Liputan6.com, Jakarta - Meta selalu menggaungkan untuk mengurangi diskriminasi iklan melalui teknologi. Baru-baru ini perusahaan meluncurkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bernama Variance Reduction System (VRS) di Amerika Serikat (AS).
Teknologi besutan induk Facebook ini memastikan iklan akan dilihat oleh audiens yang lebih sesuai target dan tidak boleh condong ke kelompok budaya tertentu.
Advertisement
Setelah cukup banyak orang yang melihat iklan, sistem pembelajaran mesin itu akan membandingkan demografi agregat audiens dengan demografi yang ingin dijangkau pemasar.
Kemudian mengubah nilai lelang iklan (yaitu, kemungkinan kamu akan melihat iklan tersebut) untuk menampilkannya lebih sering atau lebih jarang ke grup tertentu.
Mengutip Engadget, Rabu (11/1/2023), VRS akan terus berfungsi selama penayangan iklan karena Meta menyadari potensi masalah privasi.
Langkah ini menekankan bahwa sistem itu tidak dapat melihat usia, jenis kelamin, atau perkiraan etnis seseorang. Teknologi privasi diferensial juga memperkenalkan inovasi yang mencegah AI mempelajari informasi demografis individu dari waktu ke waktu.
"VRS akan diterapkan pada iklan yang berkaitan dengan kredit dan pekerjaan di negara tersebut selama tahun berikutnya," kata Meta.
Fitur ini muncul setelah lebih dari satu tahun bekerja sama dengan Departemen Kehakiman serta Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan.
Meta Tak Sendirian
Meta (sebelumnya Facebook) didakwa pada 2019 karena memungkinkan diskriminasi dalam iklan perumahan dengan membiarkan pengiklan mengecualikan demografi tertentu, termasuk yang dilindungi oleh Undang-Undang Perumahan Adil.
Dalam penyelesaian Juni 2022, raksasa media sosial itu mengatakan bakal menyebarkan VRS dan menghapus alat "Special Ad Audience" yang algoritmenya diduga menyebabkan diskriminasi.
Meta bahkan telah membatasi penargetan iklan pada tahun 2019 sebagai tanggapan atas gugatan lain.
Meta tidak sendirian dalam mencoba membatasi iklan diskriminatif. Google melarang pengiklan menargetkan iklan kredit, perumahan, dan lowongan pekerjaan mulai tahun 2020.
Namun, teknologi yang digunakan untuk melawan diskriminasi tersebut relatif baru. Tidak mengherankan jika layanan internet lain menerapkan sistem mirip VRS mereka sendiri selama AI Meta terbukti efektif.
Advertisement
Pengemudi Truk Perempuan Ramai-Ramai Tuding Iklan Facebook Penuh Diskriminatif
Sebelumnya, Asosiasi pengemudi truk perempuan menuduh Meta menampilkan iklan Facebook yang 'secara rutin mendiskriminasi' wanita. Demikian menurut pengaduan yang diajukan ke Komisi Kesempatan Kerja Setara AS, belum lama ini.
Organisasi bernama 'Real Women in Trucking' ini menilai bahwa wanita jauh lebih kecil kemungkinannya untuk melihat iklan Facebook untuk pekerjaan kerah biru atau pekerjaan yang secara historis mengecualikan wanita.
“Perempuan menerima bagian iklan yang tidak proporsional untuk pekerjaan bergaji rendah di layanan sosial, layanan makanan, pendidikan, dan perawatan kesehatan, terutama posisi administratif yang secara historis dianggap sebagai pekerjaan perempuan,” kata asosiasi tersebut dalam pengaduannya, dikutip dari New York Post, Selasa (6/12/2022).
“Algoritme Facebook secara teratur bertindak seperti perekrut di tahun 1960-an yang mengidentifikasi pekerjaan sebagai 'Pria' atau 'Wanita' berdasarkan stereotip gender atau menunjukkan preferensi mereka untuk mempekerjakan pekerja yang lebih muda,” tambah keluhan tersebut.
Keluhan itu juga menuduh Meta jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menampilkan orang yang lebih tua dalam segala jenis iklan pekerjaan.
Padahal, hukum hak sipil melarang iklan bertarget berdasarkan jenis kelamin atau usia. Meta kemudian memberikan tanggapan atas tudingan tersebut.
"Menangani keadilan dalam iklan merupakan tantangan industri dan kami telah bekerja sama dengan kelompok hak sipil, akademisi, dan regulator untuk memajukan keadilan dalam sistem iklan kami," ujar Facebook dalam pernyataan tertulisnya.
Perusahaan menambahkan bahwa mereka secara aktif membangun teknologi yang dirancang untuk membuat kemajuan tambahan di industri ini.
Ini bukan kali pertama Meta menerima tuduhan diskriminasi iklan. Sebelumnya raksasa teknologi itu menghadapi gugatan Departemen Kehakiman pada Juni 2020, menuduh Meta menyebarkan iklan perumahan yang ditargetkan secara rasial.
Meta juga membayar US$ 5 juta untuk lima tuntutan hukum yang berbeda pada 2019 yang berpusat pada penempatan iklan diskriminatif.