kecepatan secara tiba-tiba, seperti terjun payung, menyelam, dan menaiki roller coaster; riwayat keluarga, dan: penyakit sistemik yang ada seperti diabetes.

 

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya